Cara Kelola Sampah Bersama Teamupforimpact
Pencemaran Lingkungan umumnya disebabkan oleh masyarakat di lingkungan itu sendiri
Faktor yang dapat menyebabkan permasalahan sampah di Indonesia semakin rumit adalah meningkatnya taraf hidup masyarakat yang tidak disertai dengan peningkatan pengetahuan tentang persampahan. Juga minimnya partisipasi masyarakat dalam menjaga keseimbangan lingkungan dan kurangnya kesadaran dalam memelihara kebersihan terutama untuk membuang sampah di tempatnya. Pada tulisan ini akan dibahas sedikit mengenai wajah persampahan di Indonesia, perilaku masyarakatnya dan pengelolaan sampah di Indonesia.
Bergerak Bersama TUFI Untuk Lingkungan Indonesia Yang Sehat
Kondisi Persampahan di Indonesia
Faktor Yang Memengaruhi Perilaku Masyarakat Terhadap Lingkungan
Solusi Penanganan Sampah dan Metode Pengolahan Sampah
Bergerak Bersama TUFI
Aksi Sederhana Menjaga Lingkungan
Wajah Sampah di Indonesia. Apa Itu Sampah? Bagaimana Kondisi Sampah di Indonesia?
Dalam undang-undang Nomor 18 Tahun 2018, pengertian sampah yaitu sisa yang bersumber dari kegiatan sehari-hari manusia atau proses alam yang berbentuk padat. Namun, di kalangan masyarakat Indonesia, sampah dikenali sebagai barang sisa yang tidak berguna. Sehingga penumpukan barang sisa ini menjadi kondisi yang sulit dikendalikan, dikarenakan timbunan sampah yang terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk. Beberapa fakta terkait sampah yang harus diketahui :
- Berdasarkan data dari Sistem Informasi Persampahan Nasional, jumlah timbunan sampah di Indonesia pada tahun 2021 sebesar 23,55 juta ton/tahun.
Sampah di Indonesia didominasi oleh sampah organik mencapai 60-70%, sementara sampah plastik mencapai 20% jumlahnya.
Pengelolaan sampah yang masih bertumpu pada penimbunan di tempat akhir, membuat tumpukan tersebut memiliki potesi tinggi dan berbahaya karena bisa melepas gas metan yang meningkatkan emisi gas rumah kaca.
Sistem pengolahan sampah yang dikelola pemerintah daerah tidak berjalan efisien dan tidak efektif.
Dan kurangnya partisipasi masyarakat yang kurang memelihara lingkungan dan juga masyarakat kurang dalam pengetahuan mengenai lingkungan.
Di beberapa daerah di Indonesia, bahkan belum memiliki tempat pembuangan sampah akhir yang sesuai dan memadai. Sehingga, banyak masyarakat yang membuang sampah mereka di tempat yang tidak semestinya.
Sementara di Bekasi, tumpukan sampah yang sudah dikumpulkan di TPA, justru menjadi masalah baru sebab sampah tersebut tidak terpisah sehingga sulit untuk diolah kembali.
Apa Saja Faktor Yang Memengaruhi Jumlah Sampah?
Sebelum mencari tahu bagaimana cara mengelola sampah sehingga tidak menjadi timbunan yang sia-sia. Mari ketahui apa saja penyebab timbunan sampah semakin banyak, faktor-faktor ini diambil dari buku Perilaku Masyarakat Dalam Pengelolaan Sampah karya Yohana Adelina Pasaribu.
Jumlah Penduduk
Sistem Pengumpulan
Proses Pemisahan Sampah
Kondisi Masyarakat
Sistem pengumpulan sampah yang saat ini banyak diterapkan di beberapa daerah, berupa kerjasama antara pengelola sampah daerah dengan aparatur masyarakat (RT/RW). Dengan sistem ini sebenarnya sudah maksimal, hanya saja masih banyak masyarakat yang enggan membayar iuran sampah dan memutuskan untuk membuang sampah bukan pada tempatnya.
Proses pemilihan sampah di tempat pembuangan akhir juga memengaruhi sampah semakin bertambah. Namun, ini bukan salah manajemen pengelola sampah. Sebab, sampah yang datang sudah banyak bercampur antara sampah organik dan sampah anorganik. Sehingga ini mempersulit pihak manajemen pengelola untuk memisahkan sampah-sampah tersebut.
