Love Theft : Kisah Gadis Dan Komplotan Pencuri Karya Prisca Primasari

Love Theft : Kisah Gadis Dan Komplotan Pencuri Karya Prisca Primasari


Love Theft Prisca Primasari



Membaca buku itu, bukan sekadar menelusuri kata saja. Tapi, mencerna maksud, membangun imajinasi atau pemikiran hingga membentuk sebuah opini terhadap apa yang sudah dibaca. Itulah kenapa saya pribadi lumayan jarang membaca karya-karya penulis Indonesia yang di luar dari karya sastra. Seperti buku-buku dengan genre romance, young adult sampai teenlit Indonesia tidak banyak yang sudah saya baca.

Alasannya karena sering saya mendapati, plot ceritanya gampang ditebak, ide cerita terkait pertemuan antar-tokoh yang terlalu umum atau sering digunakan, sampai karakter tokoh yang masih kurang kuat sehingga masih bisa dirasakan dialognya seolah tidak memiliki sumber.

Kawan saya sempat memberikan informasi kepada saya terkait si penulis novel Love Theft ini, beliau mengatakan kalau karya Mbak Prisca Primasari ini bagus-bagus. Saya sempat meragukan kata BAGUS ini sampai sejauh mana. Karena, saya pernah membaca sebuah karya yang katanya bagus tapi ketika dibaca justru dialognya seperti kumpulan kutipan saja. Seolah tokohnya menjelma menjadi sang filsuf yang kesiangan.



Kartu Tanda Baca 

Judul : Love Theft || Penulis : Prisca Primasari || Halaman : 399 || Cetakan Pertama, September 2017 || Versi : Buku || Bahasa : Indonesia || Penerbit : @PenerbitInari || Rating : 4/5 || ISBN : 9786026682079



Kisah Seorang Gadis Dan Komplotan Pencuri


Frea seorang mahasiswi jurusan musik di universitas terbaik, membulatkan tekadnya untuk cuti dari kegiatan kampus setelah menguping pembicaraan bahwa dirinya tidak masuk ke dalam kandidat yang akan tampil di acara resital musik. Keputusan itu sebenarnya sudah dia yakini merupakan yang terbaik, sejak dirinya merasa percuma sudah semua yang telah diusahakan olehnya.

Gadis ini sebenarnya memiliki dua kehidupan yang berbeda, yang satu sebagai mahasiswi dan satu lagi sebagai keponakan Bos sindikat pencurian yang lumayan terorganisir dengan baik. Berisi kumpulan pencuri-pencuri dari beragam latar belakang, seperti Night yang merupakan warga negara Jepang, dimana keikut-sertaannya ini dimediasi oleh sahabatnya yang merupakan seorang anggota Yakuza.

Kemudian Liquor, cowok tampan yang dingin juga irit bicara. Dirinya bertemu dengan pamannya Frea setelah direkomendasikan oleh Tarantula sebagai pencuri dengan gerakan yang mahir. Serta Tarantula sendiri, selain sebagai pencuri dengan gerakan gesit, dia juga seorang Hacker. Ada juga Grasshopper yang merupakan seorang klepto-mania.


Sebagai keponakan Bos pencuri, Frea sendiri bukannya hanya sekadar menumpang jabatan pada sang Paman. Tapi, juga bertindak sebagai asisten yang membantu pamannya ini mengurus beberapa hal. Dari mulai mendata kolektor atau calon pembeli barang hasil curian, kemudian menyampaikan pekerjaan dan detil informasi calon korban kepada para pencuri. Sampai memastikan segalanya berjalan dengan baik, meski dia hanya diwajibkan melihat dari jauh.

Selain menjadi asisten pamannya, Frea juga memiliki kegiatan lain yaitu mengikuti kegiatan Liquor. Kegiatannya yang satu ini merupakan hal yang terkadang membuat Frea bisa merasa takjub tapi bisa juga merasa bosan setengah mati. Karena, ketika sedang tidak ada pekerjaan, Liquor hanya akan menghabiskan waktu duduk di cafe, bermain dengan dunianya sendiri yang hanya ada di pikirannya hingga mengendarai mobil di tengah kemacetan kota Jakarta tanpa kebosanan sedikit pun.

Sebenarnya ada lagi sosok lain yang selalu dinantikan oleh Frea yaitu Night. Lelaki yang memiliki wajah cantik namun sudah beristri. Statusnya itulah yang membuat Frea akhirnya harus menahan diri, apalagi Night termasuk lelaki yang sangat teramat sayang terhadap istrinya. Meski baru satu tahun bergabung dengan tim pencuri, namun Frea tampak seperti sudah mengenal Night dalam waktu yang lama. Berbeda dengan Liquor yang baginya bahkan dia masih belum bisa mengenal cowok itu dengan baik.



