Conspirata : Marcus Tullius Cicero by Robert Harris
Marcus Tullius Cicero
Cicero telah terpilih sebagai calon konsul yang menang pemilu, dialah yang akan memimpin sidang pembukaan senat. Pada masa itu, pengesahan konsul terpilih dimulai pada awal tahun baru. Sehingga Cicero masih memiliki waktu untuk mempersiapkan pidato pelantikan, juga mempersiapkan dirinya terhadap sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya.
Cicero memiliki seorang asisten bernama Tiro, yang pada menuliskan sebuah karya yaitu biografi tentang orator dan negarawan romawi, Cicero. Usia Tiro tiga tahun lebih muda, namun kehidupannya lebih lama daripada sang majikan. Dahulu, pekerjaan Tiro adalah menjadi sekretaris sang konsul. Dialah yang mencatat setiap pidato di senat secara verbatum dan sistem stenografinya yang disebut Notae Tironianae, masih digunakan di gereja pada abad keenam, bahkan sebagian sisanya (simbol : &, singkatan : etc, NB, i.e, e.g) masih digunakan hingga sekarang.
Conspirata sebuah karya Robert Harris dengan mengombinasikan fiksi serta kenyataan, penggabungan antara perluasan gambaran dari Harris dan hasil catatan Tiro. Karya ini menyuguhkan banyak adegan yang akan membuat kita terpana, terhadap makna konspirasi itu sendiri serta seperti apa politik yang busuk, yang ternyata sudah dimulai sejak sebelum masehi. Dalam buku ini, kita akan diajak juga untuk memperluas wawasan melalui istilah-istilah politik republik romawi, juga diajak berkenalan dengan banyak tokoh yang terkenal di dalamnya.
Buku ini terbagi ke dalam 2 bagian yaitu : Konsul 63 SM dan Pater Patriae 62-58 SM. Di bagi lagi menjadi beberapa bab dalam tiap bagiannya, dimana pada satu bab berisi peristiwa satu yang terhubung dengan peristiwa lainnya dalam bab lain. Dengan jumlah halaman yang lumayan banyak per satu babnya, bagi saya yang terbiasa membaca buku dengan jumlah halaman per satu babnya sedikit, cukup membutuhkan energi. Karena, ketika akhir satu bab selesai, itu pertanda saya bisa istirahat sejenak.
Kartu Tanda Buku
Judul : Conspirata || Penulis : Robert Harris || Halaman : 504 || Cetakan : Oktober 2011 || Penerbit : Gramedia Pustaka Utama || LBABI : 4 || Rating : || ISBN : 9789792276190
Jangankan memimpin Republik, menyelamatkannya pun sungguh pekerjaan tanpa penghargaan.
¬ Pidato Cicero
Tidak ada yang dapat menyangka, keberadaan Cicero sang konsul terpilih yang ternyata bukan berasal dari keluarga kaya. Ini sempat menimbulkan kecurigaan dari beberapa pihak, terkait Cicero yang menyogok demi jabatan ini. Terlebih, pada buku pertama yaitu Imperium, berisi fakta bahwa Cicero merupakan pengacara miskin namun demi keadilan ditegakkan, dirinya rela mengesampingkan rasa malunya.
Pun demikian, ketika hari sebelum Cicero menjabat menjadi konsul, sebuah tragedi mengejutkan di pagi buta. Ditemukan mayat seorang budak dalam keadaan sangat menyeramkan. Tubuhnya terbelah menjadi dua dan organ tubuhnya banyak yang menghilang. Pihak kepolisian, menyatakan bahwa bisa saja ikan-ikan di sungai tersebut yang memakan organ dalam tubuh budak ini. Tiro menganggap ini seperti sebuah pertanda, bahwa masa jabatan Cicero akan terasa sangat berat.
