Novel Revival Dengan Opening Paragraph Yang Keren Dan Ide Cerita Yang Unik

Novel Revival Dengan Opening Paragraph Yang Keren Dan Ide Cerita Yang Unik





Apa sih yang membuat Stephen King menjadi seorang penulis legendaris? Apalagi dia masuk dalam daftar sastrawan yang karyanya tidak bisa dianggap remeh. Saya pribadi yang baru beberapa tahun belakangan ini mengenal karya-karyanya, sampai shock dibuatnya. Seperti ketika saya membaca novel ini, yang kemudian membuat saya membanting bukunya sambil berteriak, "Ini Gila!"

Kegilaan yang ditularkan pada King melalui tokoh-tokohnya, membuat otak saya yang lurus - lempeng - datar, tiba-tiba semrawut seketika saat dihadapi twist-twist di beberapa bagian. Misteri di dalam novel ini seperti kumpulan puzzle, dimana baru akan ditemukan potongan-potongannya di beberapa paragraf tersembunyi. Jika saya melewatkan satu saja paragraf, niscaya saya akan kehilangan momen mendapatkan kepingan misteri tersebut.


That is not dead which can eternal lie,
And with strange aeons, even death may die.
~ H.P Lovercraft


Awal mula membaca di bagian sampul belakang, saya penasaran dan menebak, apakah ini misteri atau pembunuhan? Apalagi novel tentang fantasi yang seharusnya bisa untuk anak-anak, namun setelah saya baca justru lebih cocok untuk dewasa, sempat membuat saya terkecoh. Atau, kisah sederhana dan tidak semenakutkan filmnya, berjudul Carrie. Yang membuat saya bertambah penasaran dengan karya-karya beliau lainnya.



Hingga kenyataan, bahwa saya menyukai semua film-film yang pernah diangkat dari novelnya. Kan reseh bukan main namanya, sampai ketika saya menyelesaikan novel ini, hari ini. Dan saya sampai tenganga, jadi.... ini toh alasannya kenapa dia sampe segitunya..... ?!#$@#%@#%#@$@#



Kartu Tanda Baca


Judul : Revival || Penulis : Stephen King || Halaman : 405 || Cetakan 1, November 2014 || Versi : Buku Fisik Hardcover || Bahasa : English || Penerbit : Scribner Subsidiary Rights Department || ISBN : 9781476770383




Opening Paragraph of Revival Novel


In one way, at least, our lives really are like movies. The main cast consist of your family and friends. The supporting cast is made up of neighbors, co-workers, teachers and daily acquintances. There are also bit players, the supermarket checkout girl with the pretty smile, the friendly bartender at the local watering hole, the guys you work out with at the gym three days a week. And there are thousands of extras - those people who flow through every life like water through a sieve, seen once and never again. The teenager browsing graphic novels at Barnes and Noble, the one you had to slip past in order to get to the magazines. The woman in the next lane at a stoplight, taking a moment to freshen her lipstick. The mother wiping ice cream off her toddler's face in a roadside restaurant where you stopped for a quick bite. The vendor who sold you a bag of peanuts at a baseball game.

But sometimes a person who fits none of these categories comes into your life. This is the joker who pops out of the deck at odd intervals over the years, often during a moment of crisis.



Pertemuan Pertama Jamie Morton Dengan Reverend Jacob


Sama seperti bab-bab awal kisah dalam novel ini, dimana menceritakan masa-masa ketika Jamie masih berusia 6 tahun. Dimana narasi cerita dibawakan langsung oleh Jamie - sebagai tokoh utama. Jamie adalah anak bungsu, dia memiliki kakak bernama Claire - anak pertama - anak perempuan satu-satunya, Andy, Terry dan Con. Sebagai kakak perempuan tertua, Claire sangat menyayangi adik bungsunya ini. Begitu pula dengan Jamie yang sangat menyayangi Claire, dimana dia mengakui bahwa kakaknya sangat cantik.


Kedekatan antara kakak dan adik, digambarkan dengan sederhana bahwa itu adalah hal yang lumrah. Ketika Con yang sedikit cuek, namun tetap menaruh perhatian dan kasih sayang pada Jamie, atau Terry yang tampak seperti anak buah ayahnya, yang setia kemana pun ayahnya pergi. Kemudian Andy, yang sangat teramat religius, dimana dialah yang diharuskan menjaga adik-adiknya jika Claire dan Terry harus menghadiri acara di gereja khusu orang dewasa dan remaja.


