Membaca Catatan Dari Bawah Tanah Menjadikan Buku Ini Sebagai Buku Yang Saya Benci Dan Sukai Sekaligus

Membaca Catatan Dari Bawah Tanah Menjadikan Buku Ini Sebagai Buku Yang Saya Benci Dan Sukai Sekaligus





Bagaimana rasanya menelanjangi diri sendiri melalui kata-kata yang diuntai oleh orang lain? Apalagi dia adalah penulis legendaris yang karyanya sering diterjemahkan dan masuk ke dalam kategori sastra klasik. Tentunya, rasa malu itu terkadang membuat saya menertawai diri sendiri. Meski terkadang saya mempertanyakan ; apakah saya pernah berpikir seperti itu? Tapi, ada beberapa hal juga yang tak saya lakukan seperti pemuda yang ada dalam novel ini.

Catatan Dari Bawah Tanah adalah novel yang menyuarakan pikiran seorang lelaki dimana ia mengalienasi dirinya dari lingkungan sosial dan masyarakat setelah mengorbankan sesuatu yang dia cintai dan seluruh bakatnya. Dalam perenungannya dia mampu mengorek ke sisi tergelap manusia, melalui perwakilan dirinya, dengan falsafah kehidupan yang menarik serta mampu mengorek apa yang pernah atau sedang dipikirkan oleh pembacanya.


Kartu Tanda Buku


Judul : Catatan Dari Bawah Tanah || Penulis : Fyodor Dostoyevski || Halaman : 155 || Cetakan Ketiga, 2008 || Penerjemah : Asrul Sani || Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia || ISBN : 9786026208866 || Rating : 4/5 || Gramedia : https://www.goodreads.com/review/show/2389210908


Catatan Dari Bawah Tanah



"Aku orang sakit... Aku orang pendendam. Aku orang yang tidak menarik. Aku yakin hatiku mengidap penyakit." ~ CDBT



Sebagai sebuah pembuka, Dostoyevski menguras pikiran saya yang akhirnya merasa penasaran dengan apa penyakit yang dialami oleh sang narator. Namun, baru saja saya mengikuti beberapa kalimat selanjutnya, segera saja saya mengetahui bahwa apa yang tengah dibahasnya adalah sebuah penyakit yang sering menjangkiti banyak orang. Penyakit tidak percaya pada diri sendiri, penyakit tidak puas dengan diri sendiri, penyakit yang sering saya temui ketika melihat warganet membicarakan kekurangan penampilan mereka.

Dalam hidup, ada saja kemungkinan-kemungkinan diri kita merasa kurang dengan "bagaimana kita terlahir ke dunia". Di sini, narator memperjelasnya dengan membandingkan dirinya yang merasa bahwa dia terlahir tidak tampan apalagi enak dipandang, namun kenapa ada banyak orang yang wajahnya sangat tidak enak dipandang olehnya, namun tidak mempermasalahkan penampilannya itu. Bahkan cenderung cuek. 

Di usianya yang ke empat puluh, dia menyadari bahwa usianya tak lagi muda. Kehidupannya yang dia gambarkan sebagai seorang yang miskin, hingga tinggal di sudut kota, dimana ruangannya sangat sempit dan dia hanya bisa memiliki asisten rumah tangga seorang perempuan tua. Dia mengeluhkan kondisinya sebelum memasuki keluhan demi keluhan lain yang akan terus menemani kita, seolah narator dan kita sebagai pembaca adalah kawan seperjalanan yang hendak menuju satu tujuan : tak tahu kemana.



"Tapi justru dalam separuh keputusasaan dan separuh keyakinan yang dingin dan memuakkan, dalam penguburan diri sendiri secara sadar di bawah tanah selama empat puluh tahun karena sedih, dalam kedudukan yang sebagian diakui sebagian disangsikan, dalam neraka kegagalan keinginan, dalam demam kebingungan, dan tekad yang sudah ditetapkan untuk selama-lamanya tapi semenit kemudian disesali - dalam itulah terletak penyelamatan kenikmatan aneh yang kukatakan." ~ CDBT



Narator hendak menyampaikan sebuah gambaran kehidupan yang sering kita saksikan tapi mungkin luput dari ingatan atau tak terlalu menarik bagi diri kita. Sebuah kondisi dari beberapa orang yang berusaha semampunya untuk bisa terjun ke dalam dunia sosial dan masyarakat, kemudian menghadapi persaingan hidup dalam pekerjaan maupun taraf sosial, tentunya tidak sedikit yang kemudian mendapati bahwa persaingan tersebut menjadikan beban yang kemudian membuat mereka menarik diri mereka dari kehidupan sosial.

Tidak sedikit yang merasakan 'trauma' saat bertemu atau mengalami hal-hal yang membuat mereka tak mampu lagi mengoptimalkan bakat mereka, tak mampu lagi menampakkan keceriaan yang kemudian justru berakhir menjadi pribadi yang murung. Ini digambarkan demikian melalui narasi yang penuh dengan bahan perbincangan dari satu hal ke hal lain tentang kehidupan si pemuda berusia empat puluh tahun tersebut. 

