#BacaDoubleABarengInari : Sebuah Novel Tentang Menggapai Mimpi Dan Persahabatan

#BacaDoubleABarengInari : Sebuah Novel Tentang Menggapai Mimpi Dan Persahabatan

Novel Double A


Belakangan ini saya mulai tertarik dengan novel-novel yang diterbitkan oleh Penerbit Inari. Beberapa dari novel tersebut sudah pernah dipublikasikan di Wattpad. Nah, saya sendiri jarang membaca melalui wattpad, meski saya tidak masalah membaca novel melalui gadget. Namun, memang sering menemukan kendala yang masih saya takutkan : membaca karya yang membuat saya malas untuk melanjutkannya.

Kali ini, saya ingin menulis sedikit tentang Novel Double A yang merupakan karya dari Iolana Ivanka, kalian bisa mengunjungi IGnya di @iolanaivanka , sebuah novel yang berkisah tentang tokoh bernama Anna yang harus berpura-pura menjadi pacar sahabatnya - Tiara - hanya karena Tiara takut hubungannya dengan Adrian Bramantio ketawan oleh kedua orangtuanya.

Cerita yang mainstream itu memang banyak, bahkan novelis populer atau legendaris juga sering menjadikan tema utama cerita mereka yang terlalu umum. Nah, perbedaannya adalah apakah sang penulis akan menyematkan sesuatu yang berbeda sehingga pembaca tidak hanya sekadar mengikuti kisah yang bahkan sudah bisa ditebak melalui blurb atau ide ceritanya. Tapi, mendapat sesuatu yang lain sebagai pengalaman membacanya.


Kartu Tanda Buku

Judul : Double A || Penulis : Iolana Ivanka || Halaman : 328 || Layout Sampul : @teguhra || Cetakan pertama, November 2017 || Versi : Buku || Bahasa : Indonesia || Penerbit : Penerbit Spring || Rating : 3/5 || ISBN : 9786026682109



Judge A Book By Its Cover


Saya tahu, tidaklah bijak jika saya menghakimi sebuah buku apalagi menilai bagus atau tidaknya hanya berdasarkan dari covernya. Saya mengerti, seperti buku-buku terbitan Pustaka Jaya tempo dulu, yang memang tidak menarik dari penampakannya namun memiliki isi yang bobotnya sangat baik untuk vitamin otak agar tidak memiliki kecenderungan negatif.

Namun, belakangan ini, di Indonesia, sudah marak penerbit yang sadar bahwa sampul buku yang bagus akan menambah nilai dari buku tersebut. Meski memang, sudah menjadi kewajiban bagi seorang pembaca buku untuk melihat secara keseluruhan, bukan hanya sedikit. Seperti novel terbitan Penerbit Inari yang mewakili isi dari novel.

Kalian mungkin pernah mendengar istilah Keyword atau kata kunci. Dalam dunia blogging hal ini juga sangat berlaku. Namun, ternyata dalam dunia gambar atau ilustrasi, keyword juga berlaku untuk menunjukkan tentang apa isi cerita tersebut. Saya suka dengan cover buku ini yang benar-benar merepresentasikan tema secara keseluruhan cerita. Ada kertas, pensil, berita dan penampakan dua pelajar dari belakang.

Jadi kaitan dari ceritanya apa? Kertas, pensil hingga tampilan berita itu merupakan satu bagian dalam cerita, sebuah komunitas yang berdiri sendiri dan terlepas dari kegiatan ekstrakurikurer sekolah. Komunitas Jurnalis Sekolah Cakrawala. Kenapa mereka berdiri sendiri? Ini ditujukan agar sekolah tak memiliki hak untuk campur-tangan dalam segala aktivitas di komunitas tersebut.

Sementara dua pelajar yang tertangkap dalam berita, merupakan tokoh-tokoh yang akan menjalin cerita dan segala kerumitannya dalam novel ini. Masa akhir sekolah yang memang harus dinikmati dengan baik agar nantinya menjadi kenangan tak terlupakan. Seperti kutipan lagu S07 "Bersenang-senanglah, karena hari ini yang akan kita rindukan."




