The Chronicle of Narnia : The Horse and His Boy



The Horse and His Boy - Di Narnia, ada banyak makhluk aneh yang dapat kau temui. Ada Raja dan Ratu yang memipin di sana, mereka berempat bersaudara. Binatang-binatang yang dapat berbicara, serta beberapa makhluk yang tidak dapat kau temui di tempat lain. Namun, jika kau berpindah ke negeri lain, yang jauh dari Narnia, binatang-binatang itu tak akan berbicara. Mereka lebih baik diam dan bertindak bodoh ketimbang menjadi bebas dan ceria.

Tanah diantara Narnia dan Calormen, sebuah tempat yang terlindungi oleh pegunungan yang tinggi. Di pesisir pantai, penduduknya merupakan nelayan. Mereka menjual ikan ke sebuah desa yang terletak di sebelah selatan. Pakaian para pria di sana  semua sama, seperti baju adat yang wajib dikenakan, yaitu jubah panjang dengan sepatu yang bagian ibu jarinya melengkung, juga turban yang menutupi kepala mereka, dan wajah-wajah mereka ditumbuhi janggut. Jika berbicara mereka akan mengeluarkan suara dengan pelan. Penduduk di dekat pesisir pantai, merupakan masyarakat yang tidak pernah berpetualangan. Menurut mereka, "Penerapan bisnis merupakan akar kemakmuran, tapi mereka yang mengajukan pertanyaan yang sebenarnya bukan urusan mereka, sama saja dengan menakhodai kapal kebodohan menuju karang kemiskinan."(13)

Calormen, merupakan sebuah negeri yang luas, terdiri dari beberapa provinsi, contohnya seperti Calavar dan Tashban. Kebiasaan orang-orang Calormen yang unik adalah setiap kali mereka bercerita, mereka akan menceritakannya seperti sebuah dongeng yang menakjubkan. Para perempuan di Calormen yang kaya, mengenakan pakaian yang mewah seperti sutra. Bagi perempuan yang memiliki kasta yang tinggi, mereka akan mengenakan Tandu yang sangat indah dengan penutup di atasnya dan aksesoris yang sangat mewah, ditandu oleh empat orang lelaki sebagai pengawal mereka.

Kisah perjalanan dua orang anak dan dua kuda mereka

Adalah Shasta yang hidup bersama seorang lelaki yang dia kenal sebagai Ayahnya. Sehari-hari dia membantu lelaki tersebut, namun perlakuan tidak adil sering didapatinya. Namun, bagi Sashta, diam adalah hal yang baik, apalagi setiap kali dia bertanya, Ayahnya akan memarahinya. Namun, jauh dalam diri Shasta dia ingin sekali mengetahui apa yang ada di balik gunung yang menutupi tempat tinggal mereka. Konon, ayahnya mengatakan, di balik gunung tersebut adalah akhir dari dunia, padahal ayahnya belum pernah tahu karena tidak pernah pergi berpetualang.

Bree, kuda milik Tarkhaan, yang didapati ternyata diculik sejak masih kecil dari Narnia. Kuda perang ini akhirnya tidak pernah lagi tahu seperti apa Narnia, hannya ingatan terakhirnya yang masih bisa dia simpan tentang Narnia, yaitu tempat yang memiliki hutan dan makhluk aneh serta rumput hijau. Bree, seorang kuda perang, yang sudah banyak pengalaman. Namun, meski tampaknya dia terlalu sok tahu, dia merupakan pengajar yang sabar. Mengajari Shasta hingga dia mampu menunggang kuda, dari awal.

Aravis, seorang perempuan yang ditemui Shasta serta Bree di tengah perjalanan menembus malam. Dia menunggangi seekor kuda betina. Ternyata, Aravis, selain seorang Calormen sejati yang pandai mendongeng (bercerita), dia juga merupakan putri dari salah satu raja yang tinggal di provinsi Calavar. Dia kabur karena niat orang tuanya agar dirinya menikah dengan seorang lelaki pilihan orang tuanya. Karena tidak ingin menikah, Aravis berusaha mengelabui para pengawalnya dan memulai pelariannya bersama Hwin.

 Hwin, ternyata juga kuda yang diculik sejak kecil dari Narnia. Meski dia terlihat lemah, karena senantiasa mengikuti perintah. Juga karena terlihat tampak lemah dalam perjalanan pelarian mereka ke daratan Narnia. Tapi, ketika semua tampak terlihat lemah, Hwin-lah yang memberikan semangat tanpa berbicara, dengan menunjukkannya pada teman-temannya.

