Sastra Klasik Anak Yang Layak Dibaca Oleh Siapa Saja Yang Menyukai Cerita Persahabatan
Saya pernah menonton film Bridge to Terabithia sebelum mengetahui bahwa film ini diangkat dari sebuah novel karya Katherine Paterson. Waktu itu saya memang masih tidak begitu peduli, apakah film yang saya tonton diangkat dari novel atau bukan, tidak begitu peduli dengan "siapa penulis buku ini dan itu." Iya, saya pernah mengalami masa-masa "lebih mementingkan apa yang saya tonton dan baca ketimbang siapa yang menulis atau darimana asal film tersebut."
Barulah ketika saya melihat buku ini di jajaran etalase toko online, saya tertarik mencari tahu seperti apa sebenarnya kisah yang dituliskan dalam buku ini? Sebuah rasa penasaran yang saya yakin bukan keterlambatan.
Kartu Tanda Buku
Judul : Bridge to Terabithia || Penulis : Katherine Paterson || Halaman : 236 || Cetakan I, Desember 2016 || Versi : Buku Cetak || Bahasa : Inggris || Penerjemah : Rina Wulandari || Penerbit : Naura Publishing || ISBN : 9786023851720 || LBABI : 1 || Rating : 5/5
Pernahkah Kalian Bertemu Dengan Seorang Sahabat Yang Membuka Mata Kalian Pada Dunia Yang Lebih Berwarna?
Beberapa di antara kita, mungkin pernah mengalami suatu masa dimana berkawan dengan seseorang atau lebih membuat mata kita melihat dunia dengan sudut pandang yang berbeda? Tidak lagi membosankan, terbangun di pagi hari dengan semangat. Sampai, merasa begitu banyak ide setiap kali berbincang dengan sosok ini.
Bisa saja, sahabat yang saya maksudkan ini entah itu teman ketika sekolah, kuliah, kerja atau justru orang terdekat yang kita sayangi. Dimana bersama mereka, kita bisa melihat dunia yang penuh dengan warna, melihat kembali ke dalam diri kita sendiri dengan penuh semangat dan pikiran yang positif sehingga kita merasa percaya diri untuk menjadi diri kita sendiri dan menunjukkan kemampuan kita.
Seperti Jess yang pada mulanya seorang anak pendiam, senang menggambar - namun secara sembunyi-sembunyi- bahkan itu merupakan hal yang paling dia gemari dan membuatnya bahagia, hidup bersama keluarganya dimana Jess merupakan satu-satunya anak lelaki di antara 4 saudara perempuan lainnya. Jess sering merasa terjebak dalam kehidupannya, dimana sang Ibu akan selalu menyuruh Jess untuk membantunya, sementara kedua kakaknya tampak bebas tanpa membantu Ibunya.
Belum lagi, satu-satunya adik yang bisa diajak bersekongkol hanya May Belle, adiknya. Meski adik perempuannya ini selalu saja ingin tahu apa yang tengah dikerjakan oleh Jess, bisa dikatakan yang lebih dekat dengannya hanya May Belle. Selain itu, di sekolah pun Jess termasuk anak yang tidak mau bersitegang dengan orang lain. Ketika liburan sudah hampir selesai, dia ingin menjadi pelari tercepat di kelasnya.
Saat itulah, muncul seorang anak perempuan, dengan pakaian yang tidak biasa hingga sering diejek sebagai 'hippie', dia tinggal tidak jauh dari rumah Jess. Namanya Leslie, seorang perempuan yang kemudian selalu mengajaknya bermain dan bersama. Gadis yang punya banyak wawasan terkait buku-buku yang pernah dia baca. Bersama Leslie pulalah, Jess merasa ada sesuatu yang runtuh dalam dirinya.
Dia memikirkannya seharian, betapa sebelum Leslie datang, dia bukanlah siapa-siapa; seorang anak kecil bodoh yang aneh, yang suka membuat gambar aneh dan mengejar sapi di ladang, berusaha berlagak jagoan - mencoba menyembunyikan seluruh ketakutan bodoh yang mengalir dalam nyalinya.
Leslie-lah yang telah mengeluarkannya dari kandang sapi menuju Terabithia dan mengubahnya menjadi raja. Dia pikir itulah yang terbaik. Bukankah raja adalah posisi tertinggi yang bisa dicapai?! ~ 229
Kehidupan Sekolah Yang Berat Tak Lagi Terasa Sejak Berteman Dekat Denganmu
Kehidupan masa kanak-kanak memang bukan hal yang mudah dilupakan. Saya pun kembali teringat dengan beberapa teman semasa kecil saya, yang bahkan entah dimana sekarang mereka tinggal. Bersama teman-teman inilah saya tumbuh, membagi tawa bersama sampai mengisi kenangan dalam buku yang akan selalu saya buka dan ingat setiap waktu.