Rumah pertama yang dihampiri Reverend Jacob, ketika awal penugasannya di gereja terdekat di Metodhist Road, adalah rumah keluarga Morton. Orang pertama yang ditemuinya adalah Jamie, yang kemudian menjadi anak kesayangan Reverend Jacob. Dia menghampiri bocah berusia 6 tahun yang tengah bermain-main dengan mainan tentaranya. Kemudian masuk ke dalam dunia imajinasi si bocah kecil ini, hingga menarik perhatian si bocah.




Konon, penilaian seorang anak kecil tidak pernah salah, ketika Jamie mengatakan kalau Reverend Jacob adalah orang yang baik. Banyak warga yang senang datang ke gereja, begitu pula anak-anak. Tidak ada satupun dari mereka yang membenci Reverend Jacob dan keluarganya. Istrinya Patsy dan anaknya Morries, membuat banyak anak-anak menyukai mereka. Patsy, merupakan sosok perempuan yang menjadi cinta pertama remaja lelaki di sana. Demikian dengan Morries yang menjadi anak yang paling menyenangkan untuk diajak bermain, meski usianya masih kecil.


Halaman 44, "This is a project I've been tinkering with on and off for the last year. I call it the Electrical Nerve Simulator."


Kedekatan mereka, bukan lagi sesuatu yang rahasia. Seperti suatu ketika, Jamie meminta Reverend Jacob untuk menyembuhkan Con, akibat kehilangan suaranya selama berbulan-bulan. Charlie Jacob memenuhi keinginan tersebut, dengan sebuah alat hasil penemuannya. Alat yang kemudian benar-benar mengembalikan suara Con. Hingga keluarga Morton kembali berbahagia setelah sebelumnya sempat Laura dan suaminya bertengkar akibat tindakan dokter kepada Con, yang dirasa belum optimal.


Alat tersebut sempat menjadi perbincangan. Banyak anak-anak yang menyemangati Jacob agar menunjukkan alat penemuannya tersebut ke khalayak umum. Namun, dia tetap ingin menyimpannya sambil berkata bahwa kesembuhan Con adalah anugerah dari Tuhan.


Sebuah peristiwa yang besar terjadi, istri dan anaknya Jacob meninggal dalam kecelakaan mobil. Kejadian ini pun sempat membuat banyak warga shock karena kematian Morries sangat tragis sekali - wajahnya rusak parah. Sebelum berita sampai ke Jacob, Laura Morton-lah yang diminta untuk menyampaikannya. Karena warga setempat berpendapat, Laura atau keluarga Morton yang lain yang memiliki hak untuk menyampaikan berita tersebut pada Jacob.


Saat disampaikan berita tersebut, Jacob seketika terpukul. Dia berubah seperti anak lelaki kecil, dan menangis meraung-raung. Sampai di tempat rumah duka, Jacob berteriak dimana teriakannya terdengar aneh dan tidak pernah satu pun keluarga Morton yang pernah mendegar teriakan tersebut. Usai kematian dua orang yang disayanginya, Jacob kembali memberikan khutbah di suatu pagi yang cerah. Namun, isi khutbah tersebut menjadi akhir dari karirnya sebagai pendeta.

Jacob diusir akibat khutbah yang disampaikannya. Yang tanpa disadarinya, juga mengubah pandangan seorang anak kecil yang mendengarnya : Jamie. Bahkan sebelum kepindahannya, seluruh warga diminta untuk tidak berbicara dengan Jacob sampai Jamie dilarang untuk bertemu dengannya. Namun, Jamie nekat, dan anak terakhir yang ditemui oleh Jacob adalah Jamie.




Masa-masa Jamie Beranjak Remaja Dan Dewasa Dan Perubahan Kehidupannya 



Menggunakan alur maju, dimana tahun 2013 adalah masa puncak dari Jamie dan masa mudanya di tahun 1963, saat Jamie mulai mengenal gitar dan Con menyadari bahwa adiknya ini memiiki bakat di bidang musik yang sangat baik. Hingga akhirnya, Con merekomendasikan Jamie ke sebuah grup musik yang setelahnya mendapat sambutan yang baik bagi keluarganya.

Awalnya Jamie masuk ke grup musik tersebut hanya demi bisa bertemu dengan Astrid. Seorang gadis yang merupakan perempuan yang membuat Jamie jatuh hati. Kemudian tak berapa lama Astrid dan Jamie menghabiskan masa muda mereka, dengan banyak hal yang tidak seharusnya mereka lakukan. Hingga Jammie mengenal minum-minuman keras, merokok sampai morfin.

