#IndonesiaBikinBangga Eksistensi Masyarakat Adat Dalam Literatur

Masyarakat adat


Modernisasi yang menjangkau masyarakat adat memang tak bisa disangkal. Perubahan akibat modernisasi ini bukan saja mencangkup dari kehidupan tapi juga memengaruhi perubahan sosial dan budaya. Selalu ada sisi kelebihan dan kekurangan dari setiap proses perubahan yang memengaruhi masyarakat tak terkecuali masyarakat adat.

Dari perbincangan pada Jumat, 12 Agustus 2022 yang lalu. Bersama dengan kak Mina dan @rumah.aman kami tim #EcoBloggerSquad membahas topik yang cukup seru, #IndonesiaBikinBangga : Masyarakat Adat yang Kaya Tradisi dan Budaya. Relevansi dari pembahasan ini adalah bagaimana peran masyarakat adat yang tinggal di sekitar hutan menjaga keberlangsungan hutan hingga saat ini. 

Mengingat masyarakat adat, otomatis juga membuatku mengingat beberapa literasi baik fiksi maupun nonfiksi yang membahas mengenai masyarakat adat ini. Tapi, yang paling membuatku teringat selalu adalah dua karya fiksi berjudul ISinga dan Tanah Tabu. Kedua novel ini sama-sama membahas mengenai masyarakat Papua.


Literatur Fiksi Tentang Masyarakat Adat 

Tanah kita keramat, Nak. Tabu. Diciptakan Yang Maha Kuasa khusus untuk kita, tahukah kau kenapa? Sebab Dia tahu kita bisa diandalkan untuk menjaganya. Itulah mengapa nenek moyang kita sejak dulu hidup sederhana. Apa adanya. Mengambil seperlunya dari alam dan mengembalikan sisanya lagi pada alam untuk disimpan sebagai warisan anak - cucu.” - Kutipan Novel Tanah Tabu halaman 74.

Tanah, hutan dan air adalah sumber kehidupan. Baik bagi manusia, hewan, tanaman dan berbagai makhluk hidup lainnya. Masyarakat adat setempat secara turun temurun memiliki sejarah. Batas-batas wilayah dan tanda bukti alam. Ada lembaga adat yang mengurus dan mengatur masyarakat dan hak atas tanah. Hubungan antara tanah dan manusia ibarat ibu dan darah. Memberikan napas dan kehidupan bagi manusia sejak lahir. Tumbuh besar hingga mati. Karenanya tanah dan hutan harus dijaga, dilindungi, dikelola, dan dimanfaatkan untuk kelanjutan hidup manusia. Mama-mama di perkampungan itu mengatakan, bagi mereka, tanah adalah ibu kandung mereka.” - Kutipan Novel ISinga halaman 164

Pohon hutan


Dalam kedua novel ini digambarkan bagaimana masyarakat papua menjaga hutan tempat mereka mencari sumber untuk makan hingga tempat tinggal. Ketua adat yang mengatur perihal penggunaan hutan memiliki aturan yang jelas. Seperti, kapan waktu yang tepat untuk menebang pohon hingga kapan waktu tepat untuk masa istirahat. Dan semua masyarakat di sekitarnya sangat patuh menaatinya. Bahkan, tanah-tanah yang ada tidak boleh diperjualbelikan pada orang lain. Namun, ketika para tetua banyak yang meninggal, banyak dari hukum adat ini dilanggar.

Berawal dari masuknya pemikiran modern hingga kehidupan modern membuat transformasi pada masyarakat adat di sana dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini tetua adat berusaha untuk tetap mempertahankan nilai budaya yang ada dalam pengelolaan lingkungan. Namun, campur tangan dari orang di luar masyarakat adat inilah yang justru merusak. Sebab sifat eksploitatif yang mereka bawa justru menjadi penyebab perusakan lingkungan yang besar.

