Forgotten Colors : Sebuah Cara Untuk Belajar Mengingat Diri Sendiri

Forgotten Colors : Sebuah Cara Untuk Belajar Mengingat Diri Sendiri



Forgotten Colors


Aku bekerja keras memulihkan badan dan otak, menelusuri semiliar kenangan demi kewarasan, tapi terlalu banyak ingatan yang malah melumpuhkan ~ Forgotten Colors


Novel Forgotten Colors ini sempat membuat saya penasaran, terlebih Vabyo pernah menyinggung sedikit bahwa tulisan dalam novel ini sebagai terapi paska terserang strok. Ada banyak hal yang terjadi pada dirinya, yang paling ditonjolkan dalam novel ini sesuai dengan kutipan di atas : Ingatan.

Setiap diri kita sudah tentu memiliki kenangan. Apakah kenangan tersebut masih tersimpan dengan baik? Jangan-jangan kenangan tersebut sudah masuk ke dalam tempat sampah memori dimana segala macam ingatan banyak yang hilang. Atau hanya tersimpan sementara dalam bank memori. Tidak ada yang tahu. Jika ingin mengenal konsep tempat sampah memori bisa menonton film Inside Out, di situ dijelaskan dengan cara yang mudah dicerna oleh orang awam seperti kita.

Dalam kisah ini pengalaman yang dialami oleh Vabyo dikombinasikan dengan kisah fiksi. Dimana kisah ini seperti ajakan untuk menyadari bahwa strok tak lagi menyerang orang-orang yang sudah berusia lanjut. Tapi, bisa juga menyerang orang dengan usia yang masih muda lagi produktif. Seperti tokoh utama dalam cerita ini yang bernama Arka.


Kartu Tanda Buku


Judul : Forgotten Colors || Penulis : Valiant Budi || Editor : Alit Tisna Palupi || Halaman : 258 || Cetakan Pertama, 2017 || Penerbit : Gagas Media || Rating : 5/5 || ISBN : 9789797809027


Strok Menyerang Pada Masa Produktif


Arka seorang lelaki yang tengah berada pada masa produktifnya. Dia senang melukis dan terbesit keinginan untuk bertindak 'nakal' lagi menguntungkan yaitu melukis bangku taman. Sebelumnya kegiatan ini sempat membuatnya hampir tertangkap petugas keamanan. Namun, kelihaian Arka bersembunyi membuatnya bebas.

Tapi, lukisan pada bangku taman tersebut justru menjadi awal sebuah perjalanan panjang yang cukup melelahkan dan membingungkan. Ketika seorang petugas memaksa Arka ikut dengan mereka kemudian menawari sebuah proyek untuk melukis 1000 bangku taman. Sebuah tawaran yang cukup menggiurkan memang, tapi Arka malah merasa tidak nyaman. Karena dia lebih senang melukis bangku taman secara diam-diam.

Bagi Arka ketika melukis tanpa diketahui oleh orang lain serta merasakan adanya kondisi yang tidak memungkinkan, itu membangkitkan adrenalinnya yang membuatnya merasa bertambah semangat. Sayangnya memang demikian ketika melukis bangku taman menjadi pekerjaan yang dipaksakan sehingga hasil karyanya kurang optimal. Tidak sama seperti ketika dia melukis untuk kesenangannya sendiri.

Tidak lama usai proyek melukis bangku taman selesai, mulailah dia merasakan sesuatu yang aneh. Seperti ada yang mencengkram tengkuknya serta menusuk-nusuk kepalanya. Sampai suatu ketika dia tumbang dan saat bangun ternyata dirinya tengah berada di rumah sakit. Dokter mendiagnosa Arka teserang strok.

Ketika mendengar kabar tersebut, dirinya memberontak dalam hati. Ribuan tanya kenapa dan kenapa memenuhi kepalanya. Apalagi dia tidak merokok, tidak begitu candu pada kopi dan tampaknya dia masih sehat. Dan segala hal yang menjadi pembelaannya serta alasan mengapa dan mengapa dirinya terserang strok di usia yang masih muda.