Kehidupannya berlalu tanpa disadari Jamie, yang dia tahu, dia hanya terbangun di sebuah motel tanpa uang sepeser pun. Diusir dari grup bandnya, serta tak bisa lagi menginap di motel tersebut. Dia kelaparan, juga membutuhkan morfin. Tubuhnya menggigil karena terkena flu, dia merasa sangat pusing. Namun, keramaian di dekatnya membuat dia penasaran, dimana di tempat itulah dia melihat Reverend Jacob atau siapa pun lelaki itu sekarang, dia masih mengenal Jacob dengan baik.

Kecintaan Jacob dengan petir dan elektro membuatnya pernah menunjukkan pada Jamie kecil, sebuah trik yang membuat figur sebuah kota yang bisa bergerak sendiri. Saat itu Jamie kecil melihatnya tampak seperti sebuah keajaiban. Ketika hendak berpisah pun, Jacob sempat menjelaskan, betapa dia mencintai kilat dan listrik, meski Patsy sangat tidak menyetujui kegemaran suaminya ini.

Di halaman 85, Jacob menjelaskan pada Jamie, "When you were talking in church, you said lightning was, like, fifty thousand degrees. Is that true?" "Completely true! Except maybe for earthquakes and tidak waves lightning is the most powerful force in nature. More powerful than tornadoes and much more powerful than hurricanes. Have you ever seen a bolt strikes the earth? It's beautiful. Beautiful and terrifying."


Kegemaran pada lightning inilah yang membawa Jacob mempertontonkan atraksi yang sempat memukau banyak orang. Dia mengatakan pada Jamie, bahwa pertunjukkannya di suatu tempat tidak boleh berlama-lama, harus segera pindah. Dan Jacob sudah terbiasa pindah ke satu tempat dan ke tempat yang lain, sendirian.




Perlu diketahui, pertemuan dengan Jacob ini memberikan Jamie kehidupan yang kedua. Dimana kemudian dia mengetahui ada sesuatu yang membawanya bertemu pada orang-orang berikutnya yang memberinya kehidupan ketiga. Dan pertemuan inilah yang membuatnya menguak rahasia yang paling kelam dari usaha Jacob usai menyembuhkan banyak pasien.


***


Awal mulanya, saya bertanya-tanya, kenapa cover buku ini menampakkan kilatan petir? Kemudian terjawab, karena salah satu tokohnya sangat mencintai dan menyukai kilatan ini. Selain itu, unsur listrik yang juga terdapat dalam unsur kilat, juga membuatnya sering melakukan eksperimen. Meski sudah terjawab, bahkan sebelum mencapai halaman 100, namun pertanyaan sesudahnya kembali menyergap.

Novel yang memiliki latar di Methodist Road yang berlokasi di Maine. Kembali membuat saya mengapresiasi kesetiaan King pada tempat tinggalnya. Ya, King memang tinggak di Maine, dan beberapa novelnya senantiasa berlatar di Maine. Juga beberapa film seperti Pet Sematary, yang juga berlokasi di Maine. Atau novel karya King lainnya. Ternyata, eksplorasi tempat tinggal, bukan hanya sesuatu yang tampak membosankan, karena terbukti King justru membuatnya tampak seolah nyata.


Seperti plot secara umum tentang cerita, King juga menggunakan plot Maju dari sekitar tahun 60-an sampai tahun 2013. Meski di beberapa bagian, terdapat alur mundur namun tidak banyak. Kemudian susunannya pun hampir sama dengan plot secara umum, pengenalan atau permulaan - mencapai puncak - puncak atau klimaks kejadian - penyelesaian. Bagi pembaca yang sudah underestimate mungkin akan menganggap karya ini membuat pembaca cepat bosan.


Sayangnya, meski narasi King termasuk detil dan lambat, namun unsur cerita yang disampaikan secara unik membuat saya sebagai pembaca merasa nyaman. Terlebih, saya membaca novel ini disambi mendengar audiobooks di audibles yang dinarasikan oleh David Morse. Cocok dan sempurna! Bahkan imajinasi saya terbangun seolah saya benar-benar menyaksikan sebuah film.

Yang unik dari novel ini adalah hasil penemuan dari Reverend Jacob dan imbasnya pada Jamie. Ini yang harus kalian temukan sendiri di bab-bab awal sampai akhir. Potongan misteri ini akan mengerucut dan kemudian diselesaikan dengan sesuatu yang kadang bikin saya gregetan sama King. Hihihi, jadi alasan saya melempar dan menggebrak buku, tak lain karena ide dan tujuan dari si tokoh yang sangat tidak biasa dan cenderung ciri khas King yaitu aneh.


Novel ini membahas tentang keyakinan pada Tuhan, kecintaan pada kilat, mengagungkan ilmu pengetahuan dan juga tentang kehidupan di dunia lain, apakah nyata atau tidak.



Happy Reading!



Postingan Terkait