Novel Hilang Dalam Dekapan Semeru Oleh RJL5

ulasan novel


Hilang dalam dekapan Semeru ini ditulis oleh RJL 5 - Fajar Aditya. Apa itu RJL5? Kalau ada yang masih belum tau, selamat aku juga termasuk yang baru tau pas selesai baca novel ini. Jadi, RJL5 ini adalah channel youtube yang sudah cukup terkenal. Kalau pembaca mengetik RJL5 di google, pasti keluar semua informasi mengenai channel ini.

Yang banyak muncul adalah video yang berisi cerita horor. Terutama kisah horor para pendaki yang memang sering membuat penasaran. Aku termasuk yang tertarik banget sama kisah horor di gunung. Walaupun pas bermalam di dekat jalur daki Gunung Galunggung, di satu-satunya rumah warga yang ada di dalam hutan lindung. Enggak ada rasa apa-apa. 

Kartu Tanda Buku

Judul : Hilang Dalam Dekapan Semeru
Penulis : RJL5 - Fajar Aditya
Halaman : 228
Bahasa : Indonesia
Format : Ebook Gramedia Digital
Desain Sampul : Darmawan Wijaya
Diterbitkan oleh Elex Media Komputindo
ISBN : 9786230032967

Novel Hilang Dalam Dekapan Semeru

Cerita Pengalaman Pribadi


Tapi, aku pernah mengalami pengalaman aneh, entah ini namanya horor atau enggak, soalnya pas ngalamin tuh yang kerasa cuma aneh aja. Boleh dong ya, aku cerita dulu pengalaman nyata yang terjadi sekitar tahun 2005.

Ada yang tahu daerah Kranggan? Jadi, ini daerah yang sekarang mah udah dilewati sama jalan tol, ya. Tapi, dulu itu masih perkampungan yang aku tau. Waktu itu, masih sekitar jam 10/11 siang, aku sama teman tapi deket #ehem, naik motor menuju cibubur. Temanku ini bilang, kalau dia dapat info bisa ke cibubur tapi lewat kranggan. 

Karena enggak pernah tahu daerah Kranggan, otomatis jadi tertarik. Oiya, aku punya kegemaran naik motor blusukan ke gang-gang sempit di sekitaran Bekasi. Dan daerah Kranggan ini terbilang dekat kalau lewat dari jalan raya bantar gebang, nembus melewati perumahan pondok gede, terus lewat vila nusa indah. Terusin aja nanti juga sampai kok daerah Kranggan. Walaupun waktu itu belum seramai sekarang.

Saat jam 10/11 siang itu aku mulai masuk ke perkampungan yang kalau ditanya itu daerah mana ya aku jawab Kranggan sih. Soalnya, cuma mengikuti insting sama perkiraan arah. Temenku bilang kalo mau ke Cibubur lurus aja ke arah selatan apa utara gitu lah aku enggak begitu paham.

Dia mengikuti jalan tanpa ada feeling apa-apa. Sambil ngobrol, dan memang kebanyakan daerahnya ini lewat kampung jadi santai aja. Sampailah menjelang zuhur, masuk ke kampung yang enggak bisa dibilang sepi tapi juga enggak bisa dibilang ramai.

Rumah-rumah di sekitar situ pintunya terbuka, banyak jemuran di halamannya. Banyak kebun yang memang ciri khas orang sekitaran Bekasi, punya banyak kebon gitu. Dan ada banyak suara seperti suara radio sampai suara orang nyapu. Cuma, yang baru kami sadari setelah kejadian aneh itu ya, kalau tempat yang kami lewatin itu enggak kelihatan ada orangnya.

Sepanjang jalan karena kami asik ngobrol ya, enggak sadar sama sekali kalau enggak papasan sama orang. Entah di jalan atau gimana gitu, enggak ada. Nah, waktu lewat situ, keanehan pertama masih ketawa dan masih enggak sadar, yaitu kami melewati jalan yang sama. Kami pikir, oh jangan lewat belokan itu lagi nanti muter, yaudah kami ikutin lagi jalan yang tadi.

Tanpa terasa, masih di jalur kedua yang kami lewati. Azan Zuhur berkumandang. Seketika temanku melihat ada surau dekat di perkampungan tersebut. Saat berhenti dan masuk, suraunya ini kosong melompong. Suara azan juga terdengarnya dari jauh, bukan dari surau tempat kami berhenti. 

Enggak ada curiga sama sekali. Aku langsung menuju tempat wudhu wanita, tapi langsung batal karena ada keranda. Terus, akhirnya wudhu di tempat laki-laki soalnya aku benar-benar enggak berani sama keranda, waktu itu.

Setelah selesai wudhu kemudian solat. Di surau tersebut masih sepi, belum ada orang yang solat sama sekali. Pikiranku saat itu, yang juga sama dengan temanku, kalau lelaki di kampung tersebut banyakan solat di pabrik.