Dan kebiasaan dari masyarakat yang masih mencampur sampah antara sampah organik dengan anorganik, menjadi penyebab mengapa sampah banyak menumpuk. Diperlukan pendidikan basis mengenai pengelompokan sampah hingga cara menangani sampah untuk semua kalangan. Sehingga, semua masyarakat Indonesia baik tua maupun muda dan dari semua kalangan, memiliki pengetahuan yang memadai terkait sampah.
Faktanya
Sampah Organik Lebih Banyak Jumlahnya
Hasil penelitian dari pengumpulan data di Kataboks, sampah organik di Indonesia mencapai 60-70%. Dan semua sampah tersebut kebanyakan bersumber dari sampah rumah tangga dan UMKM baik yang menjual bahan mentah maupun yang sudah diolah berupa makanan. Sampah organik ini sebenarnya bisa diolah kembali untuk menjadi kompos, pakan ternak, bahan makan maggot hingga menjadi eco enzym. Sayangnya, pengetahuan masyarakat dan kebiasaan yang belum diterapkan dalam memisahkan sampah organik dengan anorganik masih belum baik. Karena itu, perlu upaya yang cukup besar dengan memberikan dan melakukan penyebaran informasi di berbagai media, baik media sosial maupun media lain, mengenai sampah-sampah organik rumah tangga. Agar pengelolaan sampah bisa maksimal dimulai dari rumah.
Artikel Tentang Perubahan Iklim
Upaya Penanganan Sampah Organik
Edukasi Masyarakat
Ini adalah cara pertama yang harus dilakukan pemerintah pusat dan daerah untuk memberikan edukasi pada masyarakat agar memiliki kemampuan dalam memisahkan sampah baik organik maupun anorganik secara mandiri.
Pengumpulan Sampah
Sistem pengumpulan sampah yang saat ini berlaku sebenarnya sudah baik. Sampah dijemput oleh petugas kebersihan ke rumah, kantor, pertokoan dan tempat industri. Namun, dibutuhkan juga sistem pengumpulan yang mengkategorikan sampah sesuai dengan kelompoknya. Jadi, sampah yang diangkut tidak lagi dicampur tapi sudah dipisah. Karena, hingga saat ini, meskipun beberapa masyarakat sudah menerapkan pemisahan sampah, tapi tetap saja akan berakhir dicampur oleh petugas kebersihan karena belum adanya regulasi maupun edukasi tentang ini.
Sistem Pengelolaan
Setelah sampah-sampah ini diangkut oleh tim kebersihan, sampah akan dikumpulkan di tempat filter. Di sini, sampah-sampah tersebut dipisah sebelum masuk ke TPA. Tim filter sampah ini akan kembali memeriksa juga apakah sampah yang diserahkan dan dikumpulkan sudah sesuai atau belum. Kalau sudah sesuai, maka sampah yang masih bisa diolah, bisa langsung diserahkan ke lembaga yang menampungnya.
Kerjasama Dengan Lembaga Terkait
Sampah-sampah yang sudah dipisahkan dari tim filter, tentunya masih bisa berguna bagi kelompok lain. Pemerintah daerah dan pusat bisa bekerjasama dengan lembaga terkait maupun kelompok masyarakat yang membutuhkan sampah yang sudah terpisah. Seperti sampah organik yang sudah terpisah, bisa dijadikan kompos, pakan ternak, pakan magot maupun pembuatan eco enzym.
Edukasi Pengolahan Mandiri
Pemerintah dan aparatur masyarakat juga bisa memulai langkah untuk mengelola sampah secara mandiri di rumah. Dengan memberikan edukasi yang cukup sehingga setiap rumah tangga bisa mengaplikasikan ilmu seperti membuat kompos dari sampah organik rumah tangga. Atau pembuatan Eco Enzym dan apa saja manfaatnya. Dengan pengolahan secara mandiri, bisa membantu mengurangi penumpukan sampah di TPA.
