
Baru kali ini baca buku ilustrasi yang sebenarnya ramah buat anak remaja. Apalagi moral story-nya dalam sekali. Tapi, bisa bikin nangis sesegukan karena ikut merasakan kesedihan yang dialami tokohnya.
Kalau baca ini, seakan bisa merasakan semua emosi yang mampir di setiap tokohnya. Terutama dua tokoh utama yang merupakan sahabat lintas generasi. Rasanya, setiap perjalanan mereka, benar-benar mendewasakan banget.
Memoires De La Foret Overview’s
Ilustrasi sampul Ferdinand Tikus Mondok dan Kenangan yang Hilang versi Penerbit Baca ini memang tampak menjanjikan banget. Memberikan harapan bahwa kisah yang ada di dalam novel ini, tidak akan mengecewakan.
Akan terasa hangat, manis dan nyaman. Walaupun seperti yang sudah saya katakan sebelumnya, akan ada momen mengharukan sekaligus membuat sedih. Namun, bukan untuk sesuatu yang buruk. Momen tersebut sebagai pengingat bahwa cinta akan selalu ada sepanjang masa.
Kartu Tanda Buku
Judul : Memoires De La Foret : Ferdinand Tikus Mondok dan Kenangan yang Hilang
Penulis : Mickael Brun-Arnaud
Tebal : 259 halaman
Ilustrasi : Sanoe
Penerjemah : Rini Nurul Badariah
Diterbitkan oleh Penerbit Baca
ISBN : 9786238371433
Cerita Dalam Sebuah Buku Tentang Pemilik Toko Buku
Pernah membaca novel The Door to Door Bookstore? Novel yang diterjemahkan dan diterbitkan oleh Penerbit Baca ini juga berkisah tentang toko buku. Meski, bedanya dengan novel Memoires De La Foret ini, si Archibald Rubah yang memiliki toko buku.
Si tokoh utama yang menjadi pemilik toko buku. Bukan seperti Carl yang menjadi pegawai dari toko buku. Namun, keduanya sama-sama bertema buku tentang buku.
Dalam novel yang judul terjemahan bahasa Indonesianya ini Ferdinand Tikus Mondok dan Kenangan yang Hilang, ada banyak banget judul buku yang disebut. Tapi, buku-buku tersebut tentu tidak akan bisa ditemui di sini. Soalnya, buku-buku tersebut merupakan karya dari penghuni hutan tempat Archibald dan Ferdinand tinggal.
Archibald Rubah sendiri menerima toko buku tersebut sebagai warisan dari kakeknya. Yang merupakan teman Ferdinand Tikus Mondok. Bisa kebayang kan, berapa usia Ferdinand?
Di toko buku ini, Archibald tak hanya menerima buku-buku karya teman-temannya di hutan. Dia juga harus membuat strategi agar buku yang dititipkan bisa terjual. Kerennya di hutan tempat tinggal Archibald, hewan-hewan disana senang membaca buku. Dan bukan menjadi hal yang aneh untuk membaca apalagi berkunjung ke toko buku.
Dan suatu hari, kunjungan Ferdinand ke toko bukunya Archibald membuat gempar. Soalnya, Ferdinand ini mencari buku yang ia tulis dan dititipkan di toko bukunya Archibald. Sayangnya, tanpa sadar, Archibald sudah menjual buku tersebut tapi lupa untuk mencari tahu siapa pembelinya.
Alhasil, pencarian buku karya Ferdinand ini membawa Archibald dan Ferdinand, yang beda usianya sangat jauh ini, memulai petualangan mereka.
“Kepedihan-kepedihan kecil kita adalah saksi pengalaman kita.” - Mémoires De La Forêt
Kisah Dua Tokoh Utama Bersahabat Meski Lintas Generasi
Sebagai pemilik toko buku, Archibald tentu tidak bisa meninggalkan bisnisnya begitu saja. Karena itu, sebelum berangkat, ia mencari pegawai yang akan menggantikannya menjaga toko buku.
