Buku Horor Lewat Tengah Malam Ganjil

Resensi buku horor

Buku tema horor yang parah banget sampe bikin takut, ada enggak? Aku ada nih, parah soalnya emang detil banget nyeritainnya. Meskipun enggak sampai takut banget. Tapi, bikin ngilu, sedih dan campur aduk deh.

Karya bang Sweta Kartika yang ini termasuk stand alone. Beda dengan Journal of Terror buku satu dan dua sebelumnya. Buku yang berjudul Lewat Tengah Malam Ganjil ini membahas praktik ilmu hitam di Indonesia. Buat yang mungkin pernah dengar atau pernah mengalami sendiri pasti bisa langsung nyambung.

Tapi, sebelum baca novel ini sebaiknya aku kasih tau dulu ya. Kalau cerita di dalamnya ada unsur kekerasan seksual, penyimpangan seksual. Trigger warning banget pokoknya ya buat calon pembaca. Jangan dipaksakan untuk baca ini kalau dirasa unsur tersebut mengganggu atau justru dirasa bisa memicu trauma.

Nama Sweta Kartika sebenarnya bukan nama baru jika sering mengikuti karya-karyanya di webtoon atau dalam bentuk novel. Ada juga yang diterbitkan dalam bentuk cerita bergambar di websitenya. Seperti ceritanya Kemala. Gambar hasil karyanya tuh mengingatkanku pada karya Junji Ito. Tapi ini versi yang Indonesia banget. Soalnya, banyak menyimpan hal aneh nan ganjil seperti novel yang akan aku tulis ini ulasannya.

Kartu Tanda Buku

Judul : Lewat Tengah Malam Ganjil

Penulis : Sweta Kartika

Halaman : 228

Bahasa : Indonesia

Format : Ebook Gramedia Digital

Diterbitkan oleh Penerbit Clover

ISBN : 9786230304668

Kumpulan Cerpen Kisah Misteri

Berisi lima cerita pendek yang secara keseluruhan mengisahkan hal-hal mistis dan penuh ritual ganjil. Semua kisahnya Indonesia banget. Didominasi dengan cerita pesugihan.

Cerita pertama dibuka dengan kisah horor yang sebenarnya sering dialami banyak orang setiap mereka berada di rumah sakit. Entah itu jadi pasien, nakes atau yang menunggu pasien. Pasti ada aja pengalaman diganggu oleh penampakan berbentuk anak-anak. Tapi, cukup mengejutkan juga karena kisah di balik kejadian di rumah sakit yang dikisahkan ini, ada tragedi pilu yang menyertai.

Di cerita Bukit Pemakan Jiwa ini juga cukup sering diceritakan dengan narasi berbeda. Baik itu lokasi sampai pengalamannya beda tapi kalau pas dibaca seolah kita pernah mendengar kejadian yang hampir mirip dengan yang dialami si tokoh dalam cerita. 

Yang namanya tempat keramat memang enggak boleh dianggap remeh. Entah itu keramat karena memang kontur permukaan wilayah tersebut yang berbahaya. Sehingga diciptakan sebuah kepercayaan yang membuat masyarakat sekitar enggan mendekat. Atau memang tempat tersebut memang dianggap sebagai tempat 'khusus' demi melindungi sesuatu. Sehingga banyak kejadian aneh yang mengenai orang-orang yang tidak percaya akan hal mistis.

Cerita ketiga dan kelima ini memiliki porsi yang cukup banyak. Jadi, saya bahas sedikit cerita yang keempat. Tentang sosok anak kecil yang membuat seseorang mau membunuh demi kesejahteraan keluarganya.

Di kisah keempat ini sebenarnya banyak terjadi sih. Bagaimana seseorang terkadang memiliki kondisi yang serba kekurangan. Sampai usaha dan kerja kerasnya pun enggak mencukupi seperti apa yang dikehendakinya. Hingga terpiculah keinginan untuk main bersama makhluk mistis demi kelancaran usahanya. Bisa dibilang kisah ini cukup miris dan pilu saat mengetahui kondisi akhir keluarga si tokohnya.