Strok Dan Halusinasi Hingga Lupa Pada Banyak Hal 


Awal mulanya Arka sempat bingung, mengapa dia bisa mengendalikan mimpinya hingga tampak seperti kenyataan. Mimpi Nyata demikian ia menyebutnya. Namun, menurut dokter, itu akibat dari kerusakan yang terjadi pada otak sebelah kiri.

Halusinasi ini membuat Arka justru bahagia, dia bisa bebas mewarnai, melukis dan menentukan seperti apa jalan cerita mimpinya. Namun, siapa sangka, bahwa mimpi-mimpinya membuat Arka tak mampu membedakan mana dunia nyata dan dunia mimpi. Inilah yang menjadi penyebab terkadang dirinya berada di tempat yang membingungkan hingga membuat orang-orang di sekitarnya berusaha lebih keras lagi untuk melindunginya.

Kata dokter yang menanganinya, biasanya ketika tidur, manusia mengalami mimpi dalam tidur dan tidur nyenyak sebesar 20 : 80. Namun, berbeda dengan yang terjadi pada Arka, persentase mimpinya justru 80 : 20, berarti lebih besar dan mengindikasikan banyaknya persentase mimpi yang seolah nyata.




Tapi, hal ini juga yang harus diantisipasi oleh Arka. Karena setiap kali dia merasa antusias atau kebingungan, dia akan terkena serangan panik yang akan membuatnya jatuh pingsan. Ini juga membahayakan dirinya, karena selama perawatan bahkan Arka tidak dibolehkan untuk mengejan. Karena akan membahayakan lapisan pada otaknya.

Selain mengalami halusinasi sampai serangan panik dan larangan untuk mengejan atau memaksakan otaknya bekerja keras. Arka juga mengalami amnesia, konon seperti sebuah handphone yang memerlukan waktu untuk backup dan restore data. Seperti ketika dirinya terbangun dari tidur kemudian menemukan Perempuan Belang yang tidak diingat siapa nama sampai bagaimana bisa seorang perempuan seolah mengenalnya dengan baik.

Serta banyaknya hal yang seolah diingat olehnya yang kemudian bercampur dengan mimpi seolah menjadikan Arka seperti seorang peramal. Bahkan Perempuan Belang percaya, bahwa penyakit strok yang menyerang Arka menjadikannya bisa memahami dunia paralel.



Forgotten Colors


Dari Joker Yang Menggila Dengan Kehidupan Sampai Forgotten Colors Yang Mengingatkan Kembali Tentang Kenangan



Saya baru sekali membaca novel karya Vabyo, selebihnya beberapa tulisan pendeknya di buku-buku yang ditulis bersama para penulis lainnya. Juga saya beberapa kali membaca tulisannya di blog. Kenangan yang masih melekat dalam ingatan tentang novel Joker adalah twistnya yang membuat saya terbelalak. Sungguh tidak saya duga meski sejujurnya saya sempat bergidik ketika kembali merunut kepingan-kepingan dari halaman pertama.

Iya, membaca novel Forgotten Colors juga serupa, kita sebagai pembaca harus menemani perjalanan kehidupan Arka sambil mengumpulkan kepingan informasi yang nantinya akan disusun seperti potongan puzzle pada bagian akhir. Yang kemudian kita akan ber 'oooo' ria saat mencapai bagian akhir.

Dengan bahasa yang sama, seperti karya Joker, yang membuat saya kagum karena Vabyo ternyata memang sudah pasti dan yakin dengan gaya penulisannya yang hampir sama juga dengan tulisan di blognya. Sehingga mudah mengidentifikasi bahwa ini loh seorang Vabyo dan ini loh gaya tulisannya. Apalagi setelah sekian lama dirinya tidak tampak dalam dunia kepenulisan, saat kembali menyapa, konsistensi itu masih ada.

Meski saya sempat mengangkat kedua alis saya saat menikmati cerita dari twist yang cukup berbeda. Saya merasakan masih sedikit terasa kasar perpindahan antara frame cerita satu dengan twistnya. Jadi, saya harus membaca berulang untuk memastikan bahwa ini loh yang kenyataan bukan imajinasi Arka. Atau memang sengaja dibuat demikian? Membiarkan pembaca kebingungan dan memastikan lagi, jangan-jangan si pembaca yang memang memiliki kerusakan pada otaknya.

