Review Novel Motherhood Minato Kanae

novel penerbit haru

BOOK REVIEW

Novel Iyamisu Sub-genre Fiksi Misteri

Sejenak saat membaca novel ini, aku terhenti pada pertanyaan “Sifat Keibuan Itu Apa?”. Novel ini konon sudah diangkat ke sebuah film dengan judul yang sama. Dan sepertinya alur secara garis besar yang juga sama dengan novel ini.

Tapi, aku tetap belum tertarik untuk menonton versi filmnya. Sebab, novel ini bukan novel yang bisa dibaca sembarangan.

Warning : suicide, death, traumatic, childbirth, Grief dan cheating.

Baiklah, novel ini tidak begitu rumit tapi cukup berbobot dengan permainan sudut pandang antara Ibu, Anak dan 'Sudut Pandang Ketiga' yang semuanya sama-sama PEREMPUAN.


Baca Review Polisi Kenangan

Kartu Tanda Buku

  • Judul : Motherhood
  • Penulis : Minato Kanae
  • Tebal : 346
  • Bahasa : Indonesia - Terjemahan
  • Diterbitkan oleh Penerbit Haru
  • ISBN : 9786235467122

Kisah Dalam Novel Motherhood


review novel

Diawali dengan peristiwa yang bisa membuat mata terbelalak. Berita tentang seorang siswi SMA yang ditemukan terjatuh dari lantai empat tempat tinggalnya. Dirawat di Rumah Sakit dan beritanya menjadi perbincangan dimana-mana.

Kemudian, seorang Ibu, diminta oleh Romo untuk menuliskan sesuatu. Alasan dia mencintai putrinya. Dan ternyata, jurnal yang diberikan oleh seseorang yang dipanggil Romo ini, berisi kisah yang cukup panjang.

Kisah seorang anak yang senantiasa mengejar kepuasan sang Ibu. Ia adalah anak perempuan yang berusaha membuat Ibunya senang. Kesenangan dan kebahagiaannya adalah saat sang Ibu merasakan hal tersebut.

Anak perempuan ini pada akhirnya menikah dan menjalani kehidupan rumah tangga yang demikian problematik. Hubungan dengan keluarga dari lelaki, tidak begitu mulus. Sementara itu, ia banyak menghabiskan waktunya pulang pergi dari rumahnya bersama sang suami ke rumah Ibunya.

Tibalah saat ia mengandung dan melahirkan anak perempuan. Anak yang ingin dia didik sempurna seperti ia yang selalu ingin menjadi sesuai seperti yang diharapkan ibunya.

Putri sang anak perempuan ini tumbuh menjadi seperti yang diharapkannya. Sikapnya sangat dewasa dan banyak menyenangkan orang di sekitarnya. Sementara tujuan sang putri hanya satu mendengar Ibunya puas padanya.

Kehidupan ketiganya tampak sempurna terjalin dalam ikatan keluarga. Namun, sesuatu terjadi dan menghancurkan pertahanan sang anak perempuan saat Ibunya meninggal dunia. Hingga kemudian disusul dengan tragedi yang menimpa sang putri. Hingga ia dirawat di rumah sakit.

Kisah Kehidupan Keluarga Yang Kompleks

Novel ini dikisahkan melalui tiga sudut pandang yang dikemas di dalam bab terpisah. Jurnal sang Ibu yang menggunakan sudut pandang Ibu dari gadis yang ditemukan terkapar dan diduga hendak bunuh diri. Kenangan Sang Putri, yang mengambil sudut pandang dari si gadis SMU. Dan bab Tentang Sifat Keibuan, sudut pandang seorang perempuan yang sejak awal menganggap bahwa kasus gadis SMU yang jatuh dari lantai empat tersebut merupakan salah dari sang Ibu.

Kompleksitas dari kehidupan keluarga ini aku coba rangkumkan untuk pertimbangan pembaca.

1. Kebahagiaan Ibu

Sosok anak yang mengejar kebahagiaan Ibunya di atas kebahagiaannya, bahkan tidak mengenal kata bahagia yang seutuhnya. Setiap perilaku, keputusan dan tujuan hidupnya diniatkan untuk membuat Ibunya senang dan bahagia. Ia tak tahu apa arti kebahagiaan bagi dirinya sendiri.