Banjir Darah Di Singgasana Lurah

Nah, trigger warning-nya ada di kisah ini, ya. Jadi, porsi cerita tentang perebutan kekuasaan posisi lurah ini terbilang cukup banyak. Soalnya, ceritanya memang panjang dan detil banget. Apalagi kisah mistisnya yang berkaitan dengan santet saat kampanye tuh seperti hal yang enggak aneh. Masih sering dilakukan praktek ilmu hitam yang satu ini.

Bermula dari tokoh utama dan keluarganya yang tak setuju kalau bapaknya ikut mencalonkan diri jadi pengganti lurah di kampung tersebut. Semua ketidaksetujuan itu kemudian membuka tabir demi tabir yang justru hanya diketahui oleh si tokoh utama. Sayangnya, justru pernyataan si anak ini enggak banyak digubris.

Bersyukur banget, meski di keluarganya enggak ada yang mau memercayai si tokoh utamanya. Remaja lelaki ini beruntung karena guru ngajinya di surau, memercayai dia. Bahkan, memberikan beberapa doa yang mungkin bisa membantu untuk melindungi si Bayu dan keluarganya. Setiap hari, Bayu mendawamkan doa tersebut. Sambil terus merasa khawatir karena keganjilan demi keganjilan sering didapatinya.

Menjelang perayaan pemilihan ketua lurah yang baru. Semakin santer saja santet yang diterima oleh keluarga Bayu. Mulai dari perubahan tiba-tiba yang menyakiti satu persatu anggota keluarga Bayu. Hingga banyak warga pendukung yang memutuskan untuk menjaga rumah Bayu agar bisa ditolong sesegera mungkin ketika santetnya dikirimkan kembali. 

Tapi, yang paling mengerikan justru ketika perhelatan pemilihan lurah di alun-alun. Pertikaian terjadi tanpa bisa diredam. Membuat Bayu ketakutan bukan main. Dari kejadian inilah akhirnya Bayu pun mendengar secara langsung, pesugihan yang cukup menjijikan dilakukan oleh seorang ayah hingga demikian teganya mengorbankan anaknya.

Ini bagian yang cukup pilu dari sekian banyaknya kepiluan yang dihadirkan di kisah ini. Membuatku menarik ingatan kembali, karena seperti pernah membaca tentang pesugihan ini. Dan ternyata, ada berita yang isinya hampir sama dengan cerita fiksi si Bayu. Terjadi di kota Siantar dan beritanya dimuat media online pada tahun 2015. Bahkan, pesugihan jenis ini juga banyak dilakukan dengan tujuan bisa mendatangkan rejeki.

Meskipun cerita karya bang Sweta merupakan kisah fiksi. Tapi, karena kisah yang diangkat banyak terjadi di masyarakat kita. Saat membacanya pun terasa related sekali. Sebab ada beberapa kisah yang pernah aku alami. Seperti melihat sendiri saat seseorang dikenai santet. Rasanya memang mencekam, hingga ketika membaca cerita ini pun aku masih bisa merasakan ketegangan yang juga pernah aku lihat sendiri.

Kebacut

Di cerita Kebacut, topik pesugihan juga menjadi daya tariknya. Tapi, cerita ini membuat aku justru teringat dengan film Insidious. Kalau membaca sendiri pasti agak sedikit related dengan bagian yang ada di film tersebut. Maklum, kalau mengenai hal mistis sebenarnya di seluruh dunia pasti punya persamaan yang sering bertentangan dengan logika tapi bisa saja terjadi.

Berawal dari kenekatan tiga orang lelaki karena terdesak hutang. Serta emosi yang demikian membuncah disebabkan hilangnya harta mereka karena ditipu. Membuat mereka berangkat menuju desa yang jauh masuk ke hutan. 

