Novel Tentang Dunia Penyihir Di Kota London Serta Tradisi Para Penyihir



The Amulet of Samarkand




The Bartimaeus Trilogy ini saya miliki sejak dua atau tiga tahun yang lalu. Rumit jika dijelaskan, kenapa saya baru membacanya saat ini. Tapi, yang jelas, ketika tumpukan buku di rak mulai berkurang, kemudian penampakan buku ini muncul, saya seketika merasa rindu membaca buku fantasi. Selain itu, sudah pasti, banyak yang khatam dengan buku ini. Dan The Amulet of Samarkand merupakan buku pertama dari trilogi Bartimaeus.


Alkisah di London, kehidupan manusia yang disebut Commoner berdampingan dengan kehidupan para penyihir. Dimana kedudukan penyihir di masa tersebut mendapat kursi penting di parlemen. Apalagi Rupert Devereaux sang Perdana Mentri, merupakan sosok penyihir juga. Pada masa itu, kesombongan para penyihir mencapai level tertentu, dimana kondisinya banyak pertengkaran antar penyihir, hingga keberadaan kelompok Resistance yang merupakan pembenci para penyihir.

Di tengah kericuhan tersebut, secara turun temurun, pembukaan lowongan untuk anak-anak yang bekerja di Departemen Tenaga Kerja, dimana yang dicari khusus untuk murid yang belajar sihir. Muncullah seorang anak bernama Nathaniel. Dia masih tersedu-sedu, pendiam dan pucat setelah berpisah dari orangtuanya. Yang meninggalkannya begitu saja usai menerima sejumlah uang. Dia tak menyangka bahwa dirinya akan ditinggalkan begitu saja di sebuah rumah dengan orang-orang yang tak dikenalinya.

Arthur dan Martha Underwood, merupakan dua orang yang akan mengasuh Nath. Dimana Arthur adalah masternya, kemudian Nath akan menjadi muridnya sampai ia mendapat nama resmi. Di rumah tersebut ada banyak pantangan yang patut diketahui oleh Nath. Serta dia mendapat pelajaran pengetahuan umum dari Commoner juga ilmu sihir dari beberapa guru dan masternya.

Program ini memang dibuat untuk menjamin, para penyihir muda memiliki kualitas yang bagus sehingga mampu bersaing di kursi parlemen atau pemerintah pusat. Dan program ini terus dijalankan selama bertahun-tahun lamanya di kota London. Bagi seorang penyihir muda, memiliki master merupakan kebanggaan, namun bagaimana rasanya jika ia tak lagi memiliki master, kemudian menjadi penyihir buangan di antara Commoner?




Kartu Tanda Buku

Judul : The Amulet of Samarkand || Penulis : Jonathan Stroud || Halaman : 512 || Cetakan keenam, April 2014 || Versi : Buku Cetak || Bahasa : Indonesia || Penerjemah : Poppy Damayanti C. || Penerbit : Gramedia Pustaka Utama || LBABI : 1 || ISBN : 9786020303895 || Rating : 5/5



Siapa Sebenarnya Bartimeaus?


Dia adalah sosok Jin tak bertuan. Usianya sudah lebih dari 5000 tahun. Jin yang memiliki level lumayan tinggi untuk seuukuran Nath yang baru berusia 11 tahun. Barti pernah bekerja untuk Solomon, bisa dimengerti, bahwa kehebatannya ini bukan sesuatu yang omong kosong. Namun, siapa sangka? Kehidupannya justru berubah dan dia harus rela hampir kehilangan nyawanya untuk sesuatu yang tidak dia sangka. 

Seolah pemanggilannya sekadar main-main belaka, yang ternyata mempertaruhkan nyawa dua orang yang tidak tahu-menahu tentang apa yang terjadi. Konon, Barti merupakan pengkhianat yang pernah menumpas satu ras uttuku yang kemudian menjadi pemberontak di masanya. Sosoknya, memang masih di bawah Afrit, tapi kecerdikan dan pengalamannya membuat Barti tidak diragukan lagi keahliannya.



Apa Pantangan Bagi Seorang Penyihir?


Ada banyak hal yang harus dipelajari dan diingat oleh setiap penyihir. Mereka harus menyembunyikan identitas diri mereka sendiri dari para Imp, Jin, Uttuku dan Goblin. Karena, informasi tersebut dapat mereka gunkana untuk membunuh sang penyihir ketika mereka lengah. Hanya cukup menyebut nama mereka, kemudian ditambah dengan mantra tertentu, hingga kematian seorang penyihir sudah cukup untuk membalaskan dendam para makhluk tersebut.

Penyihir mempekerjakan Imp, Jin, Uttuku dan Goblin sebagai budak mereka. Nama merupakan informasi yang harus terlebih dahulu dirahasiakan sebelum menciptakan mantra Pengikat Abadi untuk para budak mereka. Karena itu adalah hal yang rawan, maka wajar saja ketika Nath tampak pucat saat Barti mengetahui nama aslinya! Terlebih saat itu Nath belum memiliki nama khususnya sebagai penyihir.