Dibuktikan dari perkataan sang Ibu pada putrinya dikala sang putri mengabarkan ia tengah mengandung, ibunya berkata "Oma pasti akan senang."

2. Hubungan Ibu dan Anak Di Generasi Kedua

Meskipun saat masih kecil sang putri selalu bersikap sesuai dengan keinginannya. Beranjak remaja, ia justru tampak berbeda. Terlebih saat mereka harus tinggal di rumah bersama Nenek mereka.

Di sinilah sang putri sering menyaksikan beratnya kehidupan sang Ibu. Namun, sejak kematian Oma, Ibunya berubah seperti berisi kehampaan. Hingga keduanya jarang bisa berkomunikasi dengan baik.

Perbincangan juga tak pernah dilakukan seperti Sang Ibu dengan Oma saat dulu kala. Sang Ibu dengan putrinya bahkan bingung harus bersikap bagaimana, hingga sang Putri merasakan juga kehampaan karena merasa kurang perhatian dan kurang bisa memenuhi kebahagiaan Ibunya.

Pada Jurnal Sang Ibu, ketika ia menyeritakan saat anaknya pulang telat. Dalam keadaan menangis. Ia sendiri terkejut karena tidak mampu memeluk sang anak yang tampak sangat bersedih. Bahkan, ia sempat tersadar dengan nama anaknya, Sayaka, saat ia meneriakkan nama anaknya yang koma. Di sini bukti kurang mampunya sang Ibu untuk bisa mencurahkan kasih sayangnya dalam bentuk sentuhan seperti yang dulu dilakukan oleh Oma.

Fakta bahwa terkadang seorang Ibu tidak bisa mencontoh gaya pengasuhan orangtuanya untuk sang anak.

3. Hubungan Menantu dan Mertua

Hubungan ini bisa dikatakan sangat relate dengan kehidupan di sekitarku. Baik itu kisah saudara, kisah tetangga, teman sampai kisah-kisah drama dari Asia.

Kebanyakan memiliki pengalaman yang sama jika berkaitan dengan hubungan Menantu dan Mertua ini. Mulai dari mertua yang kurang puas dengan kondisi menantu. Entah itu karena belum memiliki keturunan, belum memberikan keturunan lelaki, kurang tinggi pendidikannya, tidak kaya, tidak cantik dan bukan dari keturunan bangsawan. Kondisi ini banyak diangkat di beberapa novel maupun drama hingga cerita sekitarku.

Begitu juga dengan menantu yang benci dengan mertuanya karena kurang kaya, suka meminta uang, suka membanggakan anak lelakinya, memasak makanan yang membuat anak lelakinya membandingkan masakannya dengan sang ibu mertua, hingga kemiskinan mertua yang membuat sang menantu malu.

Tapi, di sini, hubungan sang Ibu dengan Ibu mertuanya yang kurang harmonis disaksikan langsung oleh Sayaka, putri dari sang Ibu dan cucu dari sang Nenek.

Ibunya yang harus mengurus rumah, sawah hingga pengelolaan rumah tangga. Sementara sang Ayah, anaknya Nenek, justru sering lembur tapi tidak dibayar. Sayaka sering meradang ketika melihat ketidak-adilan yang dialami oleh sang Ibu. Namun, Ibunya hanya berkata, “biarkan saja”.

Kehidupan mereka selama tinggal bersama sang nenek inilah yang membuat Sayaka semakin menginginkan Ibunya untuk membebaskan diri dari belenggu sang Nenek. Dan menginginkan Ibunya bahagia agar dia bisa merasakan juga kebahagiaan sejati.

Dari kompleksnya kisah keluarga dalam novel ini. Ada beberapa hal yang membuatku betah membacanya dan menyetujui beberapa hal.

Alasan Kuat Mengapa Novel Ini Layak Dibaca Walaupun Satu Kali Seumur Hidup

Novel ini bisa dikatakan happy ending menurutku pribadi. Sebab, ada penyelesaian yang cukup bijak terkait konflik yang dihadirkan.