Selama perjalanan menuju desa tersebut, kilas balik cerita awal mula mereka mengadakan bisnis bersama kemudian berseliweran. Mulai dari pertemuan tokoh utama dengan sahabatnya yang telah sukses. Sampai mengenalkan ke sosok lelaki yang sudah dulu sukses dengan bisnisnya. Hingga ketiganya pun menjalin usaha bersama dan bertemu dengan seorang lelaki yang menjanjikan keuntungan besar namun pada akhirnya justru membawa kabur uang mereka.

Sayangnya, selama proses kerjasama tersebut, mereka tak menyangka kalau banyak sekali orang yang dijanjikan hal yang sama. Kemudian, menjadikan ketiganya sebagai tumbal yang akhirnya ditagih oleh banyak orang. Karena takut dan tak kuat menanggung malu. Mereka memutuskan untuk melakukan pesugihan demi mengembalikan uang kepada orang-orang yang juga ditipu seperti mereka.

Jika di cerita sebelumnya pesugihan tersebut dilakukan dengan tindakan yang bikin ngilu. Sementara di pesugihan ini, hampir sama, namun berbeda karena adanya tindak kecurangan diakibatkan rasa sakit hati. Kecurangan ini bahkan mempertaruhkan nyawa. Bikin ngeri karena ketiganya tak segan-segan ikut mengorbankan nyawa anak mereka.

Dari sini sampai geleng-geleng kepala, karena tokoh yang mengadakan perjanjian ini adalah sosok lelaki, sosok seorang ayah. Yang dengan teganya menjadikan anak mereka sebagai tumbal. Huhuhu, sepanjang membaca kisah Kebacut ini, sampai kesal sekaligus sedih soalnya tampak jelas banget sisi manusia yang kadang bisa sadis banget.

Pendapatku Tentang Kisah Lewat Tengah Malam Ganjil

Walaupun berbentuk cerita pendek. Tapi, cerita yang tersusun di dalam novel ini punya relasi yang kuat. Berbeda dengan Journal of Terror 1 yang mengisahkan tentang hantu dan kehidupan sebelum ia pergi. Terus, di Journal of Terror 2 yang seolah sebagai benang merah karena berkaitan juga dengan pesugihan demi mengayakan diri sendiri. Kemudian kumcer ini, yang justru banyak mengisahkan sisi manusia dimana terkadang lebih buruk dari jin atau iblis itu sendiri.

Ibaratnya jin kesurupan manusia, yang menggambarkan kalau sifat jin yang buruk justru bisa kalah akibat dominasi keburukan manusia itu sendiri. Keserakahan sampai keinginan yang tak kunjung usai untuk menaklukkan ini dan itu dalam hidup. Bisa membuat mereka lebih tega dan lebih biadab.

Kemampuan bang Sweta menyajikan cerita dalam bentuk ilustrasi atau komik. Membuat karya fiksinya ini bisa ikut terasa detilnya. Sehingga saat membacanya, muncul seketika ilustrasi berbentuk dua dimensi yang berseliweran di kepalaku selama mengikuti jalan cerita. Bahkan, saking serunya, momen ketika pertikaian antar warga pada saat perhelatan pemilihan lurah pun berlangsung sengit dalam gambaran di kepalaku. 

Jujur, karya bang Sweta termasuk yang akan aku langsung baca. Sangat menantikan kelanjutan kisah di Journal of Terror 2, soalnya masih penasaran dengan kisah Sukma yang bertemu dengan sepupunya melalui pintu portal. Apakah ada kaitannya juga dengan kisah Kemala? Aku masih belum mengikuti cerita Kemala soalnya. Jadi, masih penasaran banget.


Buat kalian yang suka baca cerita horor, misteri dan sedikit bumbu thriller. Silakan cari aja di gramedia online. Mau baca yang berbentuk ebook? Bisa mampir di Gramedia digital. Kisah horornya selain indonesia banget juga menegangkan serta bikin berdebar. Beda pokoknya dari cerita horor yang awalnya beredar di forum atau kanal sosial lain. Yang setelah dibukukan justru hilang sisi mistis dan menegangkannya. Kalau di buku ini, full murni banget tegang maksimal.

Postingan Terkait