Perkampungannya itu enggak menyeramkan. Memang banyak pohon sehingga terasa rindang, tapi tetap terasa panas menyengat. Mana mungkin kami berpikiran ada yang aneh karena ini siang bolong. Selesai solat, kami melanjutkan perjalanan.

Nah, di sinilah kami mulai merasa aneh dan sedikit ketar-ketir. Soalnya, setelah melewati jalan lain yang berkelok. Tiba-tiba kami kembali ke jalan perkampungan tersebut. Dan aku baru menyadarinya setelah mungkin kami sudah melewati daerah itu 4 kali atau lima kali. Benar-benar baru sadar saat aku melihat surau tempat kami solat zuhur tadi.

Keanehan ini membuat kami akhirnya sedikit fokus ke jalan. Melihat dengan seksama suasana perkampungan yang sama sekali enggak ada keanehan. Cuma itu aja, kami memang enggak bertemu orang sama sekali. Jadi, ketika sadar itu saat kami berniat bertanya sama orang tapi sayangnya enggak bisa karena enggak ada orang.

Kami melanjutkan terus perjalanan, di ujung gang tempat kami tadi berputar-putar, kami memilih belokan yang berbeda supaya keluar dari perkampungan tersebut. Tapi, hasilnya nihil. Serius. Di sini mulai terasa aneh dan mulai banyak berdoa.

Sampai di satu titik, suara azan Ashar terdengar. Kami benar-benar serius berdoa, memilih jalan yang sama seperti sebelumnya karena entah sudah berapa kali kami berputar-putar. Tapi, anehnya di sini kami justru menemukan jalan yang tadi tidak ada. Jalan yang cukup ramai dan banyak orang berlalu lalang.

Tak jauh dari jalan tempat kami keluar dari perkampungan tersebut. Ada masjid hijau. Di situlah kami berhenti dan berniat untuk solat Ashar. Di mesjid tersebut banyak orang yang ikut solat. Di sinilah kami mulai merasa lega tapi enggak berani berbicara apa-apa. Kami langsung saja solat demi meminta ampun sekaligus sujud sukur karena bisa melihat jalan lain.

Kemudian, usai solat, kami bertanya pada bapak Sol Sepatu yang juga sama selesai solat. Arah menuju Cibubur, dan si Bapak ini langsung menunjuk dan mengatakan “itu jalan raya itu udah sampai Cibubur.” Sontak kami menoleh ke arah jalan raya. Benar saja itu jalan menuju Cibubur tempat kami ingin tuju. Setelah mengucap terima kasih, kami langsung bergegas.

Sepanjang perjalanan barulah kami membahas, mulai dari kesadaran kami kalau itu kampungnya ramai suara tapi enggak ada orang. Sampai suara orang nyapu tapi enggak kelihatan orangnya. Dan ketidakpercayaan kami, soalnya itu terjadi di siang hari.

Jujur aja, kalau diceritakan sama orang lain pun banyak yang enggak percaya. Begitu juga kisah-kisah para pendaki yang sering mengalami kejadian horor di buku ini. Mungkin juga membuat pembaca merasa berlebihan atau apapun. Tapi, kalau dirasakan langsung sama yang bercerita, tentu akan berbeda.

Tentang Novel Pendaki Gunung Semeru


Karena opening ulasan novel ini kepanjangan dicampur sama ceritaku. Jadi, aku meminta maaf dulu nih. Novel ini aku pilih dengan harapan akan bisa mengobati rasa gemas usai membaca cerita Haru Mahameru yang buatku masih kurang digali.

Nyatanya, walaupun gaya tulisannya masih kaku dan sedikit aneh juga kurang bisa dinikmati. Namun, esensi dari ceritanya tetap bisa diikuti. Bahkan, menarik karena pengalaman masing-masing pendaki di setiap cerita ini berbeda.

Oiya, buku ini berisi kumpulan cerita yang terjadi oleh teman-temannya Fajar Aditya selama mendaki. Ada banyak gunung-gunung yang disebut di novel ini. Yang membuat seru adalah kisah mendakinya enggak sekadarnya ada juga disisipi track perjalanan mereka mendaki dari pos mana. Sampai apa saja pos pemberhentian yang mungkin bagi orang yang bukan pendaki gunung sepertiku akan menjadi informasi berharga dan menyenangkan untuk diketahui.

Buku ini juga sepertinya berasal dari isi podcast cerita horor pendakian yang sudah pernah diangkat ya. Jadi, buat yang malas mendengar ceritanya karena takut enggak bisa tidur. Mendingan baca novelnya aja. Masih lumayan buatku untuk dibaca dibanding mendengar ceritanya secara langsung, hehe.