Selain penyelesaiannya, ada plot twist menarik yang membuatku sampai membelalak. Sebab, ada beberapa hal yang tidak sampai kutebak tapi ternyata oh ternyata. Silakan dibaca saja sendiri ya kalau penasaran.

Ada plot twist ada juga beberapa pemikiran yang disajikan melalui tokohnya yang membuatku menyetujui mengenai ‘MENJADI IBU’. Aku sampaikan dalam bentuk kutipannya, ya.

Mungkin, sifat keibuan bukanlah sifat yang sudah disediakan bagi manusia sejak ia lahir, melainkan sifat yang terbentuk karena dipelajari.” - hal 67

Aku menyutujui kalimat di atas sebab memang demikianlah menjadi seorang Ibu bukan berarti bisa seketika dewasa, bijak dan tahan amarah. Tidak!

Banyak hal yang harus dipelajari oleh seorang Ibu, baik itu mengelola keuangan, mengelola emosi, belajar memahami anak, belajar cara mengajarkan anak tentang sikap dan kehidupan, belajar untuk membagi waktu dan masih banyak pelajaran lainnya.

Dan pelajaran yang didapat oleh seorang Ibu bukan dari Institusi ataupun universitas. Tapi, dari pengalaman pembelajaran bersama.

Karena itulah, kutipan berikutnya ini juga sangat menguatkan tentang argumentasi pikiran dalam novel pada peran Ibu dan Sifat Keibuan ini.

Tidak semua perempuan yang melahirkan anak bisa menjadi seorang Ibu.” - Hal 282

Relate tidak dengan beberapa berita tentang Ibu yang membuang bayi, video seorang Ibu meninggalkan dua anaknya di gang sepi, atau berita Ibu membunuh anaknya sendiri?

Jadi, pernyataan tersebut sangat relate dengan kondisi dimana sifat keibuan itu sebenarnya tumbuh karena dipelajari. Tidak bisa datang sendiri. Ada proses penerimaan, validasi hingga proses pembelajaran untuk memberikan cinta dan perhatian pada sosok bernama anak.

Dan hal inilah yang membuatku merekomendasikan buku ini bagi siapa saja untuk dibaca walaupun sekali seumur hidup. Cerita dalam novel ini memang mengandung misteri yang mampu mengundang rasa penasaran. Ditambah, blurb di balik bukunya hanya berisi “Seorang putri akan selalu mendambakan kasih Ibunya.”

Tentunya akan semakin penasaran dibuatnya. Dan lagi, memang benar pernyataan tersebut. Tidak salah. Sebab, sebagai anak perempuan, aku juga mendambakan kasih Ibuku.

Overall, aku sendiri bahkan berpendapat kalau antara Ibu dan Anak ini tidak ada yang bisa disalahkan. Sebab, membangun komunikasi dan kedekatan juga bukan hal yang mudah. Butuh ilmu dan tentunya praktek.

Tapi, sebelum itu, berdasarkan beberapa buku yang aku baca seperti Book You Wish Your Parents Had Read sebelum memberikan cinta, orangtua juga harus belajar untuk menerima dirinya sendiri terlebih dahulu.

Menambah wawasan juga, seperti nasihat dari ustaz Syafiq Riza Basalamah dalam ceramahnya berjudul Persiapan Hari Tua. Beliau mengatakan, “Anak mungkin bisa salah dengar tapi anak tidak mungkin salah melihat.

Dalam hal ini, Sayaka sudah meniru perilaku Ibunya saat berkomunikasi dengan Omanya. Ia belajar mulai dari ekspresi, tingkah laku hingga kemudian pola pikir.

Inilah dalam buku Anak Bukan Kertas Kosong disebutkan pola pengasuhan itu seperti lingkaran setan. Yang harus dengan sadar diputus mata rantainya dengan membetulkan pola pikir si pemutus mata rantai. Agar apa? Agar tidak meneruskan pengasuhan yang buruk, sama seperti sosok perempuan yang mengandung pada cerita yang akan diungkap di bab menjelang penghujung kisah.

Gimana? Penasaran? Bisa cek akun IG @penerbitharu biar makin bulat tekad untuk membelinya.

keyword

Postingan Terkait