Ulasan Dongeng Misterius Dari Lima Benua
Setelah menyelesaikan buku Dongeng Misterius Dari Lima Benua, sampai membaca bagian tentang penulisnya. Aku menyetujui kalau imajinasi kak Widya Ross ini unik dan mungkin dianggap aneh. Bahkan, aku sendiri enggak bisa merekomendasikan kalau ini bacaan untuk semua anak-anak.
Kenapa? Soalnya, buku ini terdiri dari 100-an halaman. Jelas enggak akan cocok buat anak-anak yang masih terbiasa baca buku 3 halaman. Juga enggak cocok buat anak-anak yang belum terbiasa membaca buku dari beragam genre. Soalnya, bisa jadi ada orangtua yang strict banget sampai anaknya hanya membaca buku tertentu aja. Karena itu, kalau buku ini dibaca, kemungkinan tidak akan sampai beberapa ‘dark jokes’ yang dikelakarkan dalam buku ini.
Tapi, jujur sih, ini kalau dalam bentuk fisik pasti lebih bagus. Tinggal cari di toko buku online. Soalnya, ilustrasinya benar-benar full banget. Bikin reading process jadi lebih menyenangkan. Dan satu lagi, kak Widya enggak sekadar menyeritakan ulang seperti dongeng pada umumnya. Tapi, beliau justru memodifikasi ceritanya sehingga tampak berbeda.
Berisi 25 cerita dongeng yang tersusun berdasarkan lima benua. Yaitu benua Amerika, Eropa, Asia, Australia dan Afrika. Dari deretan cerita, porsi kisah dari benua Eropa ini memiliki 9 cerita. Ada kisah legendaris yang memang sering kita tahu seperti Frankenstein sampai kisah Goblin. Eits, Goblin yang di sini bukan mamang Gong Yoo, ya. Jadi, tolong jangan berekspektasi terlalu tinggi.
Oiya kalau mau tau penggambaran Goblin yang detil dan bener-bener nakutin. Bisa nonton film Hobbit sama Lord of the Ring. Soalnya, di sini para goblin bikin degdegan keberadaannya. Sukses deh buat mang Goblin.
Kartu Tanda Buku
Judul : Dongeng Misterius Dari Lima Benua
Penulis : Widya Ross
Illustrator & Layout : Amna Oriana & Mira Widhayati
Halaman : 102
Bahasa : Indonesia
Format : Ebook Gramedia Digital
Diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama
ISBN : 9786024817398
Sampul Buku Dongeng Misterius Dari Lima Benua
Tampak dari jauh, tulisan ‘Dari’ ini emang enggak keliatan, ya. Bisa dibilang seperti pelengkap aja. Namun, tetap, walaupun pelengkap tapi keberadaannya tetap bisa jadi penegasan. Kalaupun enggak terbaca, judulnya masih bisa mewakili maksudnya. Jadi enggak mengubah esensi dari judul.
Dengan sampul dominan warna hitam yang memang sering menjadi warna khusus sesuatu yang misteri atau misterius. Buku ini jadi mudah menonjolkan warna-warna karakter yang muncul di sisi sampingnya. Total sih aku menghitungnya ada 9 karakter yang muncul.
Desain secara menyeluruhnya menggambarkan suasana hutan melalui ranting-ranting pohon yang digambarkan lebih banyak. Soalnya, pada masa itu kan tempat paling gelap itu hutan. Dan sering dijadiin tempat yang menyeramkan sampai lokasi pertempuran. Kalau masa kini, jelas bingung mau jadiin lokasinya dimana, paling di gedung-gedung terbengkalai kali ya.
Selain ilustrasi ranting pohon yang mewakili kisah-kisah horor (karena sering adanya di hutan atau rumah di tengah hutan atau kampung di dekat hutan), bentuk tulisan di judulnya juga buatku menyerupai ranting pohon. Cocok kalau untuk buku horor, kalau darah biasanya itu novel berisi genre thriller.
Mari kita lanjut cerita beberapa dongeng di dalamnya. Eits, tapi tunggu dulu, mau kasih tau kalau di halaman daftar pustakanya justru lebih cute lagi ilustrasinya. Bikin gregetan.
Benua Amerika
Terdapat 5 dongeng yang pasti sering kita dengar. Juga sering diangkat ke layar lebar. Bahkan, diubah jalan ceritanya walaupun tetap karakternya seperti yang pada umumnya orang tau. Ada kisah Boogeyman, Pesta Halloween, Anjing Monster, Mothman, dan Gigi Hiu.
