Maklumat Sastra Profetik
Maklumat Sastra Profetik |
Menurut Kuntowijoyo, sastra profetik adalah karya sastra yang didasarkan pada kitab-kitab suci orang beriman, secara khusus beriman secara islam. Sastra profetik juga termasuk sastra dialektik. Artinya, karya itu harus terkait dengan realitas sosial, dan melakukan penilaian kritik sosial budaya secara beradab. Karena itu, Kuntowijoyo menegaskan bahwa sastra profetik adalah karya yang terlibat dalam sejarah kemanusiaan (VI).
Karya sastra tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia dan masyarakat pada umumnya. Salah satu manfaat dari karya sastra adalah perannya bagi pembinaan mental manusia atau pembentukan karakter manusia (bangsa). Pembinaan karakter atau mental ini penting artinya bagi penyeimbang pembangunan(VIII).
"Saya kira kita memerlukan juga sebuah sastra transendental. Oleh karena tampak aktualitas tidak dicetak oleh ruh kita, tetapi dikemas oleh pabrik, birokrasi, kelas sosial dan kekuasaan, maka kita tidak menemukan wajah kita yang otentik. Kita tenkat pada yang semata-mata konkrit dan empiris yang dapat ditangkap indra kita. Kesaksian kita pada aktualitas elan sastra adalah sebuah kesaksian sangat terbatas. Maka pertama-tama kita harus membebaskan diri dari aktualitas dan kedua, membebaskan diri dan peralatan inderawi kita(5)."
Sastra Profetik mempunyai kaidah yang memberi dasar kegiatannya, sebab tidak saja menyerap, mengekspresikan tapi juga memberi arah realitas. Oleh karena itu, Sastra Profetik adalah sastra yang terlibat dalam sejarah kemanusiaan. Realitas sastra adalah realitas simbolis bukan realitas aktual dan realitas historis. Melalui simbol itulah sastra memberi arah dan melakukan kritik atas realitas (10).
Sastra Profetik bermaksud melampaui keterbatasan akal-pikiran manusia dan mencapai pengetahuan yang lebih tinggi. Kitab-kitab suci juga transendental, melampaui zamannya, sebab meskipun sudah tua umurnya tapi masih dipergunakan sebagai petunjuk bagi orang beriman. Kitab-kitab tersebut adalah struktur yang selalu koheren ke dalam dan konsisten ke luar.
...kekuasaan Tuhan itu tidak seperti kekuasaan manusia (13).
Erich Fromm dalam The Revolution of Hope : Towards a Humanized Technology sudah mengingatkan bahwa siapa tidak menerima otoritas Tuhan menghadapi tiga pilihan :
1. Relativisme Total yang nilai-nilai sepenuhnya urusan pribadi
2. Nilai-nilai tergantung kepada Masyarakat dan Nilai-nilai dominan akan berkuasa
3. Nilai-nilai tergantung kepada kondisi biologis manusia
Kalau Tuhan itu Maha Kuasa mengapa "menggugah kesadaran ketuhanan" saja tidak cukup? Justru Tuhan-lah yang menginginkan supaya manusia bekerja untuk manusia, tidak hanya mengabdi kepada Tuhan.
Keterkaitan Antar Kesadaran
Sastra profetik menghendaki keduanya, kesadaran ketuhanan dan kesadaran kemanusiaan. Keterikatan ini merupakan satu ciri dari Strukturalisme (Michael Lane, Introduction to Structuralism). Dan kesadaran ketuhanan harus memiliki continuum kesadaran kemanusiaan. Karena itulah, kedua hal ini merupakan dua tema besar dalam sastra. Tetapi karya-karya dengan tema serius seperti itu tidak akan diapresiasi oleh Publik, karena dalam budaya Massa, umum akan tertarik pada hal-hal emosional dan yang mengundang curiosity.
Etika Profetik
Sastra Profetik adalah sastra demokratis. Ia tidak otoriter dengan memilih satu premis, tema, teknik dan gaya. Etika itu disebur "profetik" karena ingin meniru perbuatan Nabi sallahualaihiwassalam, sang Prophet.
Etika Profetik ini berisi tiga hal yaitu
1. Humanisasi
ini kita perlukan, sebab ada tanda-tanda bahwa masyarakat kita sedang menuju ke arah Dehumanisasi. Yaitu suatu kondisi dimana manusia lebih didominasi alam bawah sadarnya daripada kesadarannya. Dan ini sudah menggerogoti Indonesia, dengan lahirnya Manusia dan masyarakat massa dan budaya massa.
