Ulasan Novel Anak Rembulan Karya Djokolelono


Anak rembulan ulasan buku

Sudah pernah baca novel Fantasi rasa lokal? Perkenalan pertamaku dengan karya eyang Djokolelono berhasil sangat mulus dan baik. Daku benar-benar enggak bisa meletakkan gawai saat membaca ebook Anak Rembulan ini. Setiap ceritanya dikemas dan diolah lagi menjadi demikian menariknya. Sampai beberapa kali akhirnya kubaca lagi karena masih belum ingin segera berpisah.

Mengangkat kisah yang khas banget dan lekat dengan Indonesia. Yaitu kisah tentang mitos atau legenda dari Gunung Kelud. Serta dikemas lagi dengan sedikit balutan sejarah pada masa kerajaan. Dilengkapi juga dengan ilustrasi di beberapa bagian. Makin komplit jadinya menyelami cerita fantasi yang kaya dengan budaya Indonesia ini.


Kartu Tanda Buku

Judul : Anak Rembulan (Gerombolan Semut Hitam)

Penulis : Djokolelono

Halaman : 350

Format : Playbook

Bahasa : Indonesia

Diterbitkan oleh Mizan Fantasi

ISBN : 9786024411657


Legenda Gunung Kelud

Gunung Kelud memang termasuk gunung berapi yang masih aktif hingga saat ini. Terakhir meletus pada tahun 2014. Dan sempat melumpuhkan beberapa daerah yang dilalui jalur Gunung Kelud ini.

Selain memiliki banyak gunung berapi yang aktif, Indonesia juga kental dengan kisah legenda dari masing-masing daerah. Seperti legenda Gunung Kelud ini. Yang secara garis besar berkisah tentang seorang Putri yang cantik jelita dan hendak dipersunting dua makhluk ajaib yang rupanya menyerupai Kepala Sapi dan Kepala Lembu. 

Permintaan sang Putri untuk dibuatkan sumur atau tempat mandi ini dibuat sebagai syarat untuk kedua orang tersebut. Namun, saat proses membuat galian. Dua orang ini yang disebut sebagai Mahesasuro dan Lembusuro dikubur hidup-hidup oleh suruhan sang Putri. 

Itulah kenapa Gunung Kelud sering aktif, dipercaya oleh sebagian masyarakat. Sebagai bentuk kemarahan kedua orang yang dikubur hidup-hidup itu. 

Legenda ini pun bisa dibilang memiliki banyak versi. Meski secara garis besar tetaplah sama. Tentang penolakan dan pengkhianatan serta kemarahan. 

Dan di kisah Anak Rembulan ini. Eyang Djokolelono mengemas lagi kisahnya dengan balutan sejarah dan konspirasi untuk menjatuhkan kepemimpinan seorang Ratu yang dikenal kejam. 


Anak Rembulan Dari Kali Njari

Sebelum membahas tentang Anak Rembulan. Kita berkenalan terlebih dahulu dengan bocah kelas 5 SD bernama Nono. Ia dalam perjalanan menuju Blitar tempat kakek dan neneknya tinggal. Nono menggunakan transportasi kereta api sendirian. Karena, Ibunya sudah mempercayai kalau Nono bisa berangkat sendiri tanpa ditemani.

Sampai di Blitar, Nono yang sering dipanggil gus Nono ini. Mulai membantu Mbah Sastro di warung. Hingga membantu mengambil tahu di tempat Mbah Pur. Keunikan dari Mbah Pur ini adalah beliau seorang pengusaha tahu di desanya yang gemar sekali membaca buku.

Lokasi cerita bertempat di Blitar. Sebuah daerah di Jawa Timur yang dieksplorasi dengan begitu detil. Terutama ketika Nono menyeritakan pemandangan yang ia temui sepanjang Kali Njari yang terdapat di daerah bernama Wlingi.

Di dekat Kali Njari ada Pohon Kenari tua yang menjulang tinggi. Batangnya sangat kokoh dan terdapat lubang besar di batangnya yang konon digunakan untuk bersembunyi saat masa penjajahan Belanda. Di dekat Pohon Kenari ini pula Mbah Pur, kakeknya Nono, pernah bercerita tentang kawannya yang bernama Trimo.

Konon, dahulu saat masih zaman perang melawan Belanda. Kakeknya memiliki teman bernama Trimo yang maju melawan Belanda. Tapi, sayangnya sosok Trimo tak lagi terlihat ketika ada perlawanan. Mbah Pur pun merasakan sedih mengingat kejadian tersebut.

