The Heartbroken Hearbreaker by Sam Madison Yang Bisa Membuatmu Termehek-mehek

The Heartbroken Hearbreaker by Sam Madison Yang Bisa Membuatmu Termehek-mehek


The heartbroken heartbreaker



Sebut saya seorang yang berhati rapuh, serapuh kue semprong yang tertindas oleh koper-koper besar hingga mengubahnya menjadi serpihan. Entah, sudah berapa kali dalam satu tahun ini, saya membaca karya yang pernah dipublikasikan di Wattpad dalam bentuk buku. The Heartbroken Heartbreaker saya terima tepat ketika saya bertambah usia di bulan desember ini.

Pada mulanya, saya tidak memercayai seberapa bagus karya ini. Tapi, saya juga tidak menganggap remeh buku-buku terbitan Penerbit Haru, Spring dan Inari. Setidaknya, mereka memiliki uji kelayakan pada setiap karya yang terbit dengan level yang lumayan lebih baik. Entah itu dari penyajian cerita, logika, alur sampai penggalian karakter. Saya tidak terlalu memuji, tapi memang itu yang saya dapat dari kinerja mereka sebagai penerbit mayor.

Saya memulai bab pertama dengan tersenyum sambil mengamati berapa banyak jumlah halaman dalam setiap babnya. Dan berpikir, saya yakin semua penggemar Sam Madison saat membaca cerita ini melalui Wattpad akan berteriak-teriak ketika mereka menunggu bab lainnya segera terbit. Pasalnya, setiap bab dalam novel ini hanya berisi beberapa lembar saja, yang memungkinkan orang kurang sabar seperti saya ini, klepek-klepek menunggu bagian terbarunya muncul.

Tapi, hal ini juga yang menjadi kemudahan bagi mereka yang tengah mengalami reading slump. Penggalan bab per bab yang sedikit ini, memungkinkan para reader-slump menyelesaikan satu bab dalam waktu yang singkat. Ini demi memulihkan rasa bosan dan jenuh agar bisa kembali semangat untuk membaca. Demikian pengalaman saya yang pernah terkena wabah Reading Slump.



Kartu Tanda Buku


Judul : The Heartbroken Heartbreaker
Penulis : Sam Madison
Halaman : 424
Cetakan pertama, November 2017
Penerjemah : Brigida Ruri
Versi : Buku
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Haru Media
Rating : 4/5
ISBN : 978.602.6383.31.0
Link Goodreads : https://www.goodreads.com/book/show/36478729-the-heartbroken-heartbreaker


Karya Fiksi Yang Lumayan Realistis 



Saya memulainya dengan bagian yang saya rasakan betul selama membaca novel karya Sam. Tentang bagaimana setiap tokohnya menyelesaikan masalah mereka, tentang rasa sakit dan kecewa yang sesungguhnya memang tidak mudah untuk dilupakan. Hingga, betapa tampak 'manusiawi' beberapa karakter yang mencoba untuk denial dengan keadaan mereka.

Seperti pada kondisi Cedric, yang berusaha menjauh dari Kyla, namun pada kenyataannya dia kerap kali berusaha mendekatinya, menasihatinya dan mencapuri urusannya dengan bertanya tentang hal-hal yang dianggap sepele. Sulit move on, demikian saya melihat gejala ini pada Cedric pada bab-bab permulaan hingga mencapai pertengahan. Tentunya, saya hanya bisa tersenyum girang, ketika Kyla dan Seth berhasil menggoyahkan pertahanan Cedric.

Atau saat Seth yang mengakui bahwa dia berpura-pura bahwa tidak ada yang terjadi antara Ibunya dengan Ayahnya Cedric. Meski itu terjadi, di sinilah saya menganggap Seth tengah denial dengan rasa kesalnya, dengan amarahnya, dengan kekecewaannya sehingga membuat segalanya menjadi lebih rumit baginya. Seolah, dia bukan seorang lelaki yang baik hanya seorang bajingan yang terus diaminkan dalam dirinya.


Dan saat Kyla, masih merasakan betapa dia masih mencintai Cedric, meski bentuk cinta itu tak lagi sama seperti sebelumnya. Ada banyak yang berubah, namun tetap tidak bisa membuat Kyla berpaling begitu saja dari sosok cowok yang bahkan sudah membantunya berdiri dengan kakinya sendiri melewati masa sulit setelah kematian ayahnya.

Juga, ketika amarah Kyla pada sang Ibu yang bahkan selalu sibuk dengan pekerjaannya. Hingga Kyla merasa tak dianggap lagi. Sampai dia sudah terbiasa tidak berbincang dengan sang Ibu merupakan sebuah hal yang normal. Hingga, mencapai satu titik bahwa seorang Ibu pun manusia yang tetap memiliki keegoisan demi membuat dirinya bisa menjejakkan kakinya dan bertahan demi melanjutkan kehidupan setelah kematian suaminya.

