Food Blogger Wajib Baca The Art of Restaurant Review

Food blogger


Kalau semua memasak, siapa yang akan menuliskan cerita tentang makanan? Ini adalah pertanyaan yang membawa Kevindra Soemantri, seorang Restaurant Reviewer, semangat untuk mendalami Food Journalism.

Mengulas kuliner atau bercerita tentang hidangan di suatu daerah. Merupakan bagian dari sebuah perjalanan. Seperti kak Bayu Fitri yang menuliskan Aneka Kuliner dan Tempat Makan Halal Food di Korea Selatan.

Food Writing atau bisa disebut penulisan makanan, merupakan inti dari Food Journalism. Kepenulisan ini meliputi, penulisan resep, penulisan akademik dan investigasi, penulisan literatur hingga ulasan restoran.

Siapa yang menyangka, kalau menuliskan mengenai hidangan tertentu pada suatu masa. Akan menjadikannya sebagai literasi yang menggambarkan budaya serta sosial hingga situasi pada masa itu.

Semisalnya dalam kitab Negarakertagama karya mpu Prapanca. Beliau menuliskan detil jenis makanan dan minuman beserta resep sederhananya pada masa kepemimpinan Raja Hayam Wuruk.

Kita bisa melakukan penjelajahan di masa lampau. Melalui karya literasi yang menuliskan segala hal dalam kehidupan, salah satunya makanan. Bagaimana cara penyajiannya hingga siapa saja yang bisa mengonsumsinya.

Dari sinilah, kita bisa tahu. Kalau beberapa makanan ada yang dahulunya hanya disajikan bagi para raja. Namun, saat ini, kita bisa mengonsumsinya secara bebas.

Kali ini, dalam bukunya, Kevin membahas banyak hal yang berguna banget untuk penulis ulasan restoran atau makanan.


Kartu Tanda Buku


Judul : The Art of Restaurant Review
Penulis : Kevindra P. Soemantri
Halaman :
Bahasa : Indonesia
Format : Ebook Gramedia Digital
Diterbitkan oleh POP Icecube
ISBN



Food Writing For Food Blogger



Pada awal abad ke-19, muncul sebuah buku yang berisi tentang Pastry dan ditulis oleh Marie Antonine Careme. Buku ini menjadi penanda kemunculan food writer di kemudian hari.

Seperti ketika tahun 1803, seorang lelaki bernama Alexander Balthazar de La Reyniere yang berasal dari Perancis. Mulai mempublikasikan kritikannya di media cetak mengenai hidangan di restoran.

Tak lama kemudian, ia menulis sebuah buku dan buku tersebut, konon, dijadikan sebagai buku panduan restoran pertama di dunia.

Kemudian, muncul pula sistem penilaian dengan menggunakan rating bintang. Yang setelahnya muncul di New York Times dan menjadi rubrik yang selalu eksis sepanjang masa.

Menurut Kevin, penggabungan sistem rating, penulisan jurnalistik yang deskriptif, detil, dan kaya akan unsur storytelling. Menjadi resep yang sempurna untuk sebuah ulasan restoran.


Tujuan Dari Ulasan Restoran



Sebelum mulai menulis ulasan tentang tempat makan. Kevin membagi dua kategori jenis ulasan. Yang sebenarnya, bagi penulis ulasan, mungkin sudah tidak asing.

Kevin membaginya menjadi Reportase Restoran dan Ulasan restoran secara Independen.

Sudah kebayang arah dan tujuannya?

Di sini, Kevin menitikberatkan tujuan dari tulisan tentang restoran atau tempat makan yang akan kita tulis. Apakah untuk tujuan reportase?

Biasanya kalau untuk tujuan reportase, berarti pengulas diundang oleh pihak pengelola untuk mencicipi atau merasakan menu makanan secara gratis atau dibayar.

Jika tulisan tersebut sebagai bentuk reportase, Kevin menyarankan agar tulisan berisi berita informasi secara lengkap. Dalam hal ini meliputi acara yang berlangsung bagaimana, informasi hidangan apa saja yang ada, menu baru apa yang dikenalkan hingga alamat tempat restoran.

Saat menulis ulasan mengenai reportase, sebaiknya jangan menyelipkan kritikan. Ada baiknya, setiap kritikan disampaikan langsung ke pihak pengelola restoran. Karena, dalam tulisan reportase, pengulas menjadi bagian dari tim promosi dan marketing dari restoran tersebut.

Yang paling menyenangkan adalah ketika menulis sebagai independen. Karena, bisa menulis secara menyeluruh mengenai makanan, kondisi tempat restoran hingga bisa menyampaikan kritik dan saran.

Namanya independen, berarti kita mencicipi sesuatu bukan secara gratis. Tapi, dengan membayar sendiri.

Pada bagian inilah, Kevin memberikan pandangan yang cukup mendalam mengenai apa saja yang bisa kita tuliskan dalam ulasan restoran.

Ada beberapa hal yang bisa disampaikan dalam tulisan Ulasan Independen :


-Analisa yang mendalam
-Eksplorasi rasa hingga nuansa
-Menyeritakan pengalaman pribadi selama berada di restoran tersebut



Eksplorasi Ulasan Restoran Bagi Food Blogger



Ini bagian favorit, karena di bagian ini Kevin menyelipkan banyak sekali informasi yang bermanfaat untuk food blogger reviewer pemula.