Lembaga Pengolahan Sampah
Untuk sampah-sampah anorganik seperti buku, tas, baju atau sampah lain. Pemerintah daerah maupun pusat bisa bekerjasama dengan rumah sampah dapat yang membantu mengumpulkan dan mendaur ulang maupun memodifikasi barang tersebut sehingga bisa digunakan lagi. Saat ini, organisasi maupun kelompok masyarakat yang mengolah sampah anorganik seperti ini masih belum disorot secara massal. Sehingga, masih banyak yang belum mengenalnya, seperti donasi barang maupun waste for change. Padahal usaha yang mereka lakukan bisa berdampak bagi pengurangan sampah jika mendapat bantuan maksimal dari pemerintah.
Rumah Kompos
Sama seperti organisasi yang mengelola sampah anorganik. Konsep rumah kompos ini khusus untuk masyarakat perkotaan yang memiliki lahan terbatas dan waktu yang terbatas. Sehingga, mereka bisa mengumpulkan secara mandiri sampah organik mereka ke sebuah wadah yang disediakan agar sampah tersebut tidak perlu menumpuk terlalu lama di tempat mereka. Ini juga bermanfaat agar tidak terjadi penumpukan akibat tidak sempat diangkut oleh petugas kebersihan. Sayangnya, konsep rumah kompos yang menampung sampah organik di lingkugan perkotaan belum ada (atau memang belum banyak diketahui).
Upaya Pengolahan Sampah Yang Sudah Ada
Bank Sampah yang sudah dikelola oleh kelompok masyarakat. Menerapkan konsep menabung sampah yang sudah dipilih dari rumah dan mengantarkannya secara mandiri ke tempat bank sampah.
Penerapan usaha Ekowisata di beberapa daerah, dimana tempat wisata ini menyediakan juga fasilitas edukasi untuk pengolahan sampah maupun edukasi mengenai lingkungan.
Usaha organisasi non government Waste for Change dimana konsep ini mengumpulkan sampah khusus seperti minyak jelantah, sampah buku, baju maupun sampah bekas produk kecantikan.
Apa Saja Upaya Yang Sudah Dilakukan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Sampah Secara Mandiri
Ini Usahaku Bergerak Bersama TUFI
Sekarang saatnya berkenalan dengan Team Up For Impact yang merupakan sebuah website yang menyediakan aktivitas berupa tantangan setiap hari yang mudah diikuti.
Aktivitas tantangan ini ditujukan untuk menerapkan kebiasaan bagi semua orang dengan melakukan hal sederhana.
Inspirasi Gerakan Sahabat Sampah
Dan Ini Adalah Manfaat Setelah Ikut Tantangan Bersama Team Up For Impact
Jadi tempat edukasi mengenai aktivitas apa saja yang bisa mengurangi penggunaan energi.
Semangat untuk mengurangi sampah dengan mengikuti tantangan sederhana seperti membawa kotak makan dan botol dari rumah.
Bisa mendapat penghargaan berupa penanaman pohon secara gratis setiap menyelesaikan challenge.
Happy setiap bisa menyelesaikan satu tantangan dan jadi ingin ikut tantangan seru lainnya setiap hari.
Tantangan yang berhasil diselesaikan setiap hari
Selain menyenangkan dan bisa menanam pohon setiap selesai mengikuti tantangan.
Ikut challenge Team Up For Impact juga jadi sarana edukasi untuk menambah wawasan tentang apa saja aksi yang bisa melindungi lingkungan.
Seperti aksi bangga dengan film lokal. Juga kegiatan mencari informasi mengenai hal yang berkaitan dengan penjagaan lingkungan.
Sehingga masyarakat jadi lebih tahu, bisa paham dan menambah wawasan terkait hal apa saja yang bisa dilakukan untuk menciptakan lingkungan yang baik.
Hal-hal yang bisa dilakukan pun sederhana. Bahkan, seringnya tidak mengeluarkan uang sama sekali.
Dari aksi bersama TUFI ini, masyarakat juga bisa berkenalan dengan masyarakat adat yang merupakan garda terdepan penjaga hutan dan lahan gambut yang bermanfaat untuk kehidupan.
Bisa mempelajari contoh usaha mereka dari kegiatan masyarakat lokal di Desa Nusantara ini demi mempertahankan lahan pertanian mereka.