Juga saya menemukan beberapa kesalahan penulisan serta kesalahan yang lumayan cukup membingungkan pada halaman 109, saat Gelia mengatakan ingin membuat telur dadar tanpa telur. Sebentar, saya benar-benar membutuhkan waktu untuk mencerna, ini bagaimana gitu bikin telur tanpa telur? Serius? Apa emang sengaja begitu? Entahlah, tapi setelah mendapat jawaban dari Arka saya mengangguk. Kemudian saya mengasumsikan, apakah ini justru pertanda awal bahwa Gelia juga mengalami masalah?



Selebihnya memang ada beberapa kesalahan penulisan di halaman selanjutnya. Kesalahan penulisan satu huruf saja, bukan seperti yang saya tulis sebelumnya.

Forgotten Colors ini menyadarkan tentang banyak hal yang terlupa bukan saja bagi Arka tapi juga terkadang bagi banyak orang.


Bagi Saya Vabyo Itu Punya Self-Defense Yang Baik


Sejak pertama kali mengenal nama penulis Vabyo, waktu itu saya bahkan belum pernah membaca tulisannya. Baik buku maupun kumpulan tulisan lainnya. Hanya saya baca karena tulisannya di blog dan kisah perjalanannya di twitter. Sungguh betapa dunia sosial memang bisa membuat orang mengenal tanpa mengetahui karyanya.

Mengenal Vabyo, saya juga mengenal kutipannya yang saat itu mengena sekali dan selalu saya pakai HINGGA SAAT INI. Dicaci Dan Dimaki Akan Berkarya Sampai Mati, sebuah kata mutiara yang seolah berteriak di tempat umum. Yang membuat saya ikut meminjam kutipan tersebut dan menggunakannya saat saya merasa terpuruk.

Bahkan dalam novel ini ada sesuatu yang juga nantinya mungkin akan saya pinjam. Sebuah kalimat tentang kenangan berbunyi, "Aku berterima kasih pada kenangan, baik itu baik ataupun buruk. Aku tak akan membiarkan kenangan pahit menghancurkanku, juga tak akan terlena dengan kenangan manis."

Dari mengenal akunnya di dunia maya inilah, kemudian saya penasaran dengan karyanya berjudul Joker. Oiya, jangan salah, saya bahkan baru tahu bisa membaca ebook secara gratis meski terbatas melalui playbook dari Vabyo, loh. Dengan tulisan ini saya mau menyampaikan, tahukah kamu tanpa kamu sadari bahwa ada orang yang terbantu dengan kegilaan atau hal remeh temeh yang pernah kamu lakukan. Jadi, tetaplah menjadi diri sendiri dan jangan khawatirkan orang yang tak pernah memberimu toleransi dalam banyak hal.

Jadi, kegemaran saya stalking akun Vabyo dengan setia. Bahkan ketika dirinya berjalan-jalan ke luar negeri, saya tetap dengan tabah dan sabar menguntitnya melalui sosial media. Ibaratnya numpang jalan-jalan melalui foto-foto hasil jepretannya. Dan banyak hal yang membuat saya masih setia jadi follower dan stalker akunnya Vabyo. Nah, jika suatu saat nanti dirimu berpikir untuk menutup akun, tolonglah pikirkan para penggemarmu yang secara diam-diam dan tenang senantiasa menantimu. Meski ini egois, tapi saya tetap memintamu untuk selalu mengutamakan dirimu sendiri sebelum orang lain. Jaga kesehatan ya!


***


Bagi kalian yang ingin membaca karya Vabyo yang terbaru ini, belilah karena memang kalian ingin. Bukan karena terpaksa, karena kalau terpaksa apalagi dalam keadaan tengah ingin menyindir karyanya maka itu sama saja menyia-nyiakan waktu. Apalagi ada yang mengatakan, "ah paling itu isinya curhatan penulis yang abis kena strok doang, gak ada yang istimewa." Kalau begini, tolong pastikan kalian membacanya bukan karena terpaksa.

Namun, kalau kalian penasaran, silakan gunakan playbook untuk membaca sedikit apa yang dikisahkan dalam novel ini. 



Salam Literasi~

Postingan Terkait