Pada halaman 104 saya kutip ketika Kyla memuntahkan segala kekesalannya yang selama ini dia pendam, usai melihat sang Ibu berkencan di sebuah restoran. "Membesarkan anakmu perlu lebih dari sekadar meninggalkan 20 dolar di meja untuk memastikan aku tidak kelaparan setiap hari. Apa kau bahkan tahu apa yang terjadi pada hidupku? Kau tidak bisa seenaknya tiba-tiba memutuskan untuk berakting seperti ibuku-".

Dari cuplikan dialog yang muncul pada bagian pertengkaran Kyla dengan Ibunya, bisa terlihat bahwa luka yang dibawa oleh Kyla sangat besar dan dalam. Komunikasi bukan hal yang sederhana, karena itulah banyak hubungan yang renggang akibat kurang baiknya komunikasi antar perorangan. Demikian pula yang terjadi pada Kyla dan Ibunya, yang akhirnya membuat keduanya bagai orang asing dalam satu rumah.

Setiap tokoh dalam novel ini, memiliki konflik internal masing-masing yang berkelindan dan membentuk sebuah jalinan bom yang bisa meledak secara bersamaan. Konflik internal inilah yang menjadi bumbu sedap bagi novel yang mengangkat cerita tentang hubungan orangtua dan anak, tentang kisah cinta hingga tentang persahabatan dan how to let it go.

Sebuah buku, memungkinkan memiliki tema yang sama, yang membuat berbeda adalah bagaimana mereka meracik bumbunya hingga menjadi kisah yang tidak hanya sekadar lewat bagi pembacanya, tapi menjadi kenangan yang terlampau bagus untuk dilupakan begitu saja.



Kamu Dan Aku, Kita Memiliki Masalah Yang Sama



Setiap orang terlahir dengan kotak masalah masing-masing, entah itu berat atau ringan. Terkadang setiap masalah tampak seperti sama antara satu orang dengan yang lainnya, namun tentunya memiliki variabel yang berbeda. Demikian pula dengan Kyla dan Seth yang pada mulanya mereka berdekatan demi menjadi pacar pura-pura.

Berbicara tentang pacar pura-pura, saya sempat ingin mendemo Penerbit Inari dan Penerbit Haru bersamaan, karena bulan desember ini saya dicekoki kisah Pura-pura pacaran ini. Apakah ini sebuah pertanda? Bahwa akan ada banyak kepura-puraan yang meluap di sekitar saya? Ah, saya terlalu gemar dengan hal mistis. Kembali lagi pada kisah Kyla dan Seth.





Masing-masing, antara Kyla dan Seth, memiliki alasan yang berbeda mengapa keduanya sepakat untuk menjalani kepura-puraan ini. Dua minggu adalah waktu yang dibutuhkan untuk keduanya saling mengenal satu sama lain, hingga membuka tabir rahasia yang selama ini dipendam. Baik Kyla dan Seth, keduanya memiliki masalah yang hampir sama tentang kematian dan perpisahan.

Ayahnya Kyla meninggal karena kanker, selama ayahnya sakit dia selalu setia mengunjungi sang Ayah di rumah sakit. Kisah ini dia tuturkan pada halaman 94-95, "Ayahku suka membaca. Kami harus membawa buku-bukunya ke rumah sakit karena dia terus mengeluh tidak ada yang menarik di TV. Dia terus membaca, hari demi hari, seiring kondisinya semakin memburuk. Kemudian dia menjadi terlalu sakit dan tidak mampu menahan matanya terbuka cukup lama untuk membaca. Suatu hari, dia memintaku menyalakan TV."

Sementara bagi Seth, kematian SAM - kakak perempuannya - merupakan pukulan yang membuat kedua orangtuanya semakin menjauh. Sam meninggal saat kecelakaan bersama pacarnya. Hingga kemudian baik Ayah dan Ibunya Seth saling menyalahkan satu sama lain. Sementara Seth sendiri, menyimpan luka dan kesepian serta kesedihan dalam hatinya, tanpa mampu membagi dengan siapapun.

Dengan kondisi pengalaman, kesulitan dan hubungan antar orangtua-anak yang hampir sama, antara Kyla dan Seth akhirnya membentuk sebuah ikatan yang tak mereka sadari. Keduanya saling mengisi satu sama lain, saling berusaha menjaga satu sama lain dan mendukung satu sama lain demi melewati krisis kehidupan yang sudah begitu lama mereka pendam.



Rumitnya Hubungan Antara Orangtua Dan Anak



Setelah Kyla dan Ibunya bertengkar, ada banyak hal lainnya yang terus menjadi pergumulan batin antara Ibu dan anak ini. Tentunya, semua memang tak sama ketika Ibunya Kyla menjadi single parent, apalagi Ayahnya Kyla merupakan sosok yang terbaik yang pernah dia miliki. Namun, semakin hari percekcokan antara mereka tak kunjung reda, hingga suatu ketika keduanya mulai saling terbuka dan berbincang satu sama lain.




