Review Buku How To Stop Time Matt Haig
Buat teman pembaca yang mencari novel fiksi berbalut self motivation. Berarti harus mencoba baca novel-novelnya Matt Haig. Baru empat buku karya Matt Haig yang kubaca, dua nonfiksi dan dua fiksi.
Dan novel fiksi berjudul How to Stop Time ini mengangkat tema Pemahaman Fitrah Manusia, Pemahaman Mengapa Seseorang Harus Tetap Hidup serta Pemahaman Tentang Menjalani Hidup. Semua ilmu tentang KEHIDUPAN diangkat di novel ini dan juga novel Midnight Library.
Kalau suka novel karya Mitch Albom yang senantiasa membawa rasa hangat, inspiratif dan mendatangkan kenyamanan setelah membacanya. Berarti suka juga dengan novel karya Matt Haig karena setipe rasa yang dihadirkan usai membaca novelnya.
How To Stop Time Book Review
Sebelum dimulai yang menjadi pertanyaan adalah
Kenapa Harus Stop Time?
Jawabannya karena Tom Hazard adalah manusia yang memiliki keunikan, ia tak mau mengatakan kelebihannya adalah super power, tapi memang ia memiliki kelebihan dibanding manusia lain. Yaitu KELEBIHAN USIA yang dapat diartikan ia berumur panjang hingga ratusan tahun dan tidak mudah terkena penyakit!
Kelebihan ini mungkin tampak menarik, namun dari perjalanan kehidupan Tom, mulailah dibuka hal yang tak menyenangkan dari memiliki usia yang panjang.
Selain mungkin akan dipandang ANEH dan MENAKUTKAN, Tom menjelaskan mengenai bagaimana setiap beberapa tahun setelah ia tinggal lama di suatu tempat. Ia harus mulai bergegas pindah ke tempat lainnya dengan membuat identitas berbeda. Tentunya, ini ditujukan untuk melindungi diri dari kecurigaan warga setempat sebab KELEBIHANNYA TERNYATA BUKAN SESUATU YANG BISA DIBANGGAKAN DAN DIPAMERKAN.
Ini baru terkait kehidupan di satu tempat. Belum memuat pengalamannya harus melihat satu per satu orang yang dekat dan disayangi olehnya meninggal dunia. Sementara ia masih kekal dan awet muda. Pun ini baru membahas mengenai orang terdekat, belum menyeritakan tentang sosok orang yang sangat dicintainya. Dimana porsi sosok tersebut meraup hampir ratusan tahun dalam hidup Tom.
Sekarang, bagaimana rasanya ketika harus menemani seseorang yang sangat dicintai menua dan meninggal dunia? Kemudian, bagaimana rasanya merasakan kekosongan dalam hati selama ratusan tahun karena sosok yang pergi tak pernah bisa kembali apalagi terganti?
Tentunya, inilah perasaan yang selama beberapa halaman hingga pertengahan digali. Disajikan pada pembaca bahwa kesepian dan kegundahan dalam diri Tom sudah sedemikian parah. Ibaratnya air yang sudah meletup dan uapnya menggerakkan penutup wadah, menggolak tak beraturan dan meminta untuk diredakan. Demikian pula yang dialami Tom selama ia hidup, mencari dimana anaknya yang bernama Marion dan merindukan kekasih hatinya, Rose.
Pergolakan batin inilah yang membuat Tom seolah ingin menghentikan waktu hidupnya di dunia. Agar ia tak lagi lelah menyimpan rasa rindu dalam dadanya. Dalam setiap pergolakan batin ini juga Matt Haig menyisipkan fitrah dasar manusia dalam kehidupan.
Selama pergolakan batin ini, Tom bertemu dengan sosok anjing yang sudah cukup tua umurnya. Ia ditemukan dalam kondisi memiliki luka yang dalam di tubuhnya dan luka yang tersirat di matanya. Tom merasa ia memiliki koneksi dengan anjing yang dipanggil Abraham itu. Bagi Tom, saat melihat mata Abraham ia merasa bisa beristirahat sejenak dari kehidupannya yang berbeda dan melelahkan.
Pertemuan Tom dengan seorang guru bahasa Perancis yang mengingatkan Tom dengan Ibunya. Membawa perubahan dalam kehidupannya yang muram. Camilla yang merupakan warga negara Perancis memang membawa rasa penasaran pada diri Tom. Namun, bersamaan dengan itu, pemimpin Albatross mulai merasakan keganjilan dalam diri Tom dan ini bisa berakibat buruk pada komunitas Albatross. Karena itu, Tom beberapa kali dipantau dengan cukup sering demi menghindari kesalahan yang akan dibuat olehnya.
Di momen masa kini, Tom memilih kembali ke London dan bekerja sebagai guru sejarah di sebuah sekolah. Di sekolah inilah dia bertemu dan mengenal Camilla. Di sekolah ini pula, dia sering merasa sakit kepala karena beberapa kali flashback ke ingatan masa lampau dan mengorek kenangan yang terekam pada masa itu.
