Ulasan Buku Things Left Behind Karya Kim Sae Byul

Buku things left behind ulasan

Menurutmu, membaca buku tentang orang meninggal atau tentang duka ketika ditinggal meninggal. Disaat hati juga sedang berduka sebab ditinggal pergi selamanya oleh orang yang kita sayangi. Itu termasuk bagian dari usaha menerima kenyataan atau ada pendapat lain?

Buatku, ketika pada akhirnya aku harus menerima kenyataan, menjadi yatim piatu tahun ini. Sangat berat rasanya. Tapi, ketika hal terberat dalam hidup ini aku rasakan, aku enggak ingin mengalihkannya.

Justru, aku berusaha untuk bisa kembali ke rutinitasku dengan memaksakan diri memilih bacaan yang siapa tau justru sesuai dengan mood ku saat itu. Dan, pilihannya jatuh ke buku yang diangkat dari kisah nyata Kim Sae Byul. 


Kartu Tanda Buku

Judul : Things Left Behind

Penulis : Kim Sae Byoul

Halaman : 220

Format : Ebook Gramedia Digtital

Bahasa : Indonesia (terjemahan)

Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020657516


Siapa Kim Sae Byul?

Dia bukan seorang artis atau selebgram. Tapi, dia adalah orang yang punya profesi unik namun penting. Karena keberadaan pekerjaannya ini, banyak orang terbantu, terutama yang hatinya tidak siap ketika berduka.

Pekerjaannya adalah sebagai Pembersih Barang Peninggalan Orang Yang Sudah Meninggal Dunia. Bagaimana kedengarannya? Cukup aneh? Unik? Dramatis? Lebay?

Apapun pendapatmu ketika mengetahui pekerjaannya. Kim Sae Byul tetaplah sebagai orang yang sangat berjasa. Ia berjasa untuk membantu pemilik kamar, merapikan barang-barang orang yang sudah meninggal. Apalagi, kalau penyewanya bukan rekanan dan mereka bingung harus dikemanakan barang-barang tersebut.

Ia juga berjasa, bagi seorang yang tengah berduka, hingga tak sanggup untuk melihat barang peninggalan orang yang disayanginya. Sehingga, ia butuh bantuan orang lain agar yang berduka tak terus-menerus berada dalam masa gelap dan kelam.

Jika masih berduka, mungkin tulisan ini bisa membantumu melewati kesedihan, klik saja tulisan berwarna merah ini : Ulasan Buku Master Your Pain.

Dalam buku ini ia ingin bercerita tentang banyak hal, terutama tentang kehidupan orang yang sudah meninggal dunia. Bukan, ini bukan tentang kisah kehidupan setelah kematian. Tapi, ini hal lain yang bisa kita pelajari dan menjadikan buku ini justru teman yang baik untukku yang masih berduka.


Things Left Behind Sebuah Cara Untuk Menerima Kepergian

Buku ini, bagiku pribadi, adalah buku yang menjadi teman selama menjalani hari-hari yang kelam. Duka yang benar-benar menghimpitku, seolah meminta eksistensinya. Namun, dengan cara yang ringan, Things Left Behind membantuku untuk memamah luka dengan cara yang sederhana.

Apa yang ditinggalkan oleh orang yang kita sayangi ketika mereka meninggal dunia? Selain kenangan pastinya. Yaitu, barang-barang milik mereka, barang yang sering dikenakan, barang yang terakhir dipakai sampai barang kesayangan yang disimpan.

Barang-barang itu, bagi orang yang ditinggalkan, memiliki nilai kenangan yang sangat berat. Bobotnya lebih berat mungkin dari sebongkah emas. Itu kalau kita punya ikatan yang erat dan mendalam pada mereka yang meninggal dunia.

Karena kenangan yang begitu dalam, ada kalanya, sulit sekali untuk merapikan apalagi menyingkirkan barang-barang mereka. Entah itu disingkirkan untuk dibuang atau untuk didonasikan. Semuanya tetap terasa berat.

Sebab, satu sentuhan saja bisa membawa pada kenangan yang tak bisa diukir kembali.

Dan barang-barang itu semua, oleh Sae Byul dirapikan dengan seksama. Dikumpulkan dan ada yang disimpan atau disalurkan ke tempat lain. Ia membantu agar barang tersebut bisa pindah dari tempat semulanya.

Ada banyak kisah dalam buku ini. Kisah tentang klien Sae Byul, mulai dari kisah yang membuat sedih karena kematian yang cukup sepi. Ada pula kisah yang sedih karena rasa sakit ditinggalkan. Ada juga kesedihan karena tragisnya usai kematian mereka.

Namun, barang-barang yang mereka tinggalkan. Disingkirkan demi menerima kepergian mereka secara tulus. Menyimpan yang tidak lagi digunakan hanya akan menambah beban bagi mereka yang ditinggalkan.