Komunitas Jurnalis Masa Kini


Sebuah komunitas sudah semestinya memang membantu menggerakkan massa untuk melakukan sesuatu yang positif. Dengan pengaruh yang dimiliki oleh komunitas jurnalis di SMA Cakrawala, Gretha berhasil menarik minat banyak siswa dan siswi yang bukan saja bersekolah di SMA Cakrawala tapi juga di luar sekolah tersebut. Apalagi kalau bukan minat akan berita heboh yang tidak jauh-jauh dari gosip dan segala hal yang sensasional.

Pada mulanya, berita tersebut membuat Tiara panik. Dirinya dan Adrian - pacarnya - tertangkap basah oleh salah satu anggota tim jurnalis sedang jalan berdua. Pasalnya, hubungan keduanya ini backstreet dari orangtua Tiara, terutama Ibunya yang merupakan guru di sekolah yang sama dengannya. Alhasil, demi menyelamatkan dirinya dan nama baiknya, Tiara memerintahkan Anna untuk mau berpura-pura menjadi pacarnya Adrian.




Meski enggan, akhirnya Adrian memilih pasrah dengan ide gila Tiara. Karena jauh di dalam hatinya, dia hanya ingin hubungan keduanya tidak lagi sembunyi-sembunyi, namun bisa diketahui dengan cara yang baik oleh kedua orangtua Tiara. Juga, kekesalan yang akhirnya dipendam oleh Adrian bertambah ketika menyadari Anna - sahabatnya Tiara - justru setuju saja dengan ide ini.

Selama membaca novel ini, saya justru melihat adanya kaitan dengan eksistensi berita pada masa kini. Dimana berita yang banyak digemari dan disukai adalah berita yang tidak jauh dari berita omong kosong, hoax, berita yang tanpa memiliki penelitian apalagi analisa yang kuat dan berita tentang affair seseorang.

Tidak dapat dipungkiri kalau hal-hal demikian memang menjadi santapan yang manis bagi pembaca masa kini (bukan masa gitu). Apalagi kalau dibalut dengan trik-trik seperti Judul yang click bait, pemilihan kata pembuka yang menampar, meski isi secara keseluruhan kosong tidak berbobot. Namun, memang berita demikian justru marak dinikmati.



Bagaimana Menyikapi Bullying



Anna, mungkin seperti banyak anak-anak atau remaja lain, yang memilih untuk diam ketika tindakan bullying mengincarnya. Di sini, saya tidak akan menyalahkan apalagi memaki korban bullying, tapi justru terkadang untuk stand up apalagi berani speak up terhadap masalah yang tengah dihadapi, bukan sesuatu yang mudah. Melawan tindakan bullying memang butuh perjuangan dan sangat butuh dukungan, hanya saja bagaimana jika dukungan itu tidak didapat oleh korban?

Menilik kembali banyaknya kasus bullying yang bukan hanya terjadi di Indonesia, tapi juga di mancanegara. Bahwa kasus ini bukan hal yang mudah untuk sekadar diucapkan. Terlebih jika korban tidak memiliki dukungan yang cukup untuk berani bertindak.




Di sini Anna menghadapi bullying akibat berita yang beredar dengan luas. Pada mulanya, dia berpikir bahwa berita tersebut perlahan akan berhenti. Namun, siapa sangka kalau karena berita yang bahkan tidak mencantumkan kebenaran di dalamnya, membuat Anna harus menerima perlakuan tidak adil dari teman-temannya. Anna sempat dijegal oleh beberapa murid di kantin, belum lagi, cemooh teman-temannya yang alih-alih mencari tahu kebenaran tapi justru melebih-lebihkan berita.