Melalui keluh kesahnya, sang narator mengajak pembaca untuk memahami kehidupan yang tidak memiliki rumus pasti. Dengan membandingkannya dengan ilmu hitung dimana segalanya sudah ditetapkan dalam rumusan tertentu. Terkadang, ada keinginan dalam hidupnya saat memandang masa depan, dia ingin sekali bisa menghitung rumusan menggunakan ilmu hitung untuk melihat dan mengintip apa yang akan terjadi di masa yang akan datang. Namun, dia mengakui bahwa dirinya tak mampu menembus dinding meski membentukan kepalanya pada dinding tersebut namun tak mampu pula dia meruntuhkannya.



"Aku mengangan-angankan petualangan dan mengarang sebuah kehidupan, supaya dengan salah satu cara aku merasa hidup." ~ CDBT




Sempat terlintas dari beberapa ulasan dan pendapat para pengulas luar negeri, mereka mengatakan, dari kalimat ini seolah menjelaskan bahwasannya sang pemuda yang menjadi narator Catatan Dari Bawah Tanah adalah sosok Fyodor sendiri. Sekarang, mari kita telusuri lagi, Fyodor adalah seorang penulis yang mana mampu menciptakan adegan demi adegan serta kehidupan demi kehidupan bagi para tokoh-tokoh fiksinya menjadi sebuah cerita dan novel.

Fyodor bisa menuangkan buah angan-angannya menjadi sebuah cerita, seperti Crime and Punishment dimana seseorang yang hendak melakukan perbuatan keji, masih saja dipenuhi pikiran-pikiran selama prosesnya hingga selesai. Pertimbangan-pertimbangan yang sering muncul dalam sosok Raskolnikov dan ide-ide yang muncul demi membuktikan analisanya, tentun merupakan buah pikiran Fyodor melalui kehidupan yang disaksikan atau dialami oleh dirinya sendiri. Dari sini, pendapat banyak orang tersebut, sempat membuat saya mengangguk-angguk dan menyetujuinya. Meski saya sendiri masih belum bisa yakin seratus persen bahwa isi dalam buku ini adalah kehidupan asli dari Fyodor.

Dan saya seolah melihat kembali sosok Raskolnikov usai membaca kutipan dari bagian 7 "Kita semua tahu bahwa tidak seorang manusia pun akan bertindak secara sadar bertentangan dengan kepentingannya sendiri dan karena itu karena terpaksa ia akan mulai berbuat baik." Meski ini tampak seperti cermin, dimana kondisi dan situasinya berbeda, bahwa sang narator tidak mengakui kalau manusia mampu berbuat jahat sesuai kesadarannya. Dan Raskolnikov percaya bahwa manusia mampu berbuat jahat secara sadar asalkan ada kesempatan. Melalui dua hal inilah, kita diajak untuk membandingkan kehidupan yang mungkin pernah diangan-angankan oleh Fyodor.

Bukan berarti saya mengatakan pernah suatu ketika Fyodor menginginkan untuk mewujudkan kejahatan tertentu. Tapi, yang terlintas adalah, dirinya pernah melakukan kesalahan dan ingin membela dirinya sendiri, dimana ini adalah satu dari banyak hal yang masih bisa dia lindungi untuk dirinya, bahwa dia tidak sengaja melakukan hal tersebut. Kemudian melarikan beragam pikiran dan mungkin saja ada hal-hal yang dia benci kemudian dia tuangkan dalam perwakilan sosok  Raskolnikov melalui kecerdasan dan analisa yang harus dibuktikannya itu. Bagaimana pun, dunia fiksi seringkali menjadi dunia eksperimen, tempat para penulis menuangkan buah pikiran mereka melalui kondisi "What If".



"TUAN-TUAN, aku berkelakar, dan aku sendiri tahu bahwa kelakarku sama sekali tidak cemerlang, tapi Anda kan tahu bahwa kita bisa menerima segalanya sebagai kelakar." ~ CDBT



Baiklah, mungkin ini tujuan Fyodor agar pembacanya tidak memusingkan sesuatu seperti, "ini kayaknya kondisi asli Fyodor, deh." atau segala hal yang membuat kita sebagai pembaca menebak-nebak banyak hal selama membaca buku ini. Dengan mengawali bagian 9 melalui sebuah pernyataan yang seolah ingin menghentikan segala pendapat dan tebakan demi tebakan dari tulisan ini.

Membaca Catatan Dari Bawah Tanah yang berbentuk seperti jurnal harian ini, memang menguras emosi. Beberapa kali saya menahan kantuk membaca racauannya tentang orang-orang di sekitarnya. Tapi, beberapa kali pula saya menertawai diri sendiri melalui kebenaran akan kalimatnya. Tidak jarang pula saya merasa ingin sekali menyelesaikan buku ini karena membuat saya menguap dan bosan. Setidaknya, buku ini juga mendatangkan rasa benci yang demikian tinggi karena sesekali mengatakan kebenaran dan kali lain mengatakan hal yang membuat saya membencinya. 

Di sinilah, saya memahami bahwa saya tengah menjalin hubungan Benci tapi Cinta pada Fyodor melalui buku ini. Sungguh gila rasanya ku dibuatnya. [Bacaan Ipeh]



Book Notes From Underground

Postingan Terkait