Saat perjalanan menyusuri Kali Njari menuju rumah Mbah Pur untuk mengambil tahu. Nono mampir sejenak di pinggir kali tersebut. Tak lama, ada keanehan yang ia rasakan. Sepeda yang ia tumpangi menghilang. Kemudian, situasi di sekitarnya pun berubah total. Membuat Nono kebingungan.

Dan makin membingungkannya lagi, ketika ia bertemu seorang bocah berkulit legam, kurus dan pakaiannya tampak aneh. Mendekatinya dan mengajaknya bersembunyi. Sayangnya, justru hal lain yang makin terasa aneh dan mengagetkan adalah kemunculan seorang bule yang berbahasa asing serta prajurit pribumi yang hanya mengenakan kain sebagai celana.


Nono Dan Trimo Menembus Jalan Rahasia

Pertemuan Nono dengan orang Belanda yang menakutkan. Serta kepungan prajurit berwajah sangar. Membuat Nono ketakutan. Ia berkali-kali dianggap sebagai mata-mata karena mengenakan kaos merah bertuliskan MU (manchester united). Saat hampir diserang, Nono diselamatkan oleh Trimo dengan cara menenggelamkan diri di Kali Njari.

Tanpa terduga, keduanya justru menemukan jalur rahasia yang cukup aneh. Jalur tersebut nyatanya merupakan jalur gerombolan pencuri paling terkenal pada masa itu. Mereka dikenal dengan sebutan Gerombolan Semut Hitam. Terowongan aneh itu mengarahkan mereka ke sebuah ruangan yang membuat Nono menyicipi rasanya menjadi babu di sebuah warung terkenal.

Warung itu milik Mbok Rimbi dan tempat yang paling terkenal. Siapa yang tidak mengenal Mbok Rimbi yang masakannya sangat enak itu? Di tempat ini pula, Nono mendapat julukan Anak Rembulan dan bertemu langsung dengan Gerombolan Semut Hitam. Tapi, sayangnya ada hal aneh yang membuat Nono penasaran dan ketakutan sekaligus.

Istilah Anak Rembulan tercetus begitu saja dari mulut banyak orang. Bahkan, beberapa anggota Semut Hitam sedikit memberi petunjuk bahwa masa bakti atau masa membabu buat Nono itu cuma sampai saat Rembulan penuh. Setelah itu, mereka tak tahu apa yang akan terjadi pada Nono selanjutnya.

Ada lagi yang membuat Nono bergidik ngeri. Saat ia mencoba untuk kabur. Sampai berlari keluar masuk hutan dan melewati pematangan sawah. Ia selalu kembali lagi ke warung Mbok Rimbi. Sehingga, Nono seolah kehilangan harapan. Hingga suatu hari ia diselamatkan oleh sosok mata-mata yang berusaha menangkap Gerombolan Semut Hitam.


Bertemu Ratu Merah Yang Kejam

Ditangkapnya Gerombolan Semut Hitam justru membuat Nono seperti keluar dari kandang singa dan masuk ke lubang buaya. Karena, setelah bertemu dengan Ratu Merah, ia memang dimasukkan ke kandang buaya.

Berkat bantuan dari selendang yang entah milik siapa, Nono berhasil bersembunyi dari terkaman Buaya. Juga berhasil mencuri dengar sebuah siasat penggulingan kekuasaan besar-besaran.

Setelah itu, Nono justru diberi kesempatan oleh Sang Ratu untuk memimpin siasat agar harta kerajaan dan Sang Ratu tetap aman dari pengkhianatan. Bahkan, Nono juga ikut terlibat dalam pertempuran yang mengubur banyak orang ke dalam sumur Jalatunda.


Hubungan Antara Legenda Dengan Kisah Anak Rembulan

Karena berkaitan dengan legenda yang terjadi di kaki gunung kelud. Kisah Nono yang membantu Ratu Merah ini membalut legenda menjadi mitos. Jadi, Lembu Suro dan Mahesa Suro adalah dua paman dari sang Ratu dalam kisah ini.

Keduanya adalah orang terpandang di kerajaan. Bahkan, saat terjadi pemberontakan. Kedua pamannya ini sudah berhasil menaklukkan hampir seluruh prajurit kerajaan. Membuat sang Ratu tak mampu berkutik lagi namun berkat bantuan Nono, ia bisa mengatasinya.

Salah satu paman sang Ratu ini selain ingin melengserkan kepemimpinannya. Juga ingin mempersunting Ratu menjadi permaisurinya. Dan Pamannya menjadi Raja yang ingin mengembalikan kejayaan kerajaan seperti dahulu kala. 