Kevin memulainya dengan mengenalkan kepada pembaca pengetahuan dasar dari restoran, yaitu Komponen Restoran.

Pada bagian komponen ini, sebagai food blogger reviewer, ada satu tugas yang bisa dilakukan agar tulisannya tampak berbeda.

Dengan mencari informasi mengenai, sumber bahan baku hidangan di restoran, siapa desain interior ruangannya, siapa branding consultantnya, sampai bagaimana staf, pemilik, chef hingga manager di restoran tersebut.

Karena ulasan independen itu menuliskan rangkaian analisa yang mendalam. Akan sangat menguntungkan jika kita memiliki informasi atau berhasil menganalisa peran pelaku restoran.

Selain itu, food blogger reviewer juga dituntut untuk mengenal dua bagian penting dalam restoran yang terbagi menjadi Front of House dan Back of House.

Siapa saja pelaku restoran yang berada di Front of House? Mereka adalah


-Manajer Restoran
-Head waiter
-Bartender
-Host / Greeter
-Server / Waiters


Sementara pelaku restoran yang berada di Back of House adalah


-Head Chef
-Sous Chef
-Patissier
-Baker
-Commis
-Expeditor
-Bussier


Jika bingung dengan peranan dari pelaku restoran di atas. Tenang, di buku ini Kevin menjelaskannya dengan sangat lengkap sampai peranan dan tugas para pelaku restoran pun ada.


Eksplorasi Cuisine



Cuisine adalah karakter, jiwa dan identitas makanan.

Ada satu contoh penulisan ulasan yang dijabarkan Kevin dan membuat terkejut. Ketika menuliskan mengenai gudeg, misalnya.

Patut diperhatikan, apakah gudeg yang dimakan berasal dari Jogjakarta atau dari Solo?

Informasi ini ternyata penting karena setiap makanan yang berasal dari daerah tertentu, memiliki ciri khas yang berbeda.

Seperti gudeg, yang dikenal sebagai makanan dari Jogjakarta. Banyak mengenalnya dengan tampilan yang kering. Sementara gudeg dari Solo, cenderung basah dan kaya akan cita rasa santannya yang gurih.

Nah, pada bagian ini Kevin mengajak pembaca untuk mengenal Cuisine ini. Yang ternyata artinya bukan sekadar masakan tapi meliputi daerah, budaya dan ciri khasnya.

Kevin memberikan contoh agar food review pemula bisa menjabarkan dengan aktual mengenai cuisine.


Contoh Masakan Eropa, terdiri dari

-Masakan Perancis
-Masakan Spanyol
-Masakan Italia
-Masakan Inggris
-Masakan Jerman
-Masakan Portugal
-Masakan Yunani
-Masakan Swiss

Dari sub masakan yang dipisah menjadi negara-negara yang ada di Eropa. Juga bisa dipisah lagi ke kota-kota yang memiliki ciri khas berbeda.

Cuisine, jika ditelaah lagi memang cukup banyak faktor yang menentukannya. Seperti yang dibahas oleh Kevindra. Ia juga menuliskan tentang budaya penyajian makanan di restoran atau tempat makan.

Setiap negara, bahkan di Indonesia setiap daerah, memiliki ciri khas penyajian sampai bentuk tempat makan yang berbeda.

Ambil contoh seperti Rumah Makan Padang, yang berbeda dengan Warung Makan Tegal. Meski keduanya menggunakan kaca etalase. Tapi, penyajian sampai bentuk tempat makannya berbeda. Ini pula yang masuk ke dalam lingkaran Cuisine.

Jangan sampai menuliskan kritikan mengenai cara penyajian di Rumah Makan Padang yang harus mengantri di depan pintu karena tempat pemesanan nasinya di pintu utama. Tentu berbeda dengan konsep warung makan tegal, pengunjung bisa sekalian duduk sambil memesan sajian yang ada di hadapannya.

Pada bab ini, Kevin menuliskan banyak panduan mengenai pengenalan Kategori Kelas Restoran sampai Istilah dalam penyajian makanan.

Komplit banget untuk food blogger review pemula maupun yang mau menambahkan sesuatu yang berbeda dalam tulisannya.


Penutup



Membaca buku ini sangat menambah wawasan mengenai ulasan makanan. Bahkan, untuk mengatakan bahwa makanan tertentu itu enak pun tidak mudah.

Ada pakem tersendiri dalam menyampaikan kalau makanan ini dan itu rasanya oke. Bahkan, Kevin pun membedah lagi mengenai cara menyampaikan Rasa Makanan.

Rasa Makanan dibedah lagi meliputi : aroma, tekstur, rasa di lidah, temperatur hingga suara.

Bayangkan, untuk menjelaskan tentang makanan pun enggak sembarangan. Karena itu, buku The Art of Restaurant Review memang layak dibaca terutama untuk food review pemula. Biar bisa eksplorasi tulisan juga. Soalnya, Kevin menyematkan satu form yang cocok buat panduan menulis ulasan restoran.


Kalau makan di tempat makan. Biasanya, apa yang disampaikan ke teman atau saudara saat merekomendasikan tempat tersebut?

Postingan Terkait