
June Hur memang penulis yang nggak main-main riset buat novelnya. Di novel sebelumnya berjudul The Red Palace, ia mengangkat kisah tentang Pangeran Sado.
Bagi pecinta sejarah Korea, tentu akan menyukai kisah fiksi romantis berlatar masa kerajaan di Korea dan mengangkat sejarah sebagai balutan ceritanya.
Di cerita A Crane Among Wolves ini, ceritanya lebih mencekam sebab mengangkat kisah Raja Yeonsan yang sangat kejam. Fokus pada seorang gadis yang ingin menyelamatkan Kakaknya yang menjadi wanita simpanan sang Raja.
Latar sejarah yang sekaligus menjadi balutan cerita ini diambil langsung dari Catatan Resmi yang didapat June Hur dari website resmi milik pemerintah Korea.
Pemerintahan Kejam Raja Yeonsan
Kekejaman pemerintahan Raja Yeonsan dimulai sejak ia mengetahui fakta terkait eksekusi Ratu Yun, ibunya. Ratu Yun yang juga dikenal kejam, bahkan sempat melukai Raja yang merupakan ayah Yeonsan.
Kemarahannya membuatnya memaksa dua pangeran membunuh dua selir mantan Raja. Salah satu wanita tersebut adalah Ibu mereka sendiri.
Perbuatannya yang mengerikan lainnya adalah ia menculik gadis-gadis dan mengurung mereka di sebuah akademi yang sebelumnya adalah tempat menuntut ilmu.
Gadis-gadis ini diambil dari jalanan, juga diculik dari sebuah keluarga. Kemudian dimasukkan ke dalam gedung Akademi tempat ribuan wanita yang dipaksa menghibur Raja berada.
Kegemarannya akan berburu membuatnya memerintahkan menutup jalur umum menjadi wilayah terlarang untuk dijadikan daerah berburu.
Ketakutan demi ketakutan rakyat semakin menjadi. Mereka tidak bisa bebas bergerak apalagi bepergian karena banyak daerah yang menjadi lokasi terlarang.
Kemarahan Raja semakin menjadi sejak Lady Seungpyeong melakukan bunuh diri. Raja tidak mengetahui alasannya. Namun, seorang pelayan khusus istana mengetahuinya.
Di istana, dalam kisah fiksi ini, ada pangeran yang dekat dengan Raja. Namanya Daehyun, ia merupakan pangeran terdekat yang sering membuat Raja merasa ingin membunuhnya setiap saat. Sebab mimpi buruk yang selalu membayangi Raja.
Daehyun sendiri, bukanlah pangeran yang penurut. Dia sering merencanakan pemberontakan namun dengan cara diam-diam.
Siapapun tidak ada yang betah dekat dengan Raja. Tidak ada yang senang menjadi favorit Raja. Sebab, setiap kali mereka berburu tak lama Raja akan mengeluarkan titah yang membuat mereka terpaksa melakukan hal jahat atau kalau tidak, merekalah yang akan dibunuh.
Ketakutan demi ketakutan selalu membayangi siapa pun yang bekerja di Istana. Tak hanya rakyat, semua orang pada masa itu merasa tersiksa.
Namun, yang paling mengejutkan adalah kehadiran sosok Bunga Tanpa Nama yang menjadi pembunuh dan terus menerus
mengontroversi Raja dengan fakta yang membuat Raja malu.
Dari salah satu kekejaman Raja, mengumpulkan Gadis untuk menjadi penghibur merupakan pencetus seorang gadis kabur dari rumah neneknya untuk menyelamatkan kakaknya yang ditangkap Raja.
Nama gadis itu, Iseul. Ia melewati wilayah terlarang untuk sampai ke Ibu Kota demi mencari tahu informasi mengenai sang Kakak.
Gadis Manja yang Ingin Selamatkan Orang yang Disayanginya
Iseul merupakan adik yang tidak mau banyak membantu pekerjaan rumah tangga yang dilakukan kakaknya. Keduanya memang merupakan anak dari keluarga bangsawan yang kemudian dikirim ke rumah neneknya di desa dan hidup seperti rakyat jelata lainnya.
Kedua orangtua mereka dibunuh. Membuat luka yang cukup dalam bagi keduanya. Namun, kekerasan kepala Iseul dan sifat manjanya membuatnya kabur dari rumah dan disaat bersamaan sang Kakak mengejarnya namun justru diculik untuk menjadi wanita hiburan Raja.
Rasa bersalah terus menghantui Iseul. Hanya kakaknya, satu-satunya yang ia miliki. Sang nenek, menurut pendapat Iseul, hanya menyayangi kakaknya. Karena itulah, ia nekat kabur dari rumah neneknya demi menyelamatkan kakaknya.
Di hutan, saat melewati daerah terlarang, ia tak sengaja dekat dengan rombongan Raja yang tengah berburu. Keberadaannya sempat menjadi ancaman bagi seorang pangeran yang ikut perburuan, membuat sang pangeran melepaskan anak panah dan tepat mengenai bahunya.