Dibuka dengan cerita Pesta Halloween yang membuat aku teringat pada film Pennsylvania. Saat para hantu yang berusaha mengejar cowok berambut orange, yang nantinya jadi menantunya Mr. Drake, terus masuk ke kota dan disangka lagi perayaan Halloween.
Untuk hantu lainnya, tentu udah banyak film yang angkat kisahnya, ya. Sampai Anjing Monster juga jadi karakter utama novelnya Stephen King. Tentunya jadi lebih mengerikan.
Benua Eropa
Seperti yang tadi sudah aku sebutkan, dongeng dari benua Eropa ini memiliki kuantitas yang lebih banyak. Terdapat 9 dongeng yang beberapa di antaranya merupakan karakter dari novel klasik. Sebut saja seperti Frankenstein, makhluk rekayasa dokter Victor di novelnya nenek Marry. Atau Vampir yang juga kita tahu dari novelnya Bram Stoker berjudul Dracula.
Kisah lainnya ada cerita Selena si rambut Medusa, penyihir, Anjing serigala, Goblin, Rogdul, Troll dan Harpi. Semuanya disajikan dengan cerita yang sudah dimodifikasi. Seperti salah satu kalimat yang cukup mengena ‘jokesnya’, yaitu ketika penata rambut pingsan ketika Selena memintanya menata rambut ularnya. Apa yang dikatakan Selena?
“Tolong ditunda dulu pingsannya.”
Benua Asia
Sayangnya dongeng di benua ini cuma 4. Terdiri dari tokoh mistis korea, kepulauan Seram Maluku, Filipina dan Persia. Sempat kepikiran kenapa dongeng misteriusnya cuma sedikit, padahal di Indonesia kan banyak banget ya makhluk misteriusnya. Tapi, terus saya berpikir ulang, sepertinya sulit ya menggambarkan Kolong Wewe yang suka menculik anak saat maghrib.
Atau menggambar Mak Lampir, karena dia ditugaskan menunggu gunung merapi aja. Sementara gunung krakatau enggak dijagain sama si Mak Lampir. Pasti susah juga bikin cerita anak yang diculik sama Genderuwo, astaga mikirin gimana anak-anak bisa nikmatin kisah makhluk seseram mereka aja aku udah pusing duluan. Jadi, buatku, memang ini yang sudah maksimal dari kak Widya. Penasaran jadinya sama jilid kedua.
Benua Afrika
Sama seperti kisah dari benua Asia. Di Afrika sendiri menyumbang 4 dongeng. Ada kisah zombie, Mumi, Mokele Mbembe dan Werehyena. Untuk tokoh Werehyena ini mengingatkanku pada hewan hyena. Sepertinya dongeng ini dibuat agar anak-anak waspada sama hyena yang memang sama ganasnya seperti harimau dan singa.
Penutup
Buatku pribadi, dongeng itu terkadang dibuat untuk membuat banyak orang ketakutan. Biar apa? Biar waspada tentunya. Seperti kenapa banyak kisah misterius terjadi di dalam hutan. Itu tentunya untuk menjaga keberlangsungan hidup hutan dan juga hewan yang ada di dalamnya. Kalau enggak ada dongeng, mungkin hutan-hutan ini sudah punah sejak jutaan tahun lalu.
Selain itu, sama seperti tokoh yang suka menculik anak-anak. Ini bisa jadi sebagai kisah agar anak-anak sudah sampai di rumah sebelum senja. Soalnya, pada masa lalu belum ada handhpne dan kondisi situasinya belum seramai sekarang. Coba deh, seperti padatnya kota Bekasi dan Jakarta. Justru semakin malam, manusianya semakin banyak memenuhi coffee shop buat meredakan penat. Kalau jaman dulu, mana ada yang berani?
Membaca dongeng modifikasi dari kak Widya cukup menghibur buatku. Apalagi karena memang gaya berceritanya ini unik, jadi enggak terasa kalau sedang membaca buku untuk anak remaja. Aku katakan demikian soalnya, kalau dibaca anak yang masih belum terbiasa membaca buku, sepertinya akan menemukan kesulitan menikmati buku ini.
Overall, aku suka banget dan pengen baca jilid kedua jadinya.