Tentang Kalung Imitasi Dan Pengorbanan Hingga Luka Masa Lalu


Akibat dari challenge yang ditujukan pada Liquor akhirnya Night juga harus berurusan dengan korban pencurian. Kalung yang ternyata merupakan imitasi bahkan harganya sangat teramat murah itu, membuat geger dan diberitakan dibanyak media. Ada sesuatu dari kalung tersebut yang membuat Coco Kartikaningtias si pemilik kalung, bersikukuh untuk mendapatkannya kembali.

Dengan alasan sentimentil bahwasannya kalung itu merupakan kalung pemberian Ibunya yang meninggal dalam kecelakaan pesawat. Coco akhirnya membuat luluh Night dan Frea tapi tidak dengan Liquor.

"Sudah saya katakan. Saya tidak pernah mengembalikan barang yang saya curi. Dengar. Ini kali pertama saya melakukan penawaran. Korban-korban lainnya tidak ada yang mendapatkan ganti rugi. Mereka kehilangan barang ratusan juta, bahkan miliaran rupiah begitu saja. Tapi, Anda pengecualian." ~ Hal 109

Prinsipnya itu tidak bisa diotak-atik meski keadaan bertambah gawat. Keberadaan organisasi milik Pamannya Frea bisa saja tertangkap dan dibeberkan media, ini resikonya. Hingga Frea serta Night harus mati-matian menangani semuanya demi membuat keadaan menjadi lebih baik dan menyelesaikan masalah dengan sosok gadis mantan adik-kelasnya Frea itu.

Selain kalung imitasi yang mati-matian mereka temukan akibat sudah terjual. Ada masalah lain yang membuat Frea akhirnya berusaha untuk merawat dua lelaki yang tengah mengalami berada di titik terendah dalam kehidupannya. Pada momen seperti inilah akhirnya Frea memutuskan untuk reuni kembali dengan sesuatu yang berusaha ditinggalkannya sejenak.



Aku merasa melihatnya tersenyum janggal sebelum pintu lift menutup ... tapi aku segera menggeleng, memutuskan bahwa mungkin aku hanya salah lihat. Atau terjebak tipuan cahaya. ~ Hal 181



Tentang Novel Love Theft Dan Segala Hal Yang Bercokol Di Kepala Saya


Setiap kali sehabis membaca sebuah buku, saya bertekad untuk mencari tahu sisi mana yang menarik dan ingin saya jelajahi lebih lanjut? Ini demi mengeksplorasi pemahaman saya. Seperti yang sudah saya deklarasikan sebelumnya pada paragraf pertama dimana saya jarang sekali membaca novel-novel karya Indonesia diluar sastra. Alasannya cukup sederhana : saya takut emosi karena buku yang dibaca tidak memenuhi bahkan seperempat bagian ekspektasi saya.

Begitu pula ketika saya membaca novel ini, saya tidak sedang ingin menggembor-gemborkan kalau novel ini begini dan begitu. Tidak. Saya hanya ingin katakan, dalam membuat cerita, kita biasa mengenal namanya Ide cerita, Alur, Tokoh, Setting dan segala hal berkaitan dengan cerita. Kalau dari yang pernah saya tahu Elemen-elemen dalam story telling,  Motivation atau motivasi atau alasan dasar sosok tokoh melakukan atau memutuskan sesuatu pun merupakan bagian penting yang tidak bisa dilepaskan dalam cerita.

Untuk itulah saya ingin sedikit membahas terkait novel ini dari segi saya sebagai pembaca. Gaya bahasa yang digunakan oleh Prisca ini seperti gaya bahasa karya terjemahan, pemilihan kata yang sederhana sehingga cukup ringan untuk dinikmati.

Yang paling ditakuti pamanku adalah publikasi. Publikasi besar-besaran dan bukan sekadar acara Entertainment Club. Kalau Coco yang terkenal itu menemukan markas pamanku, semua kegiatan gelap Paman bisa dipastikan akan bocor ke media. ~ Hal 88


Kemudian detil dari gerakan hingga pembangunan suasana atau kondisi dalam novel ini cukup baik, disampaikan dengan narasi deskripsi yang tegas. Sebagai contohnya saya sertakan dalam kutipan di bawah ini :


Dia terpaku. Matanya tidak berkedip. Perkataan Coco barusan seolah membekukan dirinya sampai ke tulang belulang. ~ Hal 180


Berbicara alur cerita dan plot cerita tentunya sama-sama kita memahami teknik bercerita yang paling umum seperti ; Pengenalan tokoh >> Tragedi >> Klimaks >> Penyelesaian >> Akhir Cerita. Itu hal yang paling mendasar atau bisa dikatakan basic storytelling. Keberadaan rangkaian tersebut masih digunakan bahkan oleh penulis sekaliber Stephen King. Jadi, bukan hal yang bisa dianggap enteng terkait sequence storytelling ini.

