Novel Distopia Deliverance Dimensional Fugitive

 

Review novel


"Berada di negeri yang asing dan menakutkan, tentu aku tak ingin apa-apa kecuali Kakak ada di sisiku." - hal 22

Di atas adalah kutipan dari novel Deliverance Dimensional Fugitive karya Shireishou. Cerita dibuka dengan kisah seorang kakak lelaki yang menggendong adiknya. Alf, sang kakak berjuang agar adiknya, Neysha, tetap selamat dari kerusuhan dan kerusuhan.

Dunia yang dihuni oleh Alf dan Neysha pada awal cerita adalah bumi yang tandus dan gersang. Banyak debu bertebaran dimana-mana. Air dan makanan sulit didapatkan. Meski begitu, pemerintah membagikan air dan makanan dalam jumlah yang sangat sedikit. Dengan membagikannya melalui pesawat di waktu-waktu tertentu.

Kondisi negeri yang kacau balau akibat perang. Perang yang juga dipicu oleh negeri yang membangun pabrik pembuatan senjata. Negeri yang dihuni Alf dan Neysha yang tandus. Perut yang lapar adalah hal yang mendominasi masyarakat yang kurang beruntung.

Sementara yang kaya? Tentu mereka tidur dalam keadaan kenyang. Bahkan, tak perlu menghitung debit air saat mandi. Dan semua kemewahan yang ada di tempat orang kaya tentu tak dirasakan masyarakat yang kurang kaya.

Membaca novel ini di awal, mengingatkan aku pada film Mad Max. Tentang bertahan hidup di negeri yang tandus. Hingga bagaimana bertahan dengan rasa lapar dan haus namun tetap harus melindungi diri dan orang yang disayang.

"...setiap kali kita pindah dimensi, ingatan kakak mundur satu tahun. Dua kali pindah dimensi, kakak kehilangan dua tahun kenangan."


Informasi Buku

Judul : Deliverance : Dimensional Fugitive

Penulis : Shireishou

Halaman : 225

Editor : Donna Widjajanto

Ilustrasi Sampul : Sukutangan

Bahasa : Indonesia

Format : Ebook Gramedia Digital

Diterbitkan oleh Mekar Cipta Lestari

ISBN : 9786239435547



Novel Fantasy Distopian Indonesia Bertajuk Antar Dimensi

Ini adalah novel distopia yang pertama karya penulis Indonesia yang kubaca. Dalam setiap novel yang bikin penasaran itu adalah sisi misteri. Ada bagian yang selalu menjadi pertanyaan dan ingin sekali diketahui sehingga betah untuk dibaca sampai tuntas.

Dari novel ini ada beberapa hal yang sempat membuatku bertanya dan juga menjadi pertanyaan sekaligus dari tokoh-tokohnya.


1 Alasan kenapa Neysha selalu diburu

2. Maksud dari Ibunya Alf dan Neysha saat meminta Alf untuk tidak membunuh apalagi terlibat dengan komplotan Phonixkralle

3. Mengapa setiap perpindahan dimensi, Neysha mengingat banyak hal sementara Alf tidak

4. Siapa Alf dan mengapa banyak pembunuh dari Phonixkralle mengenalnya

5. Apa itu Drain-blood yang muncul di menjelang akhir buku

6. Siapa bapaknya Neysha dan Alf

7. Apa yang hendak disampaikan Neysha saat Alf hendak berburu

8. Rahasia apa yang disembunyikan oleh Ibunya Alf dan Neysha


Untuk setiap misterinya memang terjawab sudah di bab menjelang akhir. Dan semua tirai seolah terbuka, menjabarkan apa dan siapa serta mengapa. Dengan penjelasan yang runtut sehingga pembaca enggak akan terasa bingung.

Ada banyak adegan action dan pembunuhan serta kekerasan yang cukup kental dalam novel ini. Namun, porsi menegangkannya yang lebih unggul. Udah gitu, buatku pribadi novel ini termasuk straight to the point jadi enggak bertele-tele, asik dibaca sampai akhir.

Terus, ada juga sih yang bikin ngilu di bagian si Pimpinan hendak berbuat cabul. Ini bikin merinding. Asli. Tapi, beruntungnya Alf bisa mencegah semuanya terjadi. Cuma, ya ampun jadi makin parah sih si pimpinan ini sosoknya.

Untuk narasi mengenai dunia antar dimensi yang disinggahi Alf dan Neysha cukup menarik dan lumayan. Sementara untuk teknologi gerbang dimensinya juga lumayan konsisten dan aku enggak merasakan ada plot hole (atau mungkin karena kurang jeli dan teliti akunya?)

Seperti alasan kenapa dunia mereka porak poranda? Alasan terbesarnya adalah pemerintahan yang korup dan eksploitasi besar-besaran hingga peperangan. Membuat banyak rakyat semakin miskin. Dibuktikan dari bab pembuka saat Alf bahkan harus berebut dan berkelahi demi mendapatkan air dan roti.

Meski begitu ada juga dimensi lain yang termasuk masih belum modern dan belum banyak teknologi. Tapi, justru punya persediaan makanan dan minuman yang berlimpah. 

Di sini jadi pemikiran juga, apa iya modernisasi menggerus tak hanya budaya dan ketersediaan hutan sebagai bahan pangan manusia. Tapi, juga menggerus kemanusiaan? Sebab, mungkin saja ketika manusia sudah mulai kekurangan maka insting bertahan hidup dengan melakukan apapun akan mendominasi.

Ngeri juga sih, karena ada sekilas teringat bincang-bincang mengenai hutan dan ketahanan pangan. Yang membuatku makin merasa kalau urgensi menjaga hutan demi masa depan yang baik itu sudah harus terus disuarakan.

Salah satunya dengan ikut donasi menanam pohon bersama @hutanitu.id jadi pohon yang ditanam bukan yang ada di pekarangan. Tapi, yang ada di hutan. Dan donasinya jangan cuma sekali, tapi terus berlanjut. Agar pohon yang sudah ditanam juga mendapat perawatan dimana sudah tentu membutuhkan biaya. 

Urgensi penjagaan hutan Indonesia akan aku terus suarakan di beberapa tulisanku. Biar enggak sekadar issue yang berkembang sebentar kemudian redup. Jangan. Biar kondisi negara kita enggak kaya negeri yang dihuni Alf dan Neysha. Serem soalnya.


Novel deliverance


Review Novel Deliverance

Waktu itu aku pernah baca komentar tentang buku ini yang isinya bilang kalau novel ini cukup mencekam dan mengerikan. Wajar, karena memang ada bagian yang paling mengerikan yaitu saat seorang Bapak kandung hendak 'memerkosa' anak kandungnya. 

Serius, bagian ini mengerikan banget dan jadi trigger warning ya buat teman-teman. Sementara itu, novel distopia dari penulis Indonesia ini menurutku isinya cukup menarik dan cocok buat yang suka sama cerita seperti Divergent atau Mortal Instruments

Bukan bermaksud over dalam menulis ulasan. Tapi, sampai selesai aku memang enggak menemukan hal yang membuatku tidak menyukai novelnya. So far selama aku baca, buatku menarik aja dan memang lebih ke penasaran yang bikin ngejar sampai selesai. Selebihnya belum menemukan sisi yang bisa dikritik atau diberikan saran.

Jadi, silakan tentukan sendiri pendapatmu setelah membaca novelnya.




Postingan Terkait