Sementara Seth, kedua orangtuanya berpisah saat Ayahnya Seth harus pindah tempat kerja ke New York, sementara Ibunya menolak untuk ikut karena mempertahankan pekerjaannya. Namun, siapa sangka kalau Seth harus melihat sendiri perselingkuhan yang dilakukan oleh sang Ibu. Luka inilah yang membuatnya berusaha untuk meyakini dirinya sendiri bahwa hubungan Ayah dan Ibunya tetap sama dan tidak ada yang salah.

"Kadang-kadang aku suka berpura-pura aku tidak tahu tentang perselingkuhannya." ~ Hal 110 


Dan, bagi Cedric kepergian Ibunya yang begitu saja memang tidak tereksplorasi dengan baik. Hanya sempat digambarkan melalui narasi dari sudut pandang Kyla saat detik-detik menjelang akhir buku ini. Bahwasannya, setelah pergi meninggalkan Cedric dan Ayahnya, sang Ibu akhirnya menampakkan wujudnya berada di rumah sakit dan membawa rasa penasaran bagi Kyla, akankah ada rasa penyesalan dalam diri Ibunya setelah meninggalkan Cedric dan Ayahnya?



Tentang Cinta Dan Melepaskannya Pergi



Setelah putus dari Cedric, Kyla merasa dunianya mendadak berubah drastis. Dia merasa tak lagi bisa berpijak dengan benar dan menjalani hari demi hari dengan baik. Apalagi, dia sudah terbiasa bergantung pada Cedric. Terlebih, selepas kematian sang Ayah, Cedric-lah yang mengisi hari-harinya. Sementara itu, alasan mengapa Cedric memutuskan hubungan mereka, hingga saat menjelang akhir, masih disimpan rapi tanpa bisa memberikan kelegaan bagi Kyla.

Sedangkan kedekatan Seth dan Kyla dalam kepura-puraan, memang tampak seperti berhasil. Keduanya semakin dekat, dan satu persatu rahasia kelam tentang kisah cinta Seth diketahui oleh Kyla. Hingga rasanya membuat dunia Kyla seolah runtuh. Namun, dia sadar, dirinya dan Seth hanya berpura-pura, hingga ia tak mampu menunjukkan rasa sedih dan kecewanya.

Apalagi, Seth-lah yang justru lebih banyak bisa mengerti Kyla secara utuh. Dalam pernyataannya di halaman 191 Kyla mengakui : "Itu membuatku takut karena kau selalu tahu apa yang bisa membuatku senang. Kau selalu tahu apa yang harus kau katakan untuk membuatku tertawa. Kau selalu tahu bagaimana perasaanku saat aku sendiri tidak tahu apa yang kurasakan. Semua itu membuatku takut, karena kau selalu tahu segalanya."

Dari sinilah, terbukti bahwa Kyla membutuhkan Seth. Namun apakah Seth juga membutuhkannya? Atau apakah Seth sama seperti yang dipikirkan Kyla sebelum dia bertemu dengannya? Bahwa Seth adalah sosok yang gemar bergonta-ganti pacar dan menolak untuk menjalin hubungan serius?

Ada pertemuan demikian pula ada perpisahan. Pada bagian-bagian perpisahan inilah yang membuat saya tidak bisa menahan air mata. Serius! Madison benar-benar pandai memainkan emosi saya yang tengah rapuh ini. Dikoyak pula hati ini saat tengah berkecamuk perang yang tak kunjung usai, tentang kiriman paket yang tak kunjung datang #eeaa. Tapi, saya bersungguh-sungguh, Madison mampu menguasai pembaca melalui emosi yang secara halus dimainkan melalui tokoh-tokohnya.

Satu paragraf akhir di halaman 345 yang menjadi untaian kalimat favorit saya, Kita tidak bisa mengambil jalan pintas dalam hidup. Kita harus melewati momen-momen seburuhk apa pun, karena semua jalan itu sering kali mengarah ke jalan lain yang lebih baik. Tidak ada langit yang hanya memiliki bintang terang. akan selalu ada beberapa bintang redup di sana sini, tersebar di antara bintang-bintang yang terang. Dan karena itulah, langit menjadi lebih menakjubkan.

Kalimat tersebut seolah menjadi rangkaian kesimpulan yang dipelajari oleh Kyla dalam kehidupannya. Dari jatuh dan bangunnya, dari setiap air mata yang terkuras serta dari setiap luka yang mengendap dalam hatinya.


***


Bagi saya, novel ini memiliki akhir cerita yang menyerahkan secara menyeluruh bagaimana hasilnya pada para pembaca. Meski mungkin ada banyak yang yakin bahwa akan ada sesuatu lainnya yang menanti untuk para tokohnya. Tapi, tidak dipungkiri juga, bahwa kisah ini diakhiri dengan baik. Tidak berlebihan tapi cukup.

Penasaran ingin membaca novel ini? Kalau suka dengan cerita remaja, Young Adult dengan konflik tentang keluarga, sahabat dan percintaan. Novel ini jangan sampai dilewatkan. Terjemahannya juga bagus, alurnya juga mudah diikuti sehingga tidak membuat bosan.


Selamat membaca, salam literasi.

Postingan Terkait