Rangkaian dasar cerita dalam novel Love Theft ini sendiri pun cukup jelas, dimana flash back para tokohnya disematkan untuk memperjelas detail namun cukup mudah dikenali dengan pembatas antar bingkai cerita. Jadi, pembaca tidak akan merasa pergeseran bingkai yang tiba-tiba, namun secara sadar mengerti terkait bingkai satu dengan bingkai cerita lainnya.

Tentang konsistensi watak / karakter tokoh dalam novelnya, Prisca berhasil membuat sosok Liquor tetap memiliki sifat keras kepala yang hingga sampai akhir masih tampak. Meski di beberapa bagian, dia sudah mulai luluh dengan prinsipnya, namun menjelang akhir keras kepala hingga sosok pendiamnya masih sama. Begitu pun dengan Night hingga Frea.

Setidaknya novel ini berhasil membuat saya manggut-manggut dan tersenyum puas. Meski harus begadang karena penasaran. Saya tidak berlebihan, karena memang Prisca mengemas rahasia dalam novel ini dengan baik sehingga penyelesaiannya tidak berada di bagian terakhir tapi menjelang bagian terakhir, kemudian dipecah-pecah fakta yang mengungkap misteri tersebut.

Jadi, itulah sebabnya saya tidak main-main menuliskan sepanjang ini demi satu buku. Tapi kenapa saya memberi penilaian 4/5? Karena novel ini memang membuat saya suka, tapi tidak membuat saya mengharuskan diri saya untuk terus mengulangnya. Berbeda dengan beberapa novel seperti Rectoverso yang bahkan tanpa bosan saya baca ketika tengah jengah dengan kehidupan.


***


Sebagai pembaca kita tentu memiliki ekspektasi, karena setiap manusia tentu memilikinya juga. Dari beberapa hal yang saya tonjolkan dari novel ini bisa saja membuat ekspektasimu melambung tinggi, saran saya, jangan terlalu ketinggian. Tetaplah berada pada takaran yang biasa, ibaratnya seperti gelas ukur, usahakan agar ekspektasimu tetap berada di pertengahan sehingga benar-benar bisa menilai dengan baik kualitas tulisan Prisca.

Karena, kalau sudah menggebu dan melewati batas ukur, bisa saja ekspektasimu meleleh karena berpikir ini akan seromantis dan semenegangkan novel Young Adult seperti karya-karyanya J. Maas. Dan, dengan memberikan batas ukur tersebut, setidaknya kita bisa melihat sesuatu yang terkadang tidak bisa kita lihat jika kita terlalu antusias.


***


Catatan tambahan, novel Love Theft ini merupakan buku kedua yang saya baca dari penerbit Inari. Awalnya saya tidak begitu merasa penasaran dengan kualitas karya yang mereka terbitkan. Apalagi saat itu saya masih antusias dengan karya dari penerbit Haru dan Spring yang notabennya sebagian besar adalah novel terjemahan.

Namun, ketika membaca pertama kali karya Orizuka berjudul Momiji itulah yang membuat saya manggut-manggut meski belum menyetujui pendapat yang akan saya katakan nanti. Dan setelah membaca novel ini saya berharap semoga pendapat saya ini tidak sekadar memuji tapi juga sebagai catatan agar penerbit Inari beserta timnya bisa meningkatkan terus kualitas karya penulis-penulis yang menerbitkan karyanya di sini.

Pendapat saya adalah Penerbit Inari tidak main-main bahkan tidak sekadar menerbitkan saja, tapi juga mempertimbangkan dalam berbagai sisi kualitas cerita. Baik Momiji maupun Love Theft memiliki identik yang sama yaitu basic storytelling yang dipertahankan. Sehingga saya berpikir kalau editor-editor di Penerbit Inari ini memiliki selera yang lumayan.

Untuk itulah, saya berharap semoga Penerbit Inari bisa menerbitkan novel-novel yang penulisnya mengemas cerita dengan kemasan yang baik, jelas, tidak bertele-tele atau sekadar menye-menye belaka. Tapi ada sesuatu yang bisa ditampilkan menjadi kekuatan dari karya tersebut.


Buat pembaca yang penasaran. Selamat membaca ! Jika berkesempatan mengunjungi blog saya ini, jangan lupa tinggalkan komentar atau pendapatmu terkait novel Love Theft.


Happy Reading~




NB : Ada Giveaway berhadial 1 copy novel Love Theft di akun Instagram @alenaslibrary 


Postingan Terkait