Gadis itu sempat bertatapan dengan sang pangeran yang kemudian harus segera kembali ke rombongan Raja. Membuat Iseul harus berjuang melepaskan diri dari anak panah tersebut.
Ia kemudian diselamatkan di sebuah penginapan Lentera Merah. Di sana ia bertemu Yul, yang pemilik penginapan dan Wonsik, seorang mantan petugas kepolisian kerajaan.
Bersama Wonsik, Iseul mempelajari banyak hal terutama mencari kebenaran dari beragam pembunuhan yang dilakukan Bunga Tanpa Nama.
Di penginapan Yul, Iseul juga belajar banyak hal terutama pekerjaan rumah tangga yang sebelumnya tidak pernah ia kerjakan.
Rencana Iseul saat itu adalah menangkap pelaku pembunuhan Bunga Tanpa Nama kemudian melakukan pertukaran dengan Raja demi menyelamatkan kakaknya.
Konflik Memanas Antara Pemberontakan Kudeta Dengan Pembunuh Bunga Tanpa Nama
Banyak orang terdekat Pangeran Daehyun yang dibunuh saat mencari tahu terkait Bunga Tanpa Nama. Bahkan, mereka yang dekat dengan Raja juga dibunuh oleh pembunuh Bunga Tanpa Nama.
Pangeran Daehyun ini merupakan anak dari selir dan adik Raja yang paling dekat. Namun, posisinya sering dianggap rendah dan banyak dicemooh.
Ia terbiasa dipandang rendah dan dikucilkan. Namun, tidak membuatnya buta akan kekuasaan dan identitasnya sebagai pangeran. Daehyun sering merencanakan pemberontakan untuk menghukum Raja Yeonsan yang kejam.
Ia bekerjasama dengan Wonsik mencari tahu siapa Bunga Tanpa Nama untuk menangkapnya. Sebab, pembunuhan yang ia lakukan sering menyebabkan orang lain yang tak bersalah disiksa oleh Raja.
Di sinilah terjalin kerjasama antara Iseul, Pangeran Daehyun, Yul dan Wonsik. Mereka merencanakan sebuah pemberontakan untuk menurunkan Raja dari tahta. Kemudian mengangkat Pangeran Agung untuk menjadi penerus kekuasaan.
Saat bersamaan, Bunga Tanpa Nama seolah mengetahui semua rencana tersebut. Sehingga, membuat tim perencana pemberontakan sedikit kesulitan untuk memulai langkah.
Konflik utama dari cerita ini sangat menegangkan. Seolah beradu strategi dengan Bunga Tanpa Nama sekaligus mencari cara demi menyelamatkan kakaknya Iseul yang justru membuat Pangeran Daehyun harus berhadapan dengan para pejabat korup.
Kartu Tanda Buku
Judul : A Crane Among Wolves
Penulis : June Hur
Tebal : 452
Bahasa : Indonesia Terjemahan
Format : Ebook Gramedia Digital
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786020681399
Kutipan Favorite Novel A Crane Among Wolves
“Bahkan kebenaran sering kali ada pada detail yang paling remeh.” - Hal 45
“Jangan tergesa-gesa bergerak. Jadilah seperti gunung. Bergerak tanpa suara dan dengan hati-hati.” - Hal 83
“Kau tidak akan selalu menjadi yang paling bijak, yang paling kuat atau yang paling berani. Itu sebabnya kita butuh teman. Mereka akan membimbingmu ke jalan yang benar, tak peduli akan segelap apapun jalan itu.” - Hal 96
“Hanya orang bodoh yang akan melamun saat berada di titik puncak pemberontakan, di jurang kebinasaan.” - Hal 304
Fiksi Dengan Balutan Sejarah : A Crane Among Wolves
Setelah menyelesaikan novel ini, June Hur sekali lagi menjadikan gadis muda sebagai tokoh utamanya. Gadis yang punya keberanian namun sekaligus nekat tanpa perencanaan.
Gadis muda yang menginginkan kebebasan di era kebebasan bagi wanita merupakan hal yang mustahil. Seperti simbol pemberontakan bagi seorang wanita akan hak kebebasannya yang diambil negara.
Dari bab awal hingga menjelang pertengahan, clue tentang Bunga Tanpa Nama terkesan sulit diungkap. Perencanaan pemberontakan juga seperti mustahil dilakukan.
Namun, bab-bab akhir, konflik meruncing, emosiku cukup bergolak dan terbawa suasana saat Iseul merasakan kekosongan dan kehampaan setelah merasakan kehilangan sekali lagi.
Jujur, June Hur memang penulis yang mahir dalam menyajikan kisah romance tipis tapi hangat dan manis. Sepertinya dia juga menjadi penulis yang karyanya Auto Buy.
Sesuka itu sama karya-karya June Hur. Seperti menonton drama korea saat mengikuti ceritanya. Namun, sayangnya sampul terbitan Gramedia ini kok kurang sreg ya di saya, hehe. Sepertinya lebih menarik cover English Versionnya.
Menjelang akhir Oktober, senang bisa membaca novel fiksi yang menarik seperti ini.
Tags:
TBU 2025