Sikap Anna memang lazim ditemui di banyak kasus bullying. Namun, apa yang Adrian lakukan dengan berani berdiri untuk membela patut diberi pujian. Karena dalam artikel tersebut mengikutsertakan bukan hanya Anna tapi juga Adrian, hal yang lumrah ketika Adrian akhirnya nekat menemui Gretha dan meminta pertanggung-jawaban dari sang jurnalis ternama seantero sekolah itu.


"Yang pertama, apa komunitas jurnalis kasih tahu apa alasan kami tinggal bareng? Nggak. Kenapa? Karena mereka juga nggak tahu apa alesannya. Yang kedua, apa komunitas jurnalis berusaha buat cari tahu alasannya? Nggak. Kenapa? Karena yang mereka pikirin itu cuma keeksisan web mereka aja. Harusnya komunitas kayak gitu bisa jadi wadah positif buat orang-orang yang mau terjun di dunia hiburan. Seharusnya komunitas jurnalis itu ada buat mengungkap kebenaran, kan?

"Sama sekali enggak ada secuil pun alesan yang diselipin di artikel itu."

- Double A Hal 213

Dari tokoh Adrian, bisa ditelusuri lagi, bahwa stand up demi diri sendiri terhadap fitnah apalagi bullying dengan data dan analisa yang tepat, merupakan bentuk dari perlawanan. Siapapun berhak untuk membela diri sendiri apalagi membela orang yang sudah kita yakini benar. Namun harus disertai pula dengan analisa, data dan informasi yang konkrit dan aktual. Bukan hanya sekadar 'katanya' dan sekadar amarah serta caci maki saja.



Jatuh Cinta Bukan Alasan Untuk Tidak Mengejar Cita-cita



Mau itu persahabatan apalagi percintaan, sudah semestinya memang jangan membuat kita pribadi menjadi berhenti untuk mengejar impian. Tentunya, terkadang impian yang kita miliki bisa tak sama lagi dengan saat kita jomblo - misalnya. Tapi, jangan juga dijadikan alasan, karena mikirin si dia, malah membuat nilai merosot.

Ini terjadi pada Tiara, salah satu tokoh yang membuat saya kesal bukan main. Saking kesalnya rasanya ingin menelan biji kedondong! Eh.

Tiara dan Anna memang berbeda, nilai Tiara di sekolah biasa-biasa saja. Namun, semenjak pacaran dengan Adrian, nilainya merosot tajam hingga kurang dari nilai standar. Apa sebabnya? Selama berpacaran dengan Adrian, Tiara malah sibuk untuk mengobrol dengannya setiap waktu. Bahkan dia pernah menelpon hingga larut malam. Ketika Adrian mencoba untuk membuat jadual belajar bareng dengan Tiara, alih-alih belajar, justru berakhir jalan-jalan atau sekadar hangout berdua.

Waktu untuk Tiara belajar justru semakin sedikit. Inilah yang membuat Tiara akhirnya harus menghadapi omelan orangtuanya karena kemerosotan nilai sekolah. Berbeda dengan Anna yang rajin dan tekun belajar. Sehingga nilai-nilainya selalu membanggakan. Itu karena Anna memiliki mimpi dan dengan gigih memperjuangkannya.

Ada beberapa konflik yang disodorkan pada tokoh-tokoh di dalam novel ini, berkenaan dengan cita-cita dan masa depan mereka. Seperti dalam kehidupan, ada yang memanfaatkan kesempatan meski sedikit untuk meraih impian dan cita-cita. Ada juga yang kemudian menyesal karena kurang totalitas dalam berusaha. Demikian pula, dengan kisah Anna yang akhirnya mampu meraih apa yang diimpikan. Eits, jangan pesimis, di sini kalian akan tahu seberapa besar perjuangan Anna dalam berusaha.