Manusia Mesin
terjadi karena penerapan teknik meluas dalam masyarakat modern kita. Perilaku manusia mesin hanya berdasar stimulus and response, seperti digambarkan dalam psikologi Behaviorism. Perilaku manusia tidak lagi berdasar akal sehat, nilai dan norma. Agresivitas dan semua kriminalitas adalah hasil dari manusia mesin. Abnormalitas dalam masyarakat adalah akibat dari Anomie, yaitu disorganisasi nilai-nilai sosial dan personal.
Manusia dan Masyarakat Massa
terbentuk melalui proses yang panjang. Pribadi yang semula bebas, utuh dan rasional bisa tenggelam dalam satuan yang disebut masyarakat massa. Massa menjadi satu-satunya entitas yang harus diperhitungkan. Kekuatan yang membentuk manusia dan masyarakat massa ialah TEKNOLOGI, ORGANISASI, DIFERENSIASI SOSIAL, MOBILISASI POLITIK, DAN BUDAYA.
Manusia massa dalam masyarakat teknologis tidak lagi memahami dirinya, memandang realitas tidak secara utuh, lebih banyak menekankan aspek emosional daripada intelektual.
Budaya Massa
ini adalah produk dari mayoritas yang "tak berbudaya". Basis sosial budaya massa ialah generasi muda, sehingga mereka sangat eksplosif, sensitif, emosional dan suka sensasi. Dan inilah budaya massa kita : culture of narcicism.
Ada degradasi budaya dalam budaya massa.
Budaya Massa lebih menekankan selera kebutuhan konsumen, sehingga budaya bukan lagi sebuah kebajikan yang berupa realitas yang melampaui realitas.
2. Liberasi
Dalam buku ini, maklumat yang dibicarakan bersumber dari Liberasi kekuatan Internal.
3. Transendensi
Transendensi sebenarnya tidak harus berarti kesadaran ketuhanan secara agama saja, tapi bisa kesadaran terhadap makna apa saja yang melampaui batas kemanusiaan.
***
Struktur Sastra
Etika profetik telah melupakan tema-tema penting yang khas Indonesia, seperti perubahan sosial-budaya, adat istiadat dan kedaerahan, keresahan sosial-ekonomi, masyarakat pedesaan, dan kesejarahan masa lalu. Dengan memakai konsep-konsep, sastra bukan lagi konstruksi imajiner tentang realitas melainkan pemikiran sosial budaya.
Sebaliknya, maklumat ini hanya menginginkan supaya sastra Indonesia lebih cendikia dalam ekspresinya, sehingga sastra mendapat pengakuan sejajar dengan ilmu dan teknologi.
Poin Penting Lainnya
Membaca tulisan Kuntowijoyo, membawa saya dalam pemahaman tentang kondisi sosial saat ini. Ketika budaya-budaya yang sebelumnya menunjukkan "keramahan Indonesia" mulai berkurang. Ketika dunia sosial media berisi hal-hal yang selalu digandrungi karena berisi pro dan kontra. Semua ini sudah bisa 'dibaca' oleh beliau, tentang Masa Depan Indonesia - yang berarti saat ini.
Sebagai contoh lainnya, ketika tahun-tahun sebelumnya, karya sastra klasik bahkan banyak yang tidak tersentuh. Kalah oleh buku pesaing yang bernuansa 'kekinian' sehingga membuat banyak kalangan tak kenal dengan penulis sekaliber 'Jane Austen', 'Karl May', dan penulis sastra lainnya. Namun, semenjak dicetak ulang kembali, antusiasme pembaca, beranjak terpengaruh untuk membaca karya-karya ini. Dengan alasan tuntutan pasar, penulis terkenal sering meninggalkan idealisme mereka.
Inilah sebuah contoh Budaya Massa dan Masyarakat Massa.
Selain hal yang saya tulis di atas. Ada banyak lagi hal-hal yang menjadi kaitan tentang sastra profetik.
1. Tentang Liberalisme itu seperti apa 'bentuk' dan 'rupa'nya. Sehingga tidak sekadar mencap liberal, tapi memahami sepenuhnya.
2. Tentang pelajaran kondisi masyarakat dan sosial di Indonesia.
3. Kondisi sastra yang ada di Indonesia.
4. Disertai beberapa cerpen karya Kuntowijoyo, dengan pembahasan singkatnya. Terkait Transendential juga pesan moral.
5. Segala yang berkaitan dengan kitab suci dan sastra.
Detil Buku
"Inilah cara bagi saya untuk mengabdi kepada Tuhan dan tanah air." ~ Kuntowijoyo