#BookReview Journal of Terror - Titisan Karya Sweta Kartika
Journal of Terror - Titisan adalah buku kedua dari universe - nya Journal of Terror karya Sweta Kartika. Buat yang suka cerita legendaris yang berkaitan sama dunia hitam. Yang berkaitan sama hantu, pesugihan sampai perdukunan. Baca buku ini asik, loh.
Dalam buku ini, kita tidak akan disuguhi cerita lanjutan dari Prana. Tapi, justru dari sepupunya Prana yang baru ditemuinya di bab terakhir buku Journal of Terror pertama yaitu Sukma. Nah, kisah Sukma ini juga sama serunya. Bikin degdegan dan sempat bikin wah juga sih.
Pasalnya, membahas tentang Palasik dan Kuyang. Yang notabennya waktu itu pernah ngehiets di twitter. Gara-gara ada warga Kalimantan yang berbagi video rekaman dari CCTV di rumahnya. Katanya, warga yang pada bolak-balik di depan rumahnya itu sedang mengincar kuyang.
Kuyangnya ini beberapa kali mengincar Ibu hamil yang memang letaknya di sebelah rumahnya. Warga di salah satu daerah di Kalimantan ini langsung berhamburan keluar usai mendengar teriakan dari seorang Ibu hamil di dekat rumah si pencerita.
Nah, tadinya sempat bingung, Kuyang itu bagaimana? Ternyata, Kuyang itu sejenis hantu yang bentuknya itu kepala tanpa tubuh. Namun, kepala ini masih menunjukkan organ-organ tubuh yang menjulur di bagian bawah kepalanya.
Kuyang sering mengincar Ibu hamil untuk mengambil janin di dalamnya. Juga mengincar bayi yang baru lahir. Dan Kuyang ini bukan seperti kuntilanak yang memang hantu dari sananya. Kuyang ini ternyata bentuk pesugihan seperti babi ngepet.
Kalau babi ngepet membutuhkan orang lain untuk menjaga lilinnya. Kuyang ini tidak membutuhkan orang lain. Cukup orang yang menjalani pesugihan ini yang menjalankannya sendiri.
Kartu Tanda Buku
Judul : Journal of Terror - Titisan
Penulis : Sweta Kartika
Halaman : 356
Format : Ebook Gramedia Digital
Bahasa : Indonesia
Cetakan pertama : 2020
Diterbitkan oleh Penerbit Clover
ISBN : 9786024809508
Journal of Terror Buku Kedua
Ipeh sebut aja langsung buku kedua gitu, ya. Soalnya, bab Titisan itu sendiri diceritainnya agak sedikit ke belakang. Nah, di bab Kuyang ini sedikit disinggung. Kita akan terus disajiin sama misteri yang bikin kepala mumet.
Spoiler Alert : Pas menjelang bagian akhir, saat Prana dan Sukma kembali bertemu. Ini situasinya mengingatkan Ipeh pada bagian saat Doctor Strange lagi diajarin sama Gurunya.
Baiklah lanjut ya, ini di bab awal kok. Tentang si Kuyang ini dan beberapa fakta menarik yang baru Ipeh pahami. Jadi, di Jawa Barat ada hantu namanya Palasik. Nah, Palasik ini sebenarnya enggak bisa berdiri sendiri. Butuh bantuan dari hantu bernama Kuyang.
Jadi, semacam orang pengen pesugihan babi ngepet, minjem setan biar bisa berubah jadi babi ngepet, gitu. Si Palasik ini enggak akan menjadi kuat dan bisa lancar pesugihannya, kalau enggak minjem kekuatan Kuyang.
Agak sedikit berbeda dengan cerita yang Ipeh dapat dari twitter yang Ipeh sajiin di awal tulisan ini. Di mana kejadian yang hiets di Twitter ini. Diceritainnya langsung si Kuyang, bukan sosok Palasik. Mungkin, memang asli si setan yang kehausan dan butuh minum darah. Jadi, bukan murni pesugihan.
Setan Kuyang yang haus darah ini, tentunya lebih suka sama darah janin atau darah bayi baru lahir. Karena itu, si Palasik ini akan mengincar darah buat pesugihan biar apa? Biar kaya lah. Mau biar apa lagi, ya kan?
Balik lagi ke buku JoT ini. Bab pembukanya menyajikan cerita yang pilu dan sedih. Tentang Sukma yang lagi nungguin Ibunya di rumah sakit. Sang Ibu yang tampak sudah jauh berbeda dari sosok yang pernah diingat Sukma. Tubuhnya kini sudah kurus akibat kanker yang dideritanya.
Sukma bercerita juga tentang malaikat pencabut nyawa. Ia bisa melihat mereka yang terkadang datang sebelum seseorang itu meninggal. Namun, justru aneh karena ketika Ibunya akan meninggal, ia tidak melihat kehadiran malaikat pencabut nyawa satu pun. Keanehan yang membuat Sukma sedikit mengendur kewaspadaannya.