Namun, rencana mereka digagalkan dengan cara menjebloskan kedua paman Ratu Merah beserta komplotannya ke dalam Sumur Jalatunda. Sumur Jalatunda ini dikenal sebagai sumur yang sangat dalam dan membuat orang tak akan pernah bisa keluar hidup-hidup. Bahkan, pembuat sumurnya pun tidak akan bisa bertahan kecuali dia sangat sakti.

Kemudian, sumur tersebut pun ditutup kembali dengan tumpukan bebatuan dan tanah. Agar mereka tidak kembali lagi ke atas permukaan bumi. Sementara itu, di dalam sumur, kedua pamannya bertemu dengan Mbok Rimbi yang terkenal sakti. Mereka beradu kekuatan saat proses penutupan sumur terjadi. Dan gemuruh pun terdengar hingga meletuslah gunung kelud tersebut.


Review Anak Rembulan Karya Djokolelono

Membaca novel Anak Rembulan ini selain asik karena gaya ceritanya yang mengalir dan ringan. Serta kaya akan budaya Indonesia. Melalui ceritanya pun jadi belajar sejarah serta jadi penasaran dengan mitos lain yang terangkum dalam buku ini.

Seperti Kali Njari yang lokasinya ada di Blitar. Saat mencari informasi mengenai Kali Njari ini justru yang banyak keluar adalah ulasan mengenai novel ini. Tapi, ada yang unik saat mencari tahu mengenai keberadaan Kali Njari. Yang keluar dengan kata kunci berbeda justru keberadaan Jembatan yang berada di atas Sungai Lekso yang sempat muncul di kisah dalam buku ini.

Meletusnya gunung kelud pun menjadi kata kunci yang menghubungkan Nono dengan cerita yang ia alami. Pada kisah ini, Gunung Kelud meletus tahun 2007 di bulan November pada pukul 3 dini hari. Dan kembali meletus pada tahun 2014 silam.

Adalagi mengenai kenapa banyak pohon Asam berjejer di satu kota sementara di kota lain pohon yang mendominasi berbeda? Seperti contoh di Malang banyak Pohon Kenari sementara di Pasuruan banyak terdapat Pohon Asam. Dari kisah Mbah Pur, ini dilakukan Belanda sebagai cara mengetahui batas wilayah keresidenan. 

Tapi, tak hanya itu. Pada masa Belanda. Kondisi geografis sebuah daerah menjadi penentu juga pohon mana yang bagus untuk mendukung struktur pembangunan wilayah keresidenan. Yang tentunya pohon tersebut harus memiliki manfaat yang mendukung wilayah itu. Entah manfaat berupa penahan banjir hingga manfaat berupa ekonomi seperti pohon kenari yang buahnya menjadi makanan yang dibawa oleh Belanda ke Indonesia.

Kemudian, kisah tentang Sumur Jalatunda. Yang kalau dicaritahu ternyata sumur ini sangat terkenal di daerah Dieng. Menjadi lokasi wisata spiritual juga. Karena mitos yang beredar tentang seorang kakek yang hidup sampai 103 tahun karena sumur tersebut. Itulah kenapa di sumur jalatunda Dieng, menjadi tempat banyak pengunjung merekam harapan mereka ke dalam sumur tersebut.

Kok dari Blitar bisa sampai ke Dieng? Nah, ini nih yang membuat seru. Eyang Djokolelono benar-benar merunut tragedi di sumur ini dengan detil. Dan setelah selesai dibaca kemudian direnungi kembali. Barulah paham kenapa bisa sampai ke Dieng?

Gerombolan Semut Hitam pun termasuk dalam tokoh wayang. Ada Arjuna, Nakula, Sadewa, Bima dan Kangka. Seru sekali karena akhirnya kenalan dengan nama alias mereka di novel ini. 

Ada banyak sekali wawasan yang kudapat dari novel ini. Itulah mungkin sebabnya, novel Anak Rembulan pun muncul cuplikannya dalam soal pelajaran Bahasa Indonesia. Soalnya lengkap dengan wawasan, sejarah dan legenda juga menghibur.

Buatku pribadi, bagian yang paling lekat banget dengan fantasi Indonesia itu momen Nono mengalami kisah astral. Ini kesan Indonesianya dapet banget. Mengingatkanku pada Om Hao dan Mbah Mada yang sering menjelaskan mengenai sejarah melalui perjalanan astral.

Buat kalian yang belum pernah kenalan sama karyanya eyang Djokolelono. Coba deh baca novel ini. Biar perkenalannya lancar dan bikin ketagihan sama karya beliau lainnya. Setelah ini, daku jadi penasaran sama serial fantasi beliau yang Jelajah Antariksa itu.

Postingan Terkait