Belum juga selesai kasus pembunuhan seorang budak dan membuangnya ke sungai, kasus lainnya muncul, pendakwaan Rabirius oleh Cesar. Dia didakwa sebagai orang yang telah melakukan penganiayaan bertahun-tahun silam. Bahkan Rabirius tidak ingat apakah dia pernah melakukan hal tersebut atau tidak. Seorang lelaki yang bahkan sudah tidak memiliki kapasitas untuk mengingat lagi.
Selain itu Cesar dengan serta merta, menggunakan kekuasaan kawannya dengan membuat hukum yang baru. Dimana hukum ini justru membela para kaum populis namun memberatkan orang di luar lingkup populis. Ini justru menyudutkan Cicero dan memperlambat geraknya, sementara banyak orang yang mempertanyakan bagaimana penyelesaian kasus-kasus tersebut. Dibantu oleh kawan-kawannya, Cicero akhirnya menemukan jawaban akan pembunuhan sang budak dan maksud serta tujuannya.
Tak perlu memakan waktu yang lama, siapa pelaku pembunuhan tersebut terjawab sudah justru di halaman 80-an. Dimana, kemudian konflik semakin berkembang dari satu bab ke bab lainnya, dibumbui dengan beragam persengkokolan (konspirasi) dari anggota lainnya.
Bersikaplah jantan. Ingatlah betapa pentingnya posisimu. Pertimbangkan apa yang harus kaulakukan sekarang dan mintalah bantuan di mana pun kaut temukan - bahkan dari yang terendah dari antara yang rendah. ~ Cicero
Cicero adalah lelaki yang pandai. Dia mengetahui trik-trik apa yang tengah dimainkan oleh musuhnya, sehingga dia bisa selangkah lebih maju dalam beberapa hal. Seperti ketika dia berusaha bersekutu dengan Hybrida, contohnya. Ini justru mampu membungkam banyak orang, namun tetap saja, ini baru permulaan. Kelicikan sang musuh lebih lihai ketimbang apa yang Cicero - dan kawan-kawan setianya - bayangkan.
Kasus Rabirius berhasil selesai dengan baik. Namun, tidak ada yang menyangka bahwa nyawa Cicero akan terancam oleh para musuhnya. Mereka berusaha menyudutkan Cicero dengan beragam cara. Sementara itu, banyak para sahabatnya, yang berusaha untuk mencegah Cicero berjalan-jalan di tempat umum demi menyelamatkan nyawanya. Siapa yang bisa menjamin, bahwa bantuan itu bisa berasal dari mana saja, bahkan dari seorang yang ikut serta dalam arus persengkokolan. Kemudian membocorkan rahasia tersebut.
Patriotisme dan integritas Cato tidak mengubah kenyataan bahwa kadang-kadang dia adalah kelemahan politik. Dia berbicara di senat seolah-olah sedang tinggal di Republik Plato, bukan comberan Romulus. ~ Surat Cicero Kepada Atticus
Tibalah di bagian kedua pada buku ini, yang berisi kisah ketika Cicero telah menyelesaikan masa jabatannya. Banyak hal yang terjadi usai pengunduran dan pencabutan jabatan orang-orang ternama lainnya. Selain itu, tidak dapat disangka, persengkokolan masih terus dijalankan, bukan lagi demi menjatuhkan jabatan Cicero, tapi untuk mendapatkan vote terbanyak bagi pemimpin baru.
Selain itu, di bab ini kita akan dihadapkan pada akhir yang mengharukan, tentang sebuah kesetiaan, tentang bagaimana seorang yang telah menorehkan sejarah demi menegakkan keadilan justru berakhir mengenaskan. Tentang politik yang teramat memusingkan, namun tetap menarik untuk diikuti karena dibumbi oleh adu strategi antar pihak.
Tak dapat dielakkan lagi, nyawa tetap berharga, sehingga Cicero harus mengasingkan diri dari para musuhnya. Terlebih dentang peperangan berbunyi sebagai sebuah tanda dirinya harus segera mengundurkan diri dari kehidupan. Dia menitipkan orang-orang yang dikasihinya kepada sahabatnya. Dan menghabiskan waktu menyendiri dalam kurungan yang tak tersentuh oleh siapapun.