Jess dan Leslie, keduanya akhirnya dekat sejak awal Leslie memenangkan lomba lari cepat. Kemudian, keduanya membangun istana yang dikhususkan untuk mereka berdua saja. Tidak ada siapapun yang mengetahui tempat rahasia mereka, yang terletak di dalam hutan. Selain itu, kehidupan sekolah yang awalnya membosankan bagi Jess, tak lagi dirasa.
Seperti sebelumnya hanya satu jam di hari Jumat yang bisa membuat Jess merasa bahagia, kini setiap harinya dia akan terbangun dengan semangat dan melakukan banyak hal dengan penuh keriangan karena di sekolah dia bisa berbagi kisah dengan Leslie. Betapa menyenangkannya memang, bisa berbagi cerita dengan seseorang yang mau mendengarkan dan antusias dengan cerita kita.
Seperti kala Natal tiba, saat Jess berusaha memberikan hadiah pada Leslie seekora anak anjing yang membuat Leslie sangat bahagia. Tidak hanya itu, Leslie juga memberikan hadiah pada Jess berupa tumpukan kertas untuk menggambar dan cat air! Itu adalah hadiah terbaik yang pernah Jess dapatkan.
Perlu diketahui, keluarga Jess memang bukan keluarga yang kaya raya, bahkan untuk menggambar pun Jess sering mencuri kertas dan cat air dari sekolah. Karena dia tidak mungkin meminta pada Ibu dan Ayahnya. Selain mereka tidak memiliki uang, kedua orangtua Jess juga tidak menyukai kegemaran anaknya itu. Jadilah, Jess sering bersembunyi setiap dia menggambar.
Hanya ketika bersama dengan Leslie-lah, Jess merasa dihargai karyanya. Merasa bebas menggambar apa saja, sampai mengeluarkan banyak ide kreatif lainnya untuk gambar yang dia hasilkan. Semacam pertemanan yang baik, yang menimbulkan kasih sayang di antara keduanya.
Terabithia adalah rahasia mereka, dan itu menyenangkan, karena bagaimana mungkin Jess menjelaskannya kepada orang lain? Hanya dengan berjalan menuruni bukit menuju hutan membuat suatu perasaan hangat dan cair menyusup dalam tubuhnya. Semakin dia mendekati sungai kering dan tali di pohon apel itu, semakin dirinya merasakan jantungnya berdebar. ~ 83
Antara Film Dan Buku, Mana Yang Lebih Baik?
Sudah banyak diketahui, bahwa film yang diangkat dari sebuah buku, sering menyematkan beberapa bagian tambahan atau menghilangkan bagian lainnya atau justru mengondisikan beberapa bagian agar tampak mulus jika dihadirkan di layar lebar. Namun, di film Bridge to Terabithia, beberapa bagian yang dihilangkan ini tidak begitu terasa, karena alur ceritanya tetap bisa dinikmati selain itu akhir cerita yang mengharu biru pun tetap menjadi bagian terbaik dari cerita ini.
Perbedaan mendasar yang memang membuat saya bersyukur telah membaca buku ini adalah saya bisa mengeksplorasi apa yang ada dalam pikiran Jess. Setiap rasa, setiap perubahan dalam dirinya benar-benar kental, seolah perubahan itu terjadi pada diri saya sendiri. Bagaimana kehidupannya yang monoton kemudian menjadi lebih berwarna dan ceria, khas anak-anak, semenjak berteman dengan Leslie.
Jika kalian pernah menonton film ini, pun akan merasakan perbedaan antara membaca buku dan menonton filmnya. Seperti yang saya sebutkan, perbedaan itu terletak pada rasa yang cukup kaya jika kita mengeksplorasinya melalui tulisan. Namun, apa yang ditayangkan di layar lebar, sudah mewakili isi dari novel ini.
Sebuah kesedihan, haru biru, tentang perpisahan yang kemudian membekas menjadi ketegaran dan usaha untuk terus menjadikan hal tersebut sebagai sebuah kenangan yang abadi dan menyenangkan.
***
Selain itu, membaca buku ini memang menyenangkan karena beberapa hal di bawah ini :
1. Terjemahannya oke, tidak ada masalah dengan typo ada keanehan dalam gaya penuturan.
2. Tulisannya cukup besar sehingga enak dibaca dan rasanya memang cocok untuk dibaca anak-anak yang terbiasa membaca novel.
3. Termasuk Sastra Klasik yang mengangkat tema cerita yang ringan tentang persahabatan.
4. Kisah cinta di sini hanya dituliskan dalam perwakilan perasaan Jess yang selalu membutuhkan hadirnya Leslie. Rasa cinta dan sayang antar sahabat.
5. Tentunya novel ini telah memenangkan penghargaan di tahun 1977! Lama kan? Iya, karena itulah karya ini disebut Sastra Klasik dan saya merekomendasikan kepada kalian untuk membacanya.
Happy Reading !