Kisah Singkat Perjalanan Mereka Menuju Narnia

Dari tempat pertemuan mereka, di sebuah gurun di Calormen. Jikalau ingin melepaskan diri menuju Narnia, jalan yang paling dekat adalah melewati Tashban. Negeri yang dipimpin oleh penguasa yang gemar pesta. Namun, saat Aravis serta Shasta datang ke tempat itu, ada banyak tamu yang datang. Mereka semua seakan ingin berpesta, jalan-jalan di pasar sungguh padat sehingga tidak ada yang mengetahui keberadaan Aravis maupun Shasta. Namun, ternyata, ketika tanpa sengaja, Shasta digiring oleh pengawal karena seorang Perempuan cantik memanggilnya - namun bukan dengan namanya - kemudian membawa Shasta menuju istana Tashban milik Tisroc yang agung.

Perjanjian keduanya sebelum memasuki gerbang Tashban, mereka akan berkumpul di tempat makam tua. Sisi luar dari Tashban dimana setelah makam tua tersebut, terdapatlah gurun yang luas sekali. Shasta setelah mendapat perlakuan istimewa, menunggu temannya juga sang kuda di dekat makam. Di situ dia ditemani oleh seekor kucing yang besar ukuran tubuhnya. Dan setelah lama menunggu, akhirnya mereka melakukan perjalanan lagi.

Tapi, baik Aravis maupun Shasta, membawa berita yang akan mengajak mereka berdua pada perjalanan yang sesungguhnya. Perjalanan menuju negri Narnia serta perjalanan demi satu misi yang harus mereka selesaikan.

Tentang Aslan

Baik dari cerita sebelumnya, sosok Aslan akan hadir untuk menolong setiap anak yang membawa misi tertentu demi menyelamatkan dan menjaga kedamaian di daratan Narnia. Sama halnya dalam kisah ini, Aslan mewujudkan dirinya pada mulanya sebagai singa yang mengejar Shasta, yang kemudian mempertemukan mereka dengan Aravis.

Aslan juga menjadi sosok kucing yang bertubuh besar, dimana dia menemani Shasta saat penantian selepas keluar dari gerbang Tashban kala menunggu Brew, Hwin dan Aravis. Dia berdiam diri diantara nisan makam raja tua, di bawah terik matahari kala siang hari dan udara malam yang menggigil di malam hari. Dan kucing itulah yang menemani Shasta agar tidak takut.

Pada kesempatan lain, sebelum menuju tempat yang mereka tuju. Aslan membuat celaka salah satunya. Membuat yang lainnya berjuang sendiri tanpa teman-temannya. Meski mereka tidak paham pada mulanya, mengapa Aslan melakukan hal tersebut, namun ketika mencapai bagian akhir dari cerita ini. Aslan menjelaskan pada mereka masing-masing.

Hanya saja, Aslan hanya akan bercerita kisah milikmu sendiri, bukan kisah orang lain. Aslan tidak menceritakan kisah manapun kepada siapa pun kecuali yang menjadi miliknya. (231)

Coretan Pribadi

Sebelum membaca novel ini, pernah ada pembahasan singkat terkait novel karya C.S Lewis ini. Tentang kisah yang terjalin dalam 9 buku yang mengisahkan tentang dunia Narnia yang tidak terdapat dalam dunia ini. Berada di dunia lain yang sejajar dengan dunia yang kita huni saat ini. Itulah sebabnya, pintu-pintu menuju ke dunia mereka, tidak sulit untuk ditemui.

Pembahasan waktu itu, menceritakan tentang pengenalan konsep KETUHANAN dalam setiap karya cerita Lewis. Dalam hal ini, perwakilan sosok Tuhan tersebut adalah keberadaan Aslan. Petunjuk yang dia berikan, orang-orang yang ditunjuk untuk membawa pesan dan menyelesaikan misi mereka demi terciptanya kedamaian di daratan Narnia. Juga, tentang sosok Aslan yang terkadang bantuannya didapat tanpa disadari sang pembawa misi.

Kenapa anak-anak yang selalu dipanggil ke wilayah Narnia? Ini semacam pertanyaan yang sedikit klasik. Apalagi jawaban dari saya juga terlalu klasik, yakni karena anak-anak masih memiliki semangat ketika mendapati hal-hal yang mereka temui namun tidak sejalan dengan logika mereka. Juga, ketulusan hati dalam mengemban misi dan imajinasi anak-anak yang tak pernah berbatas. Ini yang penting dalam sebuah petualangan.

Pada kisah ini, juga ada satu hal yang bisa dikatakan pesan moral pada satu tindakan yang sesuai dengan motto : eye for eye, nose for nose. Maksudnya adalah akan selalu ada hukuman dari sebuah tindakan yang buruk. Di sini sebuah dongeng atau cerita sekali lagi memegang peranan dalam pesan moral bagi anak-anak yang membaca buku ini.

Sekali lagi, cerita fantasi selalu mendapat posisi istimewa dalam diri saya. Jadi, saya suka dan akan mencari lagi buku-buku yang lain tentang negri Narnia.

Postingan Terkait