Hingga ketika sang Ibu menutup matanya, ia mulai merasa kesepian. Karena, kehidupan dengan Papanya bukan jenis kehidupan yang menyenangkan. Papa dan Mamanya tak pernah tampak saling mencintai di mata Sukma. Sang Mamah bahkan tak pernah lagi seceria dan secantik seperti di foto kala masih muda.
Bagi Sukma, menikahi Papanya membuat Mamanya kehilangan semangat cinta dalam dirinya. Kehadiran Papanya pun tak pernah dirasakan olehnya. Papanya tidak pernah berada di rumah dalam waktu yang lama. Lebih sering bepergian dan tampak tak pernah ramah pada Mamanya.
Namun, yang bikin menyayat lagi, saat Mamanya bilang ke Sukma. Bahwa, keduanya saling mencintai. Dan hasil dari cinta itu adalah kehadiran Sukma. Duh, meleleh pas baca bagian ini. Karena, kita disajikan narasi dari sudut pandang Sukma, anak dari Papa dan Mamanya yang bagi Sukma tidak saling mencintai.
Review Journal of Terror Karya Sweta Kartika
Bang Sweta emang paling bener deh, bikin hati ini meleleh dan sedih. Meski ini buku berkisah tentang kejadian horor. Percayalah, narasinya asik dan bikin imajinasi kita melanglang buana. Penokohannya yang mendetil tapi enggak bikin bosan sedikit pun.
Misteri yang disajiin di setiap babnya, sering bikin bertanya-tanya. Dan bener-bener disimpan dengan baik tanpa ada unsur pemaksaan. Maksudnya, kan ada tuh ya buku yang ingin sok misterius, tapi ujung-ujungnya kita dipaksa digantungin.
Ini enggak, berbeda banget. Contoh seperti Sukma bisa melihat penampakan malaikat maut yang berdiri di depan rumahnya. Berbentuk kakek berjubah hitam, menunduk padanya. Ini kita dibuat penasaran, sama seperti si Sukma yang juga penasaran.
Tapi, kita disuruh nunggu dan bersabar sampai kemudian, sahabatnya yang bernama Damar juga menyeritakan hal serupa. Meski enggak ada penjabaran kenapa si kakek berjubah hitam itu tampak sopan padanya. Damar cuma ngasih tahu kalau ada sesuatu yang besar, berbahaya dan tidak beres terjadi di kampung mereka.
Sama kaya di bagian Sukma tersesat saat dikejar Palasik. Dia sampai tersesat di dalam hutan. Ini kita dibuat bimbang dan ikutan bingung kayak Sukma, apakah itu universe yang sama dengan kita atau justru dia dipermainkan ke dunia lain?
Cerita di dalam buku ini tuh ada beberapa. Kaya saat Sukma bertemu bang Salim. Kemudian, menyeritakan tentang perjalanan sang Mama yang pernah menjadi asisten penjahit di ruko. Kemudian, kisah awal mula Mamanya meminta Sukma menuliskan apa saja kejadian yang dialami olehnya di dalam buku jurnal.
Nah, kalau Ipeh berpikir, inilah buku jurnal yang kita baca. Yang ditulis sama Sukma setiap dia mengalami sesuatu yang menyangkut makhluk gaib.
Ada juga kisah kenapa Sukma bertemu dengan sosok orang Jawa. Ini cukup seru karena sebelumnya dibuka dengan kisah Sukma dengan Ibunya yang menjalani ritual adat dari kampung Ibunya. Penasaran sih, kira-kira nanti dibuat tayangan serialnya lagi enggak, ya. Soalnya pengen tahu juga seperti apa upacara adatnya.
Terus di beberapa bagian hampir terakhir, barulah sedikit dikisahkan mengenai titisan ini. Juga penjelasan dari kisah menggantung di bagian akhir buku Journal of Terror pertama di kisah Prana. Kenapa ada si bapak yang tiba-tiba datang. Ternyata ada penjelasan kenapa Sukma tampak digambarkan aneh bagi Prana.
Penutup
Baca buku ini di Gramedia Digital langsung pas lihat sudah ada di jejeran buku terbaru. Iya, sejak pertama kali baca bukunya. Langsung jatuh cinta dengan JoT ini. Sebenernya pengen juga baca yang Kemala itu.
Untuk cerita khusus Diary Kemala ini, bisa di websitenya diarykemala.com. Pengen baca tapi kok rasa horornya lebih mencekam, ya. Jadi ditunda dulu.
Buat bang Sweta, ditunggu banget sama lanjutan kisah Sukma dan Prana ini. Soalnya makin seru dan makin banyak teka-teki yang wajib banget diungkap. Sama mau dong, Bang. Dijabarin kenapa Sukma enggak bisa lihat malaikat pencabut nyawa pas Mamanya meninggal dunia.
Penasaran banget ipehtuh…..