Bukan berarti masyarakat adat ini menolak menjalani kehidupan modern. Namun, faktanya justru modernisasi yang tidak disertai etika yang berorientasi pada lingkungan menjadi penyebab krisis ekologis hingga ikut juga mengikis kemampuan dan etika moral pada masyarakat adat. Lantas bagaimana caranya agar masyarakat adat ini tetap bisa menjalani kehidupan modern namun tidak membuat mereka mengurangi atau menghilangkan adat tradisi penjagaan lingkungan sejak nenek moyang?

Sebenarnya ini adalah topik yang sering diangkat ke dalam literatur fiksi maupun nonfiksi. Pembahasan mengenai pengelolaan lingkungan agar hutan tidak punah, bukan lagi menjadi bahasan yang hanya sekali atau dua kali diadakan. Tapi, sudah sangat sering dan rutin namun seringnya modernisasi dengan masyarakat adat yang menjunjung tinggi nilai tradisi seringnya bertentangan.


Hutan alam


Kearifan Lokal Dan Pelestarian Hutan 

Pada pembicaraan siang hingga sore melalui aplikasi daring ini menorehkan banyak informasi yang tidak sedikit. Tentang peran serta masyarakat kota untuk mendukung masyarakat adat agar tetap bisa menjalankan peranan mereka terhadap lingkungan. Hingga bagaimana usaha masyarakat kota untuk bisa ikut menjaga keberlangsungan hutan.

Salah satunya dengan mendukung gerakan menyukseskan kongres masyarakat adat nusantara di wilayah adat Tabi. Dengan begini, eksistensi masyarakat adat diharapkan akan memiliki porsi yang lebih besar dalam pengelolaan lingkungan dan hutan. 

Dalam kegiatannya @rumah.aman menggandeng banyak perempuan adat untuk memastikan keberlanjutan pengetahuan tradisional pada generasi berikutnya. Sebab, peran perempuan dalam menjaga ketahanan hidup dan wilayah sangat besar. Bahkan, tercatat 70% perempuan telah menyediakan pangan bagi 31 juta jiwa rakyat Indonesia.

Dukungan yang paling nyata bisa dalam bentuk membeli langsung produk pertanian atau kerajinan tangan dari masyarakat adat. Atau bisa juga dengan menyalurkan donasi kepada lembaga yang membantu agar masyarakat adat serta lingkungan tetap lestari.

Ada satu fakta yang membuatku semangat mengenai pelestarian lingkungan ini. Salah satu hal yang termasuk ke dalam sedekah dalam ajaran islam adalah dengan menanam pohon. Jika menanam pohon termasuk sedekah maka membantu gerakan penjagaan lingkungan dari lembaga yang ada juga termasuk sedekah yang nantinya akan bernilai sangat besar bagi kehidupan kita.

Karena itu, mulai sekarang sudah waktunya untuk memperbaiki mindset bahwa menjaga lingkungan bukan sekadar tidak membuang sampah saja. Tapi, totalitas dalam bijak menggunakan barang, bijak mengelola sampah hingga mendukung gerakan perlindungan alam yang ada di negeri kita yang tercinta ini.

Jika para penulis sudah memberikan dukungannya dengan menuliskan informasi mengenai masyarakat adat baik nonfiksi maupun fiksi. Maka saat ini caraku sebagai pembaca dengan menyeritakan kembali betapa pentingnya keberadaan masyarakat adat demi keberlangsungan lingkungan dan alam. Dan juga peran sertamu sebagai generasi muda untuk ikut mendukung dalam berbagai bentuk demi alam Indonesia agar tidak semakin rusak.

Terus, bagi pembaca yang melihat atau menyaksikan video tentang masyarakat adat yang tengah mengelola lingkungan atau melakukan ritual adat demi menjaga lingkungan. Berikan dukungan berupa komentar yang baik. Bagikan dan teruskan gerakan kegiatan para masyarakat adat ini agar tidak tenggelam dan terus tersebar hingga ke semua lapisan masyarakat.

Esok adalah hari kemerdekaan Indonesia. Harapanku generasi saat ini, terutama generasi muda. Sudah mau mulai ikut bersama melindungi hutan dan alam yang ada melalui banyak program yang tersedia. Semoga dengan gotong royong ini, pencapaian penjagaan lingkungan dan hutan bisa tercapai. 


Postingan Terkait