Selama menjadi guru sejarah, Tom bisa dibilang hanya sekadar membuka ingatannya sambil disesuaikan dengan catatan di buku sejarah. Sebab, dengan usianya yang cukup lama, dia bahkan berteman dengan para pesohor seperti Shakespeare, F. Scott dan banyak orang penting lainnya. Namun, setiap pengalaman yang terekam dalam ingatannya ini membuat Tom sering sakit kepala. Dan rasa sakitnya sering tak tertahankan.
Namun, seiring berjalannya waktu, rasa sakitnya mulai mereda. Pencarian akan Marion berhenti. Dan Tom kembali merajut harapan untuk bisa hidup seperti manusia. Meski dia memiliki perbedaan.
Tom dan Pengalaman Masa Kecil Yang Suram
Pengalaman Tom semasa remaja pun tidak menyenangkan. Ia harus kehilangan perempuan yang melahirkannya dengan cara yang tragis. Pada waktu itu, di Inggris sedang gencar pemberantasan Penyihir. Setiap keganjilan yang muncul di sebuah keluarga akan dicurigai. Perempuan-perempuan akan dihukum dan dikenakan sanksi sebab dicurigai sebagai Penyihir.
Tak terkecuali Tom dan Ibunya, tentu ini karena Tom tak berubah menjadi tua dan wajahnya tetap seperti anak 11 tahun. Padahal, pada waktu itu, dia seharusnya sudah menjadi lelaki dewasa muda dengan wajah yang mulai tumbuh rambut seperti kumis atau jenggot. Tapi, karena keganjilan inilah, ia harus menjadi saksi kematian tragis ibunya.
Hukuman bagi sang Ibu yang merupakan wanita asli kelahiran Perancis adalah ditenggelamkan dengan cara diikat di kursi. Melihat Ibunya harus berkorban demi kehidupannya, membuat Tom menangis sejadi-jadinya. Dan kejadian beratus tahun ini masih sering diingat olehnya. Ini adalah kematian kedua yang ia lihat, kematian pertama yaitu ayahnya yang tidak begitu ia ingat. Dan kematian Ibunya adalah kematian perempuan pertama yang selalu ia kenang sebelum kematian Rose, kekasih hatinya.
Kartu Tanda Buku How to Stop Time
Judul : How to Stop Time
Penulis : Matt Haig
Halaman : 288
Bahasa : English
Format : Buku Digital
Baca di Play Book
ISBN : 9781782118633
Pendapat Tentang Novel How To Stop Time
Yang pertama kali terlintas dalam benakku saat membaca pengalaman Tom ketika melintas di jalan-jalan London adalah riset yang dilakukan Matt Haig. Ia berarti banyak melakukan riset mengenai bangunan yang ada di tempat tersebut di masa lalu. Karena, enggak mungkin juga kan asal nyebut apalagi berkaitan erat dengan lokasi di dunia nyata.
Kisah perjalanan hidup Tom antara saat ini dengan masa lampau disampaikan melalui bab bab terpisah. Jadi, pembaca enggak akan kagok untuk mengetahui apakah kejadian tersebut di masa lalu atau masa kini.
Namun, fakta yang sebenarnya dijejalkan oleh Matt namun tidak dijelaskan secara implisit melalui pemikiran Tom mengenai perubahan zaman yaitu Tom tetap menua meski usianya lambat menjadi tua. Ia menua dalam pemikiran, pengalaman dan beragam hal yang sudah ia lalui dalam hidup. Memang ia tak menua secara usia, seolah menyatakan persetujuan pendapat bahwa kedewasaan seseorang tidak bisa dilihat dari usia.
Demikian juga dengan Tom yang sebenarnya memang setua usia ratusan tahun dengan pengalaman hidup yang cukup panjang. Karena usia hidupnya, bukan usia tubuhnya, sudah menua. Ia jadi seperti orang yang sudah berusia lanjut pada umumnya. Sensitif terhadap kenangan. Lelah dengan kehidupan yang berbeda dengan apa yang telah ia ketahui. Kemajuan zaman tampak terlalu cepat sementara ia merasa jalan di tempat. Perubahan yang cukup signifikan inilah yang sering mendatangkan rasa tak nyaman dan penyakit seperti pusing dan kesulitan tidur yang ia alami.
Sebutan bagi Tom dan teman-temannya yang setipe yaitu memiliki usia panjang adalah Albatross. Ada beberapa aturan tak tertulis di kalangan Albatross, mereka sebaiknya tidak jatuh cinta. Kemudian, mereka tidak boleh melakukan pengecekan medical di tempat mana saja. Sebab, memang para Albatross ini tidak mungkin dan tidak pernah sakit. Kemudian, mereka harus sering berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Menyembunyikan identitas dengan baik untuk melindungi bukan hanya dirinya sendiri tapi juga seluruh Albatross.
Namun, faktanya ada keegoisan dalam diri manusia yang membuat seseorang menjadi serakah. Ketakutan yang kemudian menjadi kenyataan, halusinasi yang justru dijadikan hal yang nyata. Membuat semua ketakutan dalam hidup menjadi-jadi. Ending untuk ceritanya memang berakhir bahagia. Semua mendapat porsi yang pas dan seperti yang aku katakan sebelumnya, novel ini leaves a comfort and warming in your heart.