#BookReview The Science of Breakable Things by Tae Keller

The science of breakable things


Depresi itu enggak memandang usia. Jabatan. Sampai status keluarga. Bagaimana jika sebagai seorang Ibu. Pembaca mengalami depresi. 

Tentunya, dukungan dari keluarga sangat dibutuhkan. Tapi, bagaimana pertolongan itu akan membuatmu bergerak. Kalau saat itu, diri sendiri pun enggan untuk menerima. 

Nah, kondisi depresi seorang Ibu, bukan hal yang main-main. Mereka membutuhkan dukungan lebih banyak dari sekadar nasihat. Mereka butuh dituntun dan digandeng menuju tempat yang tepat. 

Tapi, bagaimana kalau kondisi depresi seorang ibu, dilihat dari kacamata seorang anak yang duduk di tingkat 7?



Kartu Tanda Buku



Judul : The Science of Breakable Things
Penulis : Tae Keller
Halaman : 297
Versi : Ebook
Bahasa : Inggris
Dibaca di : Google Playbook
Diterbitkan oleh Random House
ISBN : 9781524715663
Harga : Rp 77.600



Buku Middle Grade Bertema Mental Health



Untuk informasi tambahan, buku-buku Middle Grade itu buku fiksi yang ceritanya ditujukan untuk anak berusia 8-12 tahun. 

Tapi, di Indonesia masih harus disesuaikan. Soalnya, enggak semua anak SD, suka baca novel. Jadi, sesuaikan dengan kebutuhan anak, ya. 

Di kisah ini, kita akan diajak berkenalan dengan Natalie. Seorang siswi kelas 7 dan kehidupannya di sekolah selama pelajaran Science. 


Mr. Neely, guru Science-nya, senantiasa berusaha membuat anak muridnya menyukai science dengan cara menyenangkan. 

Ia akan memulai kelas dengan memberi topik pada muridnya. Menggunakan hashtag tertentu. Dari narasi yang disampaikan oleh Natalie. Saya bisa mendeteksi adanya keengganan dalam diri Nate terhadap science. 

Apakah ia membenci pelajaran itu? 



The Science of Breakable Things




Melalui materi Science, Nate kembali mengajak pembaca untuk mengenal kehidupannya. Salah satunya, siapa ayah dan Ibunya serta apa pekerjaan mereka. 

Ayah Nate adalah seorang terapis. Dan Ibunya, seorang scientists dalam bidang botanical. Dari kisah Ibunya, Nate mulai menyukai science dan sering bertanya mengenai banyak hal. 

Ibunya pernah membuat buku, yang berkisah tentang bunga Orchid. Beliau juga menyampaikan bahwa ia dan temannya di laboratorium. Tengah mengadakan penelitian terhadap bunga Orchid ini. 

Semangat sang Ibu saat bercerita, menular pada Nate. Ia mulai menggemari banyak hal. Suka dengan kisah sang Ibu dan sangat tahu bahwa itu adalah apa yang dicintai oleh perempuan yang melahirkannya. 




"But now Mom’s in the bedroom and Dad’s cleaning the kitchen" 


Dari narasi ini, kita akan dibawa pada satu kondisi yang membuat Nate mulai banyak mempertanyakan tentang banyak hal. Terutama dunia orang dewasa. 

Bahwa, suatu hari Ibunya berhenti berangkat ke kantor. Kemudian, berhenti menjadi Ibu yang ceria. Serta, mulai mengurung diri di kamar.

Selama beberapa bulan, kondisi ini membuat Nate mulai berubah. Ia masih berusaha membayangkan asiknya ketika Mamanya masih seceria dulu. Terutama dalam bidang Science, ia bisa menanyakan banyak hal padanya. 

Namun, semenjak sang Ibu tak keluar rumah. Nate kehilangan selera terhadap pelajaran Science. Ia berusaha untuk tetap normal di hadapan sang ayah. 

Meski dalam dirinya, ia rapuh. 



"I spent the rest of the day thinking about Mom. The old Mom would have loved this project." 


Di kelas Mr. Neely, beliau selalu menekankan pada anak-anak. Untuk membangkitkan rasa ingin tahu mereka melalui Science. Dia selalu meminta anak-anaknya untuk explorasi apa saja yang terpintas dalam benak anak-anak usai memberikan tugas.

Namun, Nate mengalami kebuntuan. Ia dan sahabatnya, Twig, justru bersikap main-main selama laboratorium. Tugas yang dikerjakannya pun tidak begitu menyenangkan.

Hingga suatu ketika, Mr. Neely memberikan tugas pada muridnya. Tapi, hanya Nate yang belum bisa mengerjakannya. Kemudian, ia memberikan satu tantangan. Agar Nate mengikuti Kompetisi Egg Project. 

Pada kompetisi ini, Nate diberitahu bahwa Dari, teman satu kelasnya yang cerdas. Juga mengikuti perlombaan. Jadi, ia bisa bekerjasama dengannya. Tapi, Nate lebih memilih Twig.