Selain dia tidak mungkin menutup bisnis warisan tersebut. Juga, ia berharap bahwa saat ia di tengah perjalanan mencari buku karya Ferdinand, pembeli yang membawa buku tersebut akan mampir kembali ke toko bukunya.
Meski lintas generasi, persahabatan Ferdinand dan Archibald ini sangat tulus. Sebagai pemuda yang masih gagah, ia banyak membantu Ferdinand selama perjalanan. Dan Ferdinand, sosok yang banyak dibantu pun berusaha untuk tidak menyusahkan Archibald.
Ada satu kondisi yang dialami Ferdinand, ia sudah menjelaskannya pada Archibald sebelum mereka berangkat. Yaitu, Ferdinand mengalami penyakit Lupa Segala. Dan buku tersebut-lah yang membantunya merangkai ingatan yang banyak terlupa olehnya.
Berbekal empat foto yang menjadi penuntun jalan bagi petualangan mereka. Archibald dan Ferdinand menemui banyak sekali orang-orang yang mengenal Ferdinand juga Maude.
Nah, di perjalanan ini juga, Archibald mendengar nama Maude. Namun, dia sendiri tidak tahu “dimana keberadaan Maude?” Sebab, nama Maude beberapa kali disebut Ferdinand dan ia selalu mencarinya.
Siapakah Maude Dan Apakah Pencarian Mereka Berhasil?
Buat teman-teman pembaca yang sedang mencari novel ringan dengan kisah petualangan yang tidak begitu rumit. Tapi, tetap menyenangkan sebab bertemu banyak sekali tokoh lucu namun keren di setiap perhentian. Ditambah moral story yang cukup banyak. Sepertinya akan sangat disayangkan kalau melewatkan novel ini.
Terdapat empat foto yang menjadi bekal petualangan mereka. Tempat pertama yang mereka kunjungi adalah Kedai Teh Petunia. Di sini, Archibald berkenalan dengan Dorothee Marmot yang akan membangkitkan kenangan Ferdinand tentang Maude.
Berkat bantuan dari pemilik Kedai Teh Petunia, keduanya berhasil mendapatkan informasi mengenai foto kedua yang menjadi tujuan mereka selanjutnya. Di kedai ini, Ferdinand hanya mendapat informasi bahwa kue yang mereka makan dan menjadi menu andalan adalah hasil dari rekomendasi Maude.
Di sini, saya sebagai pembaca menjadi semakin bersemangat dan penasaran dengan “dimanakah Maude berada?”
Lokasi kedua ini cukup jauh. Bahkan, meski sudah sampai, Archibald sampai harus menggendong Ferdinand tua. Soalnya, tempat berikutnya adalah lokasi Konser Pohon Ek yang dipimpin oleh Gedeon Burung Hantu Pohon Ek yang sangat terkenal seantero hutan.
Tempat konsernya berada di puncak Pohon Ek tua yang usianya sudah ribuan tahun. Bisa dibayangkan saat Archibald menggendong Ferdinand menapaki tangga demi tangga untuk mencapai tempat konser diadakan.
Sesampainya di tempat konser. Ada banyak hal yang membuat Archibald terpukau. Soalnya, sepanjang kehidupannya yang masih muda ini, Archibald sama sekali belum pernah menjelajah hutan. Ia sendiri baru pertama kali menyaksikan konser musik yang mengagumkan ini.
Sementara, bagi Ferdinand, konser musik Pohon Ek bagaikan kenangan yang ingin ia raih namun saat hendak digenggam kenangan tersebut memudar. Seperti menguap begitu saja. Ditambah, ada satu momen yang cukup menghangatkan hati, yaitu saat Gedeon mengatakan bahwa lagu terakhir merupakan persembahan bagi Maude.
