Ulasan Novel Dimensi Langit Manusia
Dimensi Langit Manusia adalah novel yang memuat kisah tentang dua insan yang bergumul dengan keterpurukan. Yang satu terpuruk usai sepeninggalan suaminya. Yang satu lagi terpuruk usai perceraian dan kehidupannya yang runyam.
Dalam proses pertemuan, mereka senantiasa berbincang mengenai Tuhan dan makhlukNya. Bagaimana menerima takdirNya. Bagaimana meyakini takdir Nya.
Alert : trigger warning buat pembaca yang mungkin belum pulih dari duka mendalam akibat ditinggal oleh orang terkasih. Soalnya kisah dan kondisi salah satu tokohnya, bisa memicu kesedihan.
Karena, aku baru bisa menyelesaikan novel ini setelah beberapa bulan. Usai menerima Dimensi Langit Manusia, kehidupan duniaku sedang tidak baik-baik saja.
Dimulai dari kesehatan mendiang Bapak Allahu Yarham yang menurun drastis. Hingga perjuangan mencari ICU di semua rumah sakit tipe B seluruh kota Bekasi.
Hingga kemudian, mengalami kembali kesedihan akibat ditinggal meninggal orangtua. Karena, setelah Bapak meninggal, aku menjadi yatim piatu. Dan ini kondisi cukup berat untukku.
Aku berkali-kali menghentikan bacaan di beberapa lembar awal. Sebab, kesedihan Tavi, salah satu tokoh dalam novel ini. Benar nyata seperti yang kurasakan. Dan ini membuatku tak tahan.
Kucoba berkali-kali untuk memulai membaca novel ini. Namun, berkali pula aku mengundurkan diri. Sebab, hatiku masih kalut juga kehilangan motivasi. Namun, hidupku masih tetap berlanjut.
Kurasa ini adalah keberuntungan ketika aku bisa menyelesaikan novel ini. Tidak mudah, jujur saja. Ada banyak kepedihan dan tempaan hidup yang memang juga sering terjadi pada orang di sekitarku. Dari kebahagiaan yang baru saja dimulai, namun pada akhirnya hampir terenggut lagi. Sampai, merasa tak kuasa menghadapi takdir yang ada. Semua benar-benar related dengan kehidupan.
Karena itu, sebelum membaca novel ini. Pastikan juga pembaca tidak sedang bersedih karena berduka. Sebab, kondisi kesehatan pembaca lebih utama.
Kartu Tanda Buku
Judul : Dimensi Langit Manusia
Penulis : Astrida Hara
Halaman : 314
Format : Buku Fisik
Bahasa : Indonesia
Tata Letak Sampul : Suku Tangan
Tata Letak Isi : Rizkyka Wulandary
Penyunting Naskah : Anwar Holid
Diterbitkan oleh Mekar Cipta Lestari
ISBN : 9786239822392
Tentang Penulis Dimensi Langit Manusia
Astrida Hara, nama pena sosok yang menulis novel ini. Beliau mengenyam pendidikan di Institut Teknologi Bandung dan Kanazawa University. Tak heran jika karakter dalam novel ini membuat pendekatan hubungan antara manusia dengan Tuhan melalui sains.
Imajinasinya yang memang sudah berkembang sejak kecil, diikuti keahlian menulis. Membuat novel ini jadi tampak lebih 'hidup' karena sangat berkaitan erat dengan kehidupan nyata.
Tak heran, novel Dimensi Langit Manusia ini pernah memenangkan lomba, sebagai Juara Favorit dalam ajang kepenulisan novel di Kwikku. Dan setelah terbit di MCL, judulnya diubah dari Dimensi saja.
Novel ini bahkan sudah melalui riset panjang. Sehingga, hasilnya mampu menguatkan situasi dan kondisi para tokohnya.
Dimensi Langit Manusia Tentang Posisi Manusia Dan Kehidupan
Kisah dimulai dari kondisi Tavi yang masih terpuruk. Ia sedikit mengalami gangguan dalam menerima kenyataan. Masih sedikit linglung, antara posisinya yang sudah di Indonesia dan berada di rumah kakaknya. Dengan ingatannya ketika berada di Jepang bersama keluarga kecilnya.
Kesedihannya kian hari membuat Tavi merasa berat. Ia bahkan tak memedulikan Lafi anaknya. Beruntung, ia memiliki Ibu dan kakak lelakinya yang mau membantu serta menemaninya.
Berulang kali sang kakak mengingatkan padanya. Bahwa duka yang ia rasakan, juga dirasakan oleh keluarganya. Dan duka itu bisa memengaruhi Lafi yang belum memahami apa itu perpisahan.
