Review Novel The Memory Police Yoko Ogawa

novel polisi kenangan

Ternyata novel yang kupikir berisi kisah menegangkan. Justru, menghadirkan rasa mengambang, hampa dan kosong setelah menamatkannya. Memang, masih ada muatan misteri yang meminta untuk diselesaikan dengan baik. Tapi, misteri tersebut hanya sekadar jawaban belaka. Yang menakutkan justru bagaimana kehilangan bisa membawa akhir yang sangat menakutkan bagiku.

Yoko Ogawa berhasil membuatku penasaran hingga menyelesaikan novel ini selama beberapa hari. Tentu bukan karena ceritanya tidak asik. Tapi, pace yang lambat membuatku harus bersabar. Tak hanya itu, setiap clue bertebaran di setiap kalimat. Kadang bisa satu paragraf, kadang juga hanya sepenggal kalimat. Jadi, aku harus berhati-hati dalam membaca dan menandai setiap informasinya.


The Memory Police : Polisi Kenangan Yang Sangat Menyeramkan

Dengan seragam berwarna hijau, langkah berderap, mengenakan mobil truck besar, prajurit banyak berjejer dengan sepatu boots yang sepertinya mampu menendang hingga ulu hati setiap mereka yang berusaha memberontak.

Adalah sebuah pulau di Jepang yang jauh dari tempat manapun. Semua warga yang tingal di sana sangat mematuhi peraturan, sebab mereka lebih takut pada Polisi Kenangan. Tentunya, mereka lebih memilih untuk patuh demi keamanan dan kenyamanan hidup mereka.

Diawali dari suatu ketika warga di sana merasakan firasat yang aneh. Itulah kali pertama ada yang hilang dalam keseharian hidup mereka. Kehilangan itu pada awalnya memang terasa aneh. Sebab, dirasakan oleh semua warga dan mereka seperti melakukan pemusnahan secara mandiri sesuatu yang hilang tersebut. Setelahnya, barulah Polisi Kenangan akan merangsek masuk ke rumah-rumah hingga gedung lain yang masih menyimpan kenangan akan benda yang hilang tersebut.

Seorang novelis muda yang sudah memasuki usia dewasa. Sudah terbiasa dengan kehilangan ini. Dia hanya berusaha mengikuti peraturan yang ada. Ia termasuk dalam kelompok warga yang ikut merasakan kehilangan. Tapi, siapa sangka ternyata ada juga kelompok orang yang tidak bisa merasakan kehilangan. Mereka masih menyimpan dengan rapi kenangan yang kerap disimpan. Dan berpura-pura hidup seperti orang kebanyakan yang lupa akan kenangan tersebut.

Ibu sang novelis muda ini salah satu dari orang yang pernah dipanggil dan dibawa oleh Polisi Kenangan. Sebab, Ibunya tak mampu melupakan apa-apa yang telah hilang. Bahkan, novelis muda ini masih mengingat kalau sang Ibu senantiasa menyimpan benda-benda yang telah hilang di ruangan bawah tanah mereka. Namun, tak lama sang Ibu pulang dalam keadaan meninggal dunia. Polisi Kenangan mengatakan kalau sang Ibu meninggal secara alami.

Sejak saat itu, tak beberapa lama, barulah sang Ayah yang ikut menyusul. Kesedihan memeluknya setiap saat namun ia berusaha menjalani hidup dengan baik. Tepat saat ia berusaha mengenang sosok sang Ayah melalui peninggalan-peninggalan yang membawanya pada kenangan pada masa itu. Polisi Kenangan kembali menyingkirkan banyak hal yang juga berkaitan dengan eksistensi Ayahnya.

Polisi Kenangan melepaskan dan mengusir burung serta menghapus burung dari ingatan semua warga. Padahal burung adalah objek yang berkaitan dengan sosok sang Ayah, sebab Ayahnya merupakan peneliti di sebuah tempat penangkaran burung dan ragam varietas bunga.

Kehilangan demi kehilangan terus berlanjut, termasuk orang-orang yang masih mampu mengingat kenangan, juga ikut menghilang secara massive. Polisi Kenangan menjadi lebih agresif setiap saat hingga sang novelis memiliki keinginan untuk menyelamatkan seseorang yang berarti untuknya.


Novel Bertema Slice of Life

Sampul putih pada novel ini memberi gambaran akan sesuatu yang tidak perlu dikhawatirkan. Membuatku menganggap bahwa novel ini pasti menyimpan sesuatu yang seru dan menegangkan. Benar sih, aku tidak salah sepenuhnya. Sebab, sesuatu yang seru memang ada, terutama saat banyak orang berusaha menyembunyikan seseorang dari kejaran Polisi Kenangan. Bahkan, ketegangan itu juga menyeruak saat mereka harus berupaya menjaga rahasia agar tidak muncul ke permukaan.

Sekilas, novel ini mengingatkanku pada novel Orwell berjudul 1984, keberadaan Polisi Pikiran dan slogan Big Brother is watching you. Benar-benar membuatku seperti merasakan vibes Orwell di sini. Cara kerja Polisi Kenangan yang juga bahkan bisa mengetahui mana saja mereka yang masih bisa menyimpan kenangan. Hingga dimana mereka bersembunyi pun cukup membuatku mengakui kalau hal yang absurd seperti ini memang justru mendatangkan ketakutan dan kengerian yang janggal.