Pantangan berikutnya adalah selama merapal mantra dan pertemuan dengan calon budak, penyihir harus tetap berada di Pentacle. Ini untuk menghindari adanya penyerangan dari calon budak tersebut. Juga untuk melindungi nyawa mereka. Dimana ketika berada di dalam pentacle, mantra tersebut baru bisa digunakan dengan baik. Namun, penggambaran pentacle juga tidak bisa sembarangan, salah sedikit saja bisa membuat nyawa sang penyihir berada dalam ancaman.

Tanpa pentacle mengikat, penyihir memiliki batasan soal apa pun yang mereka ingin panggil. Makhluk-makhluk dengan kekuatan sangat besar akan mengamuk jika diberi kebebasan. Salah satu contoh terburuk adalah Mycenean, kawasan luar Atlantis di pulau Santorini di Mediterania. Sekitar 3500 tahun lalu, mereka ingin menaklukkan pulau lain kemudian para penyihir bergabung dan memanggil entitas yang agresif.

Mereka tak dapat mengontrolnya, kemudian terciptalah sebuah ledakan dan gelombang tsunami yang datang bergemuruh menelan pantai Afrika. Ketika semua merekda, perahu-perahu sang Firaun beralayar ke Santorini. Seluruh bagian tengah pulau itu, dengan penduduk dan kotanya yang berkilauan, telah tenggelam ke dasar laut. Semua itu terjadi karena mereka tak ingin repot menggambar pentacle. (468)




Jadi Apa Sih Sebenarnya Amulet Itu?


Amulet adalah jimat pelindung, benda yang menghalau kekuatan jahat. Benda ini objek pasif dan menskipun dapat mengisap atau memantulkan segala jenis sihir berbahaya, amulet tak dapat secara aktif dikontrol si pemilik. Maka benda ini kebalikan dari talisman yang memiliki kekuatan magis aktif yang dapat digunakan sesuai kehendak pemiliknya. Tapal kuda adalah amulet primitif, sepatu bot tuju league (bot ajaib yang bisa membuat pemakainya bergerak sejauh tujuh league dalam satu langkah) adalah salah satu bentuk talisman.

Benda ini telah memiliki reputasi tentang kekuatannya yang amat besar. Shaman yang membuatnya, penyihir yang benar-benar andal. Bangsanya tak memiliki buku-buku atau perkamen, pengetahuan mereka diturunkan melalui mulut dan ingatan semata. Dan amulet ini melindungi pemakainya dari serangan sihir (365).

Konon, amulet ini digosipkan mengandung entitas dari jantung Dunia Lain, jika benar, benda tersebut memang berkekuatan besar (363).




***


Membaca buku ini, memang mengingatkan saya pada film Harry Potter. Karena saya belum pernah membaca buku-buku Harry Potter. Namun, di sini, justru timbullan kebencian pada sosok penyihir yang bagi saya 'berlagak' banget, hehe. Dengan kehebatan mereka, bahkan menganggap tanpa para penyihir, maka London akan ambruk. Ini bahkan dikatakan oleh Nath pada gurunya yang seorang commoner.



Keunikan dari karya Stroud ini adalah detil dari tradisi yang dilakukan oleh seorang penyihir. Apa yang menjadi kelemahan para jin dan bangsanya atau kita sebut saja entitas. Kemudian, langkah-langkah apa saja yang digunakan untuk memanggil arwah, mantra apa yang harus dihapal seperti mantra dasar. Kemudian, apa yang harus dilakukan jika berhadapan dengan imp. Semua diceritakan dengan lengkap dan detil, melalui pengalaman hidup Nath dimana pembaca akan mengetahuinya saat dia juga tengah belajar dari para guru dan Masternya.

Buku yang memang cocok untuk Remaja, terlebih bobot petualangannya dan menguak intrik di tengah pemerintahan yang saling menjatuhkan. Juga memunculkan, sebuah sifat alami secara psikologis dari sosok Nath yang berusia 11-12 tahun. Dimana dia terbiasa terburu-buru, terlalu berambisi, tanpa mempertimbangkan sesuatu terlebih dahulu, spontan tapi juga cerdik. Kebiasaannya membaca buku membuat kemampuannya meningkat lebih cepat dan bahkan melebihi sang Master.

Jika dibandingkan dengan Charlie's Bone adventure, memang petualangan Nath ini termasuk lebih kompleks. Karena menguak misteri pembunuhan, bertemu dengan pemberontak sampai berhadapan dengan pilihan-pilihan sulit. Terasa lebih kompleks apalagi dengan gaya penulisan Stroud yang detil, sehingga semuanya tampak seperti nyata.

Tidak sabar rasanya melanjutkan membaca buku selanjutnya... Bagi kalian yang menyukai dan menggemari genre fantasi. Sejujurnya, buku ini bagus dan keren, masuk ke dalam koleksi favorit saya setelah Night at Museum, Peter Nimble sampai Wonderstruck dan Hugo Cabret. Jadi, bisa dikatakan, meski buku ini terbit setelah Harry Potter, tapi dunia yang akan kalian temui benar-benar berbeda.



Happy Reading!


Postingan Terkait