Novel Of Mice And Men Tentang Persahabatan Dua Lelaki
Novel Of Mice And Men Tentang Persahabatan Dua Lelaki
Kisah tentang dua orang lelaki yang bersahabat dan kemana-mana selalu berdua. Berpindah dari satu tempat kerja ke tempat lainnya dimana dua orang ini berbeda baik karakter maupun sifatnya. Berlatar belakang kondisi Amerika pada masa perbudakan, dimana saat itu merupakan masa-masa depresi. Tidak banyak orang yang bisa membeli rumah, bahkan banyak buruh atau pekerja yang harus menghabiskan waktu mereka menjadi pekerja hingga akhir hayat.
Sebelum saya memulai sedikit merangkum cerita dalam novel ini, tentunya saya akan memberikan informasi tentang buku yang saya baca ini.
Kartu Tanda Buku
Judul : Of Mice And Men || Penulis : John Steinbeck || Halaman : 144 || Versi : Ebook Scoop || Penerbit : Gramedia || LBAIA : 1 || Rating : 4/5 || ISBN : 9786020337814
Dua Lelaki Dengan Satu Impian Yang Sama
Lennie seorang lelaki bertubuh besar, dengan wajah yang tampak tak beraturan. Kekuatannya sangat besar namun tidak disertai dengan kemampuan berpikir yang baik. Lennie bagai bayi besar yang bahkan tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa yang kompleks, baginya komunikasi itu adalah perintah. Dan hanya satu perintah yang akan didengarnya yaitu perintah George.
George seorang lelaki yang pernah tinggal satu kota dengan Lennie, bahkan dia mengenal Bibi Carla yang mengasuh Lennie. Itulah sebabnya keduanya mengenal satu sama lain, namun siapa sangka, kedekatan keduanya justru membuat George harus senantiasa melindungi Lennie karena perilakunya serta emosinya yang tidak bisa diatur.
Pada umumnya, orang akan mengenal norma sebagai batasan dalam bertindak atau membuat keputusan. Norma ini pula yang akan menghindarkan seseorang dari bertingkah yang di luar batasan. Namun, Lennie tidak memahami ini, seperti ketika di Weed dirinya tengah asyik memegang rok seorang gadis kemudian terjadilah kericuhan yang membuat Lennie dan George harus bersembunyi di parit.
Betul, bagi Lennie yang ada adalah sesuatu yang bisa dia sentuh dan membuatnya tenang. Meski terkadang sesuatu itu bukan hal yang bisa diterima, seperti memegang ujung rok seorang gadis, atau seperti ketika di beberapa lembar pembuka, dimana Lennie mengelus tikus mati yang sudah remuk dan mati.
Meski berhati lembut, karena Lennie tak dapat mengontrol emosi atau bahkan perasaannya, jadilah dirinya sosok yang sungguh menakutkan terutama ketika marah. Mematahkan lengan lelaki bukan hal yang aneh bagi Lennie, apalagi pekerjaannya yang sungguh berat bahkan bisa mengalahkan beberapa buruh angkut.
Georgelah yang memegang kendali amarah Lennie, dia juga yang bisa menenangkan sahabatnya itu yang merupakan bayi besar. Hingga kemudian keduanya tiba di tempat kerja baru. Namun, siapa sangka, di sanalah seorang perempuan genit yang membuat segalanya berantakan.
Baik Lennie maupun George berbagi impian yang sama. Yaitu memiliki tanah untuk hunian yang subur, agar mereka dapat hidup berdua dan tinggal di sana tanpa harus bekerja. Mereka harus mengumpulkan uang demi membeli tanah tersebut.
"Orang-orang seperti kita, yang bekerja di peternakan, adalah orang-orang paling kesepian di dunia. Mereka tidak punya keluarga. Mereka tidak cocok di tempat mana pun. Mereka datang ke peternakan dan bekerja keras lalu pergi ke kota dan menghamburkan hasil kerja keras mereka, lalu setelahnya mereka banting tulang lagi di peternakan lain. Mereka tidak punya cita-cita."
Latar Belakang Perbudakan Dan Buruh Kasar
Buku ini masuk ke dalam karya sastra klasik, untuk itu jangan kaget jika di dalamnya memuat keadaan masa paceklik dimana makanan cukup sulit di dapat. Terlebih pekerjaan yang ada saat itu adalah menjadi budak atau buruh kasar. Seperti mengangkat barang atau kuli panggul. Sampai seorang Candy, lelaki yang cacat, tetap bekerja meski menyapu dan usianya tak muda lagi.
Bagi para buruh, memiliki impian untuk membeli tanah adalah sesuatu yang mustahil. Kebiasaan mereka ketika sudah memiliki uang dengan membeli minuman dan menghabiskan waktu di rumah bordil, sudah cukup menguatkan bahwasannya mereka tak mungkin memiliki rumah apalagi tanah.
Bagi seorang budak di tempat kerja baru mereka, impian Lennie itu semacam omong kosong. Meski beliau masih sempat memupuk harapan tapi kemudian menariknya kembali seolah hal tersebut hanya candaan belaka. Pada masa itu, membeli tanah dan memiliki rumah merupakan sesuatu yang tidak mudah.
Selain itu, antara buruh kasar dengan budak kulit hitam, mereka ditempatkan di ruangan yang terpisah. Budak kulit hitam tidur di sebuah gudang sementara buruh kasar tidur di barak. Mereka bekerja pada satu Tuan yang sama.
***
Novel ini berkisah tentang mimpi-mimpi seorang pekerja kasar. Dimana tampaknya untuk saat ini, impian itu seolah batu bara yang membakar semangat manusia, namun pada masa itu mimpi merupakan bunga tidur yang tidak perlu dipikirkan. Hanya seperti dunia lain tempat mereka melarikan diri sejenak demi kembali menghadapi kehidupan yang keras.
Karya sastra klasik ini memang mampu membuat banyak pembaca menuliskan analisa-analisa mereka, terutama kondisi psikologis seorang Lennie yang bergantung pada George dan kekuatannya yang tidak terbendung serta emosinya yang tidak terkontrol.