Perjalanan novelis muda, R dan pria tua yang - entah kenapa tidak banyak yang memiliki nama dalam cerita ini - sangat menegangkan dimulai dari awal ketika R harus disembunyikan. Di sinilah bisa dirasakan perbedaan mereka yang masih menyimpan kenangan dengan mereka yang tak lagi memiliki apapun dalam ingatan mereka. 

Perubahan yang cukup cepat membuat banyak kehilangan terjadi. Tapi, tidak memengaruhi R yang bersembunyi di ruangan sempit di rumah Novelis Muda. Setelah kehilangan yang terjadi lebih cepat, juga datangnya musim dingin yang cukup panjang membuat semua warga mengalami kekhawatiran akan keberlangsungan hidup mereka.

Oh tenang saja, kehidupan Polisi Kenangan masih tetap aman dan berjaya. Hanya warga saja yang mendadak kekurangan makanan. Mereka bahkan membeli daging busuk dan sayuran layu demi mengisi perut. Musim dingin panjang yang meresahkan ini diperparah dengan adanya gempa bumi dan tsunami.

Semua hancur dan luluh lantak. Sayangnya, tidak memusnahkan Polisi Kenangan. Mereka tetap berkeliaran dan memeriksa banyak hal meski Tsunami baru saja memorak-porandakan semua yang tersisa. Ketiga tokoh utama dalam cerita ini masih hidup namun setelah itu barulah ada banyak hal terjadi.

review novel

Kehilangan Anggota Badan dan Musim Dingin Berkepanjangan

Kalau diikuti dan dicerna kembali, semua penduduk di pulau itu menyadari bahwa kehilangan akan terus terjadi. Bahkan, ketika kaki kiri mereka hilang, semua orang tetap baik-baik saja meski sempat merasakan kekosongan sesaat. 

Bayangkan, jika bagian tubuhmu yang selalu menopang tubuh dan membantu untuk berjalan tiba-tiba hilang. Hanya saja, Polisi Kenangan tidak mungkin memusnahkan setiap kaki kiri semua warga dengan menggergajinya. Tapi, dengan patuhnya warga mulai beradaptasi dengan kehilangan tersebut. Yang kemudian diikuti kehilangan tangan kanan.

Baiklah, di bagian ini aku melihatnya bukan hanya karena ‘perintah kehilangan’ saja. Tapi, pengaruh dari musim dingin dan kelaparan ini yang membuat semua orang mengalami radang sendi pada anggota tubuh mereka. Namun, secara massive dan serentak di bagian tubuh yang sama. Dan mengalami pembusukan hingga hipotermia.

Hal ini aku gali kembali sesaat ketika cerita akan segera berakhir. Dimana novelis muda sempat melihat secercah cahaya matahari saat tingkap diangkat. Ini seperti membuat dua pemikiran dalam diriku. Gejala hipotermia akibat musim dingin panjang yang membuat banyak orang sakit dan mengalami kelumpuhan. Hingga trauma kehilangan yang justru membuat semua orang merasakan kekosongan, hampa dan depresi hingga mereka tak berniat lagi untuk hidup dan mengalami kehilangan tersebut secara perlahan hingga satu per satu kenangan itu memudar. Dan mereka mati secara diam-diam dalam kesendirian.

Seperti yang kukatakan di awal kalau aku tidak menyangka, novel ini membawa perasaan yang kurang menyenangkan. Walaupun, kehilangan ini membawa kesedihan pada sebagian orang. Tapi, merupakan awal yang baru bagi orang yang lain. Seperti yang terjadi dalam kehidupan, ada yang datang dan ada yang pergi. Semua memiliki babak baru setiap harinya. Setidaknya, saat tingkap di angkat inilah yang menjadi secercah harapan bahwa novel ini tidak sebegitu hampanya. Masih ada semangat untuk memulai sesuatu yang baru.


Informasi Kartu Tanda Buku

Judul : The Memory Police

Penulis : Yoko Ogawa

Tebal : 292 hal

Bahasa : Indonesia - Terjemahan

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

ISBN : 9786020639055


Keseluruhan Cerita

Sebenarnya, pada bagian belakang buku sudah dituliskan pesan berbunyi “Kisah yang indah dan sulit dilupakan tentang kekuatan kenangan dan trauma akibat kehilangan.” Memandakan bahwa novel ini bukan sekadar novel misteri maupun thriller yang akan mengungkap siapa dalang di balik ini semua. 

Novel ini benar-benar memuat tentang kenangan dan traumanya. Namun, memang dijalin dengan kisah yang ada manisnya, ada pedihnya, ada menegangkannya dan ada teka-tekinya. 

Overall, novel karya penulis Jepang memang selalu membawa perasaan aneh dan kekosongan yang khas seperti novel Rahasia Hati maupun Thousand Cranes hingga Beauty and Sadness. 

Bagi teman-teman yang senang membaca novel deep, a little bit dark juga bergenre slice of life. Novel ini jangan sampai dilewatkan, ya. 

Bersyukur waktu festival Semesta Buku kemarin aku bisa dapat dengan harga yang sangat murah. 20rb saja. Jadi, bagi yang ingin mendapatkan novel ini dengan harga super murah, bisa menunggu pameran buku di lain kesempatan.

Postingan Terkait