Kutipan buku


Kematian Mereka Yang Kita Cintai

Kalau seorang anak ditinggal meninggal dunia oleh orangtuanya, mereka disebut yatim atau piatu atau juga yatim piatu. Tapi, apa sebutan untuk orangtua yang ditinggal meninggal dunia oleh anaknya?

Ada satu kisah yang membuat hati ini merasa teriris. Kisah seorang ayah yang memeluk erat mayat anaknya. Ia menangis sambil memeluk jasad sang anak padahal bau busuk sudah menguar. Padahal, kondisi jasadnya sudah tak enak dilihat.

Berbanding terbalik dengan kematian orangtua yang disaksikan anaknya. Jangankan memeluk jasadnya, melihatnya saja mereka enggan. Bahkan, ada anak yang langsung kabur membawa uang milik orangtua-nya tanpa peduli dengan pemakaman hingga rumah yang ditinggalkan olehnya.

Jika kita berpikir untuk bersedih karena tak memiliki teman. Mungkin, kisah tentang seorang yang tidak memiliki teman di buku ini bisa jadi kisah yang menarik. Dia meninggal dengan dihadiri oleh para pengemis. Dan sahabatnya yang cuma satu itu, bingung melihatnya.


Kenapa Harus Ada Jasa Pengemas Barang Peninggalan?

Selain kisah-kisah yang disuguhkan tentang mereka yang telah meninggal dunia. Tentang kita yang masih hidup dan bagaimana memperlakukan mereka yang telah meninggal. Ada pula hal yang membuka kesadaran kita.

Di Korea, kematian seseorang bisa menjadi aib bahkan menjadi tugas yang berat bagi orang yang mengelola atau bertetangga dengan mendiang. 

Sementara di Indonesia, aku bersyukur sekali, bahkan ketika covid melanda pun masih banyak yang mau membantu. Walaupun ada juga yang sama sekali tak berani, tapi ada yang mencoba membantu dengan melaporkannya ke nakes terdekat agar ditangani.

Maksudnya, kematian di sini tidak benar-benar dibiarkan begitu saja. Ada orang yang masih mau mengurusnya walaupun kalau mendiang tidak memiliki keluarga. 

Tapi, berkaitan dengan barang peninggalan. Di sini masih belum ada jasa yang seperti profesi Sae Byul. Kebanyakan, barang peninggalan orang yang tidak kita kenal namun harus kita urus karena sudah meninggal dunia. Biasanya, akan dibuang ke tempat pembuangan terakhir.

Mau itu barang yang masih ada nilai sejarah ataupun tidak. Karena, mencari alamat kerabat terdekat dari mendiang, apalagi kalau memang sudah hilang jejak dengan saudara atau kerabatnya. Sangat sulit, jadi membuang barang mereka akan lebih mudah.

Nah, di sini pula kita bisa tau, bahwa di Korea kesadaran ini sangat tinggi. Sebab, kebanyakan orang korea ini tinggal sendiri di apartemen. Terkadang malah kematian mereka tidak diketahui sampai berhari-hari. 

Jadi, jasa yang ditawarkan Sae Byul ini cukup berharga terutama bagi mereka yang memang berat untuk merapikan barang peninggalan mereka yang sangat disayangi dan telah pergi untuk selamanya.

Namun, jika kepergian mereka membuat kita justru tidak termotivasi untuk melanjutkan hidup. Mungkin tulisan Matt Haig ini bisa membantumu mencari tau Alasan Untuk Tetap Bertahan Hidup.

Kutipan things left behind


Things Left Behind Buku Nonfiksi Yang Layak Dibaca

Membaca buku nonfiksi ini tidak begitu sulit untukku. Meskipun saat aku sedang berduka. Justru seperti menjadi teman perjalanan melewati masa-masa kelam. Bahwa berduka tak akan selamanya terasa. Rasa rindu tentu akan ada, tapi yang paling penting adalah tetap menjalani kehidupan seperti yang diinginkan oleh mereka yang kita sayangi meski sudah tak ada.

Buku ini cuma punya satu kekurangan buatku. Ada sedikit kesan menggurui pada beberapa bagian yang ingin disampaikan oleh Sae Byul. Sehingga, bisa saja mengganggu bagi orang yang sedang tidak ingin digurui. 

Selain satu kekurangan itu, selebihnya tidak ada. Kekurangan yang ada tidak begitu menggangguku sama sekali. Justru, aku menikmati bacaan ini. Seperti gambaran bahwa nantinya aku pun akan menjadi si mendiang itu. 

Dan aku tak tahu akan seperti apa nanti ketika aku meninggal. Yang aku tahu saat ini, aku hanya ingin melanjutkan hidup dan tetap berbuat baik meski rasanya lelah. Mengingatkanku pada novel The Hate You Give. Untuk tidak lelah melakukan perbuatan yang baik.


Postingan Terkait