Project ini memakan waktu cukup lama. Ia dan Twig beberapa kali mendesain project mereka.

Tapi, ada yang hilang dalam diri Nate. Karena, ia sangat membutuhkan kehadiran Ibunya. Sebab ia ingin sekali bertukar pikiran dengannya.



“The old Mom has disappeared, replaced by someone I don’t quite know.”


Dalam sudut pandangnya, kondisi sang Ibu ini membuat Nate tidak nyaman. Ia seolah kehilangan sosok Ibunya selamanya.

Dari absennya sang Ibu di keseharian Nate. Sampai perayaan Thanksgiving yang membuat Nate sedikit merasa enakan. Tapi, kemudian kembali lagi ia tak menyukai berada di rumah karena kondisi Ibunya.

Hingga saat Natal pun, sang Ibu tidak keluar dari kamarnya. Ini membuat Nate langsung mengamuk. Ia membanting semua telur yang ada di dapur. Melemparnya ke semua penjuru rumah.

Ayahnya hanya bisa terdiam dengan tatapan yang sedih. Ia bingung harus berbuat apa pada Istrinya dan Nate, anaknya. Hingga kemudian, ia menerima telpon dan tak lama Twig datang.

Di saat itulah, Nate akhirnya menjabarkan apa yang dialaminya selama ini. Twig, sebagai sahabatnya, sangat memahami kondisi tersebut. Keduanya langsung berpelukan dan membuat strategi.

Sebuah strategi untuk kabur dari rumah demi menyelamatkan Ibunya Nate. Karena, Nate ingin sekali mengembalikan sang Ibu agar ceria lagi. Dan bisa kembali pada sosok Ibunya yang seperti semula.



Pengenalan Issue Mental Health Pada Anak



Cerita merupakan media yang cocok untuk memberikan materi untuk dibahas dan dipikirkan pada anak-anak. Itulah kenapa saya sangat menyukai buku-buku Middle Grade.

Penulisnya, seperti Tae Keller ini, sangat piawai memberikan pemahaman mengenai kondisi depresi. Bagaimana dan apa yang dialami oleh orang dewasa yang terkadang masih belum mampu dicerna oleh anak-anak.

Tapi, justru dari cerita inilah, anak-anak tahu sesungguhnya seperti apa rasanya. Apa yang harus dilakukan saat depresi muncul, seperti meminta pertolongan.

Dalam satu bagian di buku ini, sebagai contoh, ketika Nate bertemu dengan psikiater. Ia yang awalnya menolak untuk membuka diri. Akhirnya, mulai mau bercerita tentang banyak hal. Salah satunya adalah topik pembicaraan yang sering dihindari olehnya, yaitu tentang Ibunya.

Pembicaraan ini membuat Nate kembali bersemangat. Ia sedikit merasa lega meski ketika ia sampai di rumah, kondisi tetap sama. Tapi, di sini, ada proses usaha yang membuat kondisi Nate bisa ditolong.

Bagaimana pun, anak-anak tentu akan merasakan beban yang juga sama beratnya. Ketika menghadapi kondisi lingkungan seperti ini. Itulah sebabnya, buku cerita yang mengajarkan tentang Mental Health seperti ini sangat dibutuhkan.

Kita tidak bisa berbicara solusi harus begini dan begitu pada anak-anak. Terkadang, pemikiran sederhana mereka menolak hal yang kita jabarkan. Tapi, melalui cerita, setidaknya mereka bisa mencoba mengerti dan memahami.



Pendapat Ipeh Alena



Membaca buku ini dan mengeksplorasi pikiran Nate. Sangat menyenangkan. Tidak pernah bosan rasanya membersamai Nate dari persiapan lomba hingga lomba diadakan.

Sebenarnya Nate adalah anak yang cerdas. Ia memiliki kemampuan yang melebihi kedua temannya, Twig dan Dari. Namun, karena fokusnya lebih terarah pada sang Ibu. Ia melupakan hal tersebut.

Suka juga dengan pendekatan Science dari Mr. Neely. Yang lucu dan juga selalu ingin membuat anak muridnya antusias. Tentunya agak sulit kalau harus membuat semuanya mencintai Science seperti ia mencintainya.

Tapi, usahanya dengan menyambut mereka setiap pagi dengan semangat. Membuat saya memandang tokoh Mr. Neely ini guru yang periang. Dan usahanya patut diacungi jempol.

Membaca buku ini, membuat saya sedih. Bagaimana pun, saya paham betapa sulitnya kondisi yang dialami oleh sang Ibu. Ia butuh sedikit dorongan untuk bisa bergerak dan mencari bantuan.

Namun, hal yang lebih membuat hati nyeri, momen dimana Nate justru menganggap bahwa Ibunya adalah orang asing. Dan usaha Natalie untuk menyelamatkan Ibunya, bikin terharu banget.

Saya tutup ulasan ini dengan kutipan yang hangat dari Natalie.


Hearts and eggs will break, and everything changes, but you keep going anyway. Because, science is asking questions. And living is not being afraid of the answer.

Postingan Terkait