Artikel Tentang Desa Nusantara
Ini sedikit kisah perjuangan beberapa kelompok masyarakat demi lingkungan yang tetap terjaga.
F.A.Q
Pertanyaan Yang Sering Diajukan
Bagaimana Cara Bergabung Dengan Team Up For Impact?
Buat teman-teman yang ingin mengikuti challenge berhadiah penanaman pohon secara gratis. Bisa langsung buka website teamupforimpact.org, setelah mendaftar bisa langsung membuka challenge sesuai kategori. Bisa disesuaikan juga dengan aktivitas hari itu. Pilihan kegiatannya juga mudah sekali untuk dilakukan, jadi tidak akan memberatkan.
Bagaimana Cara Perhitungan Challenge?
Setiap kita menyelesaikan satu tantangan setiap hari, maksimal menyelesaikan tiga tantangan dalam satu hari, teman-teman akan mendapatkan poin yang tertera pada bagian kanan atas. Dari perolehan point tersebut, bisa ditukar dengan penanaman pohon yang sudah disediakan dari tim TUFI.
Apa Iya Kegiatan Ini Benar Gratis?
Betul, kegiatan yang disediakan TUFI di website mereka semuanya bersifat GRATIS. Namun, untuk menyelesaikan tantangan tentu tidak semuanya tanpa usaha. Maksudnya, seperti tantangan untuk MENCARI INFORMASI KEMASAN RAMAH LINGKUNGAN. Pada tantangan ini, teman-teman tentu membutuhkan media untuk mencari informasi. Nah, kalau menggunakan media online, pastinya membutuhkan kuota internet. Usaha di sini termasuk dengan menggunakan kuota internet untuk mencari informasi yang bermanfaat.
Pohon-pohon Tersebut Ditanam Dimana?
Untuk informasi ini sudah disediakan oleh TUFI di website mereka teamupforimpact.org. Di website, teman-teman bisa melihat tanaman yang sudah ditanam dari hasil penukaran point tantangan ditanam dimana. Saat ini, fokus team up for impact baru menanam dan menghijaukan kembali daerah Sumatra Barat. Proses penanaman ini tentunya tidak bisa cepat. Karena itu, peran teman-teman sebagai bagian dari masyarakat Indonesia, agar aktif dalam mengikuti challenge yang benar-benar dipraktekkan, supaya bisa tampak hasilnya bagi bumi kita.
Setelah Selesai Satu Tantangan Setiap Hari Boleh Dishare?
Boleh banget! Malah semakin sering kita share di media sosial setiap menyelesaikan satu tantangan. Kita bisa membantu agar informasi mengenai kegiatan sederhana ini bisa diikuti oleh orang lain. Satu langkah kecil untuk bisa membuat langkah besar yang bermanfaat bagi bumi kita. Dengan menyebarkan informasi mengenai challenge TUFI ini, kita sudah menjadi bagian dari penggerak agar bumi kita, terutama Indonesia, menjadi lebih baik di kemudian hari.
Kira-kira Mulai Dari Challenge Yang Mana?
Mau mulai dari challenge mana saja boleh. Tapi, bisa juga mengikuti challenge rekomendasi dari TUFI yang sering muncul di menu utama. Challenge rekomendasi ini bisa berubah-ubah setiap hari. Jadi, bisa diikuti semisalnya belum tahu sregnya ikut challenge yang mana. Intinya, saat mengerjakan dan mengikuti challenge ini teman-teman merasa senang dan bersemangat.
Ada satu kutipan dari buku yang sudah kubaca. Kutipan yang sangat menarik dan selalu kuingat, "jangan pernah berhenti berbuat baik"
Karena itu, ini adalah satu usahaku untuk berbuat baik sekaligus mengajak teman-teman untuk melakukan aktivitas sederhana untuk memperlambat perubahan iklim dan juga untuk mengurangi penumpukan sampah. Caranya mudah, bisa ikut aksi ini bersama teman-teman Eco Blogger Squad (EBS) dengan membuat reels #BersamaBergerakBerdaya yang menyeritakan kegiatan memenuhi tantangan dari Team Up For Impact. Bentuk kebaikan lain yang mungkin tidak disadari yaitu menanam pohon agar bumi tetap terjaga.
Kutipannya Dari Buku The Hate You Give