"Orang yang pintar bisa kalah sama orang yang tekun. Orang yang tekun juga bisa kalah sama orang yang beruntung. Lo bisa jadi orang yang tekun atau orang yang beruntung itu. If you give up, you will regret it forever, Dri. Nggak ada salahnya buat mencoba, kan?" - Double A, Hal 265



Kisah Hubungan Orangtua Dengan Anak



Ini adalah tema yang membuat saya lemah. Entah itu film atau cerita, kalau sudah berdekatan dengan tema hubungan antara orangtua dan anak, sering membuat saya mudah emosional. Kalau pernah membaca novel karya penulis legendaris Charles Dickens, novel A Tale of Two Cities ini juga mengisahkan tentang hubungan tersebut.

Kalau dalam novel ini, ada tiga keluarga yang diperlihatkan, meski yang ditonjolkan adalah hubungan antara Anna dan Ayahnya. Karena Ibunya Anna meninggal ketika dia masih SMP, itu membuat keduanya dekat sekali. Mereka sering menghabiskan waktu dengan berlibur bersama ke pulau terpencil, atau mengunjungi makam Ibunya setiap hari ulangtahun sang Ibu. Sampai berbincang kala sarapan atau makan malam.

Kedekatan ini menjadi siksaan ketika sang Ayah ditugaskan ke Makassar selama setahun. Perpisahan, meski sebentar, bukan hal yang menyenangkan apalagi jika kita sudah terbiasa bersama dengan orang yang kita sayangi satu-satunya di dunia ini. Sedih, setiap mendapati bagian Anna yang merindukan Ayahnya. Meski keluarga Adrian - Om Hari dan Tate Risa serta Lilian adiknya Adrian - semua menyayangi Anna seperti mereka menyayangi anak mereka sendiri. Namun, tetap saja ada perbedaan yang membuatnya lebih merindukan waktu-waktu bersama sang Ayah.

Sementara satu keluarga lainnya yaitu kedua orangtua Tiara, yang sedikit digambarkan sebagai sepasang suami istri yang tidak bangga dengan nilai anaknya. Sering membandingkan Tiara dengan Anna, sehingga membuat Tiara yang egoisnya minta ampun, akhirnya semakin bertambah iri dengan Anna, meski mereka berdua bersahabat. Baik Tiara dan Anna memang sama-sama anak tunggal, namun keduanya memiliki sifat dan karakter yang sangat jauh berbeda.


***

Saya memberikan tiga bintang untuk novel ini. Satu untuk karakter yang konsisten, seperti Tiara yang sampai ending pun tetap menyebalkan dan keras kepala. Juga untuk karakter Anna yang meski ada beberapa kali bagian yang membuat saya mengernyitkan dahi, namun saya suka ketika dirinya masih terus keras dalam berjuang meraih impian. Bintang kedua untuk bumbu cerita dengan konflik yang lumayan, tidak langsung seketika selesai, tapi tetap disuguhi konflik kecil menjelang bagian akhir tapi diselesaikan dengan baik. Dan Bintang ketiga saya berikan untuk emosi karakter dan konflik internal yang digali dengan baik.

Jadi, kalau suka dengan novel-novel ringan yang berkisah tentang persahabatan dan jatuh cinta masa-masa sekolah. Saya sudah memberikan pertimbangan di atas, melalui apa-apa saja yang menjadi daya tarik tersendiri dalam novel ini. Saya tidak berlebihan dalam menilai, tapi berdasarkan pengalaman membaca saya saja. Toh, selama ini saya bersyukur karena Penerbit Inari dan jajaran penulisnya, sangat terbuka meski saya menuliskan beberapa keberatan dalam ulasan.

Dan kalau ditanya kenapa saya tidak memberikan keberatan tersebut? Karena keberatan ini, berkaitan dengan selera, sehingga bagi saya tidak cukup bagus untuk ditampilkan. Selain itu, saya memilih menuliskannya bukan secara ulasan atau rangkuman utuh cerita di dalam novel ini, karena sebenarnya dari blurbnya saja kalian sudah bisa menebak. Namun, saya berikan beberapa poin di atas, sebagai sesuatu yang menjadikan novel ini memiliki rasa berbeda dari biasanya.


Selamat membaca, salam literasi.



Postingan Terkait