Sebuah kado istimewa dari Galal. Yang berisi surat dengan teka-teki di dalamnya. Membantu Tavi bangkit dan kembali menjalani kehidupan. Apalagi dalam hidupnya, Galal sangat istimewa, membuat Tavi susah move on.
Keadaan Tavi berangsur membaik. Suatu hari ia bertemu dengan Alvan. Sosok lelaki, anak dari teman Ibunya, yang ternyata datang untuk membantu melihat kondisi Tavi. Kedatangannya diakui Alvan bukan sebagai bagian dari perjodohan. Sebab, ia sudah memiliki tunangan.
Dari pernyataan inilah Tavi akhirnya mau membuka diri dengan diskusi panjang. Bahkan, di pertemuan berikutnya, mereka juga mendiskusikan tentang eksistensi manusia hingga bagaimana menjalani takdir dari sang pencipta.
Kesedihan Berlarut Bisa Mengganggu Stabilitas Emosional Orang Sekitar
Ketika Tavi masih belum bisa menerima kepergian Galal. Ia mengalami kesedihan berlarut. Membuatnya tak mau mengasuh Lafi. Ia masih mempertanyakan, mengapa Galal harus meninggal?
Tak jarang, kesedihannya ini membuahkan pertengkaran Tavi dengan Ibunya. Terkadang dengan kakaknya. Perihal kondisi Tavi yang semakin buruk. Di sini, mereka berusaha untuk menyeret Tavi keluar dari kesedihannya. Namun, tentu usaha tersebut tidak mudah. Karena upaya keluarganya membuat emosional mereka ikut bergejolak.
Bahkan, setelah Tavi tampak mulai bangkit. Kemudian, menjalani kehidupan pun, ia masih dihadapi pada perilaku Lafi. Yang saat itu memandang Ibunya hanya fokus pada hadiah dari Galal. Sampai mengomeli Lafi yang membuat hadiah tersebut tak lagi berada di tangan Tavi.
Dan kesedihan Lafi sebagai anak yang mulai merasakan kehilangan ayahnya. Menghadirkan kepolosan yang menyakitkan. Ketika ia berkata pada Tavi ingin ikut bersama sang ayah.
Bukan hanya itu, ternyata menjalani kehidupan single parent sekaligus harus memamah luka. Membuat Tavi kebingungan. Hingga ia tak percaya dengan sebuah berita bahwa Lafi terlibat pertengkaran dengan temannya di sekolah.
Review Dimensi Langit Manusia
Ada satu hal yang membuatku mengingat tulisan Dee Lestari di blognya yang lawas. Beliau menuliskan tentang, membahagiakan diri sendiri sebelum membahagiakan orang lain.
Kaitannya, saat seorang Ibu memutuskan untuk membahagiakan anaknya. Ia harus sudah bisa selesai dengan masalah diri sendiri. Dan sudah harus bisa membahagiakan dirinya sendiri sebelum mencapai goal untuk membahagiakan anaknya.
Dan hal itu memang rasanya masuk akal. Apalagi kalau dikaitkan dengan kehidupan Tavi. Yang memiliki anak masih kecil, dimana pengasuhan anak masih kecil membutuhkan energi yang cukup besar.
Karena itu, aku sangat menghargai usaha Tavi yang berangsur menyadari bahwa terkadang ia terlalu fokus pada kesedihannya. Hingga lupa pada kebahagiaan orang yang ada di sekitarnya.
Yang paling mengejutkan adalah ketika Lafi mulai terbuka dan menyeritakan pengalamannya berada di sekolah. Ternyata ia mengalami bullying yang membuat Lafi nekat memukul temannya yang membullynya. Pada akhirnya, Tavi baru tersadar kalau ternyata Lafi juga menghadapi masa yang sulit. Bukan hanya dirinya saja.
Selain kisah proses seseorang menerima takdirNya. Ada juga cerita tentang membuka hati untuk hal baru dan orang yang baru. Namun, bumbu kisah ini bukan pusatnya. Karena secara keseluruhan cerita ini memang berfokus pada Tavi dan Alvan yang berjuang untuk melihat kehidupan seperti bungkus permen. Akan selalu ada hal manis dari pahitnya kehidupan.
Overall, buatku sebagai pembaca novel terbitan MCL Publisher. Penerbit ini belum pernah gagal memberiku kejutan di setiap karya yang diterbitkan. Semoga MCL tim tetap semangat menerbitkan buku-buku yang keren seperti ini.