Lokasi ketiga merupakan pondok Brocantaupe. Sebuah pondok yang dimiliki oleh Tikus Mondok. Isinya sangat banyak sekali, terdiri dari aneka barang antik dan unik. Di lokasi inilah, saya merasa terkejut sebab pemilik pondok merupakan orang yang terhubung dengan kenangan Ferdinand.
Sayangnya, pencarian masih harus terus berlanjut hingga kemudian Archibald mengunjungi rumah Ferdinand. Benar, lokasi terakhir di foto merupakan rumah milik Ferdinand. Rumah yang seumur hidup mengenal Ferdinand, belum pernah dikunjungi oleh Archibald. Bahkan, kisah hidup Ferdinand pun belum pernah diketahui oleh Archibald.
Di rumah ini, petualangan terakhir akan terjadi. Namun, terungkapnya satu demi satu kenangan tentang masa lalu Ferdinand mulai membawa pada suasana yang mengharukan dan menggetarkan.
Betapa banyak hewan-hewan baik yang membantu Ferdinand di waktu sulit. Betapa sulit dan beratnya menyimpan kesedihan sendiri. Dan betapa sedihnya perjalanan hidup yang harus terus dilalui sesuai takdir.
Archibald banyak belajar tentang kehidupan. Di perjalanan ini juga, ia akhirnya menemukan buku kedua yang ia nantikan selama ini. Buku pertama yang membuatnya suka dengan membaca. Dan ia mencari-cari buku lanjutannya. Beruntung, ia bisa menemukannya di petualangannya menemani Ferdinand.
Dalam novel ini ada banyak sekali hal yang menarik. Namun, tentunya yang paling menarik buatku adalah tentang Penyakit Lupa Segala.
.webp)
Penyakit Lupa Segala dan Latar Belakang Pengalaman Penulis
Mickael Brun Arnaud merupakan seorang psikolog yang pernah bekerja menemani pasien penderita Alzheimer di rumah sakit selama 10 tahun. Itulah sebabnya, nama Penyakit Lupa Segala yang disematkan dan diderita oleh Ferdinand ini, tampak sangat nyata.
Rupanya ada banyak gambaran dari situasi nyata yang sudah dilihat dan disaksikan sendiri oleh Arnaud sepanjang hidupnya. Uniknya, setelah bekerja di rumah sakit, ia kemudian membuka toko buku. It means, semua kisah dalam novel ini benar-benar terasa nyata.
Ada banyak kutipan yang akan saya sematkan di sini terkait Penyakit Lupa Segala ini. Dimana kutipan ini membuatku justru mendapat informasi baru terkait kondisi pasien alzheimer maupun gangguan neurodevelopmental.
“Itulah penyakit Lupa Segala, penyakit yang datang dan merenggut segalanya, mulai dari kenangan terindah hingga ciuman termanis…” - hal 31
“Lupa Segala bagaikan bunga yang kelopaknya telah robek. Kita selalu bisa mencoba merekatkannya kembali, tapi…..” - hal 43
“Ketika tikus mondok kecil itu tengah kambuh, mengoceh sedikit, mengira hari sudah malam, padahal masih pagi atau membicarakan orang tuanya padahal mereka sudah lama tak bertemu. Archibald tidak boleh membawanya kembali secara paksa ke dunia nyata.” hal - 144
Penutup
Buku ini selain menyajikan cerita yang manis, hangat dan juga penuh dengan pesan tentang kehidupan. Juga dipenuhi dengan karya-karya ilustrasi Sanoe. Coretan karyanya benar-benar membawa imajinasi melanglang buana ke tempat Ferdinand dan Archibald berada. Bahkan, di bab terakhir, terdapat beberapa ilustrasi momen yang ada dalam cerita di buku ini.
Buat teman-teman yang ingin membaca novel ini, baik dewasa, dewasa muda maupun anak remaja. Tentunya, cerita tentang Ferdinand dan Archibald serta hewan lainnya di hutan, akan membawa kehangatan dan rasa manis yang tertinggal di dalam hati.