Pengalaman Naik Gunung Yang Aneh Dan Horor


Ada banyak cerita yang dituangkan di novel ini. Ada cerita seram yang penuh dengan rasa penasaran ada juga cerita yang menyedihkan. Sedikit akan aku tuangkan dalam tulisan kali ini.

Nyaris Hilang Di Arjuno adalah cerita pendek pertama yang dikisahkan oleh Bagas. Ini adalah kisah pembuka, tentang seorang mahasiswa yang gabut dan menerima ajakan mendaki bersama temannya. Singkatnya ada pengalaman yang aneh seperti mendengar suara delman hingga suara perempuan mengitari tenda saat malam. Cerita Bagas saat memasuki perkampungan yang tampak tak berpenghuni ini, hampir mirip dengan yang aku alami. Bedanya, ia mengalaminya di sekitar gunung, sementara aku mengalaminya di perkampungan dekat kota.

Hilang Dalam Dekapan Semeru, ini cerita yang membuatku cukup merinding. Sangat merinding sih. Soalnya, pesan moral yang sangat jelas adalah izin dari orangtua itu dibutuhkan banget buat pendaki. Dan saat mendaki dilarang melakukan hal yang aneh, sebab bisa mengancam nyawa. Baca deh, ceritanya ini meskipun agak aneh tapi justru sangat menyedihkan.

Dimintai Tolong Korban Kasus Pembunuhan ini cerita yang cukup membuatku penasaran. Sampai aku googling demi mencari tahu apa benar ada kasus seperti ini. Rupanya ada dan benar ditemukan di lereng gunung, beritanya sekitar tahun 2015. Cuma, apa ini atau bukan, aku enggak tau ya. Intinya dari cerita di sini, pendaki yang sedang mendaki didatangi arwah perempuan yang meminta tolong pada mereka. Serem sih ini apalagi ditambah pesan kalau mendaki itu harus dalam kondisi hati lapang dan tidak boleh ada emosi buruk.

Cerita Pendaki Yang Harus Dijadikan Pembelajaran


Nah, ada masih banyak cerita lainnya yang berkaitan dengan para pendaki saat mereka berada di gunung. Kisah mereka ini harusnya bisa diambil pesan moralnya ya. Terutama yang baru ingin mendaki gunung.

1 Izin Orang Tua Harus Jelas

Ini paling utama sih, apalagi kalau masih punya orangtua lengkap. Izin kemana aja harus jelas jangan sampai bohong atau disembunyikan. Soalnya, kegiatan mendaki gunung memang aktivitas olahraga yang bisa dibilang mempertaruhkan nyawa. Kalau enggak mengantongi izin orangtua, udah ajalah mendingan jangan.

2. Dengar Apa Kata Penduduk Sekitar / Penjaga Pos

Penting juga untuk pendaki yang ingin mendaki gunung biar enggak ngeyel. Memang namanya mendaki gunung itu bisa merasakan kebahagiaan yang berbeda. Tapi, kalau dibilangin orang lain terutama mereka yang tinggal di gunung tersebut sebaiknya nurut. Sebab, bisa jadi itu nasihat yang baik untuk pendaki agar terlindung dari hal buruk.

3. Jaga Ucapan

Selama mendaki sebaiknya dari awal berangkat saja sudah harus menjaga ucapan. Bercanda boleh tapi jangan sampai mengucapkan kata-kata yang tidak baik. Karena, di gunung pun ada penghuninya yang tidak begitu suka dengan ucapan-ucapan buruk. Jadi, sebaiknya, jaga sikap dan ucapan selama mendaki.

4. Jaga Kebersihan

Ini yang penting juga nih, selama mendaki tolong jangan sampai membuang sampah sembarangan. Kalau mau buang air besar atau kecil harus dijaga juga. Jangan sembarangan apalagi sampai ‘nyampah’. Soalnya, penunggu gunung juga risih, gunung yang tadinya bersih tiba-tiba rusak gara-gara sampah.

5. Kendalikan Diri

Konon, naik gunung itu bisa memunculkan sifat asli manusia. Katanya, sifat orang bisa tampak saat mendaki gunung. Dan ini bisa jadi benar, karena manusia akan menjadi seperti apa dia saat tidak banyak orang ketika terdesak. Nah, kalau sudah berhadapan dengan orang yang mungkin membuat kesal, sebaiknya ditahan saja. Redakan emosi dalam diri lebih penting demi keselamatan sendiri dan teman lainnya.


Ini beberapa hal yang aku tangkap selama membaca cerita-cerita para pendaki. Yang membuatku semakin penasaran dengan cerita dari gunung lain. Sekalian belajar mengenal gunung-gunung yang ada di Indonesia. Jadi biar makin kaya akan wawasan. 

Buat kalian yang tidak masalah membaca kisah horor, novel ini cocok buat kalian baca sambil santai. Apalagi ceritanya pendek-pendek, enggak akan bikin kalian bosan.


Postingan Terkait