Ulasan Kumpulan Cerpen Damba, Lara dan Cinta Stefano Romano
Buku Damba, Lara dan Cinta merupakan buku pertama karya kang Stefano Romano yang aku baca. Aku mengenal beliau baru saja, saat ia berkunjung ke sekolah tempatku pernah mengajar. Aku mengenalnya sebagai fotografer. Tapi, ternyata beliau juga seorang penulis yang karyanya sudah banyak beredar.
Meski ini buku pertama, jujur, aku benar-benar bisa membangun suasana seperti yang digambarkan pada narasi dalam cerita pendek yang terkumpul di dalam buku ini. Detail seperti latar cerita, suasana, perasaan, semua tertuang dengan rapi dan apik. Sebagai pembaca aku bisa ikut serta dengan kebingungan sang tokoh, kegelisahan, kegundahan, rasa rindu hingga kehampaannya.
Mungkin, ulasanku ini tidak begitu menjanjikan sebagaimana ulasan pembaca buku kang Stefano lainnya. Yang mampu membahas segala macam rupa terkait buku ini. Tapi, harapanku, ulasan yang tak cukup sempurna ini bisa tersampaikan pesanku bahwa novel ini sangat aku rekomendasikan bagi siapa saja yang menyukai Asian Literature. Meskipun bukan ditulis oleh orang Asia. Tapi, budaya serta kondisi sosial dan masyarakatnya benar-benar kental.
Buatku, justru sudut pandang kang Stefano Romano lebih netral dan apa adanya terhadap kondisi serta konflik yang dihadapi oleh para tokohnya. Tidak condong dalam pembelaan satu sisi, tapi menunjukkan secara keseluruhan apa adanya yang dihadapi oleh sang tokoh. Sehingga pembaca bisa menelaah sendiri, merasakan sendiri dan memberikan pertimbangan sendiri terhadap apa yang dialami oleh mereka.
Kumpulan Cerita Pendek Damba, Lara dan Cinta
Ada hal yang tersirat dengan sangat menonjol setelah menyelesaikan bacaan ini. Yaitu, bukti bahwa perempuan adalah ras terkuat di muka bumi. Bukan sebagai sindiran namun sebagai penguat berdasarkan pengalaman mereka yang menjadi tokoh dalam buku ini.
Buku ini merupakan kumpulan enam cerita dari enam wanita yang berasal dari negara berbeda. Bukan sekadar kisah roman picisan ceritanya. Bahkan, memuat hal yang paling menonjol berupa adat, budaya dan sosial masyarakat serta politik di masing - masing negara tempat enam wanita ini tinggal.
Kisah pertama dibuka dengan sosok wanita bernama Daisy pemilik toko di Myanmar. Ketika kondisi di sana sedang memanas akibat bentrok antara masyarakat dengan tentara. Alasan utama tentu karena situasi politik di sana saat itu tak baik-baik saja. Namun, wanita yang dipanggil anaknya "Mai mai" menjadi simbol ketangguhan wanita. Ia hidup tanpa suami, tetap membuka tokonya di tengah hiruk pikuk pendemo yang memadati jalan depan tokonya.
Sesekali terdengar suara teriakan dan kekerasan dari dalam tokonya. Ia bersama Ibu dan anak perempuannya, menjadi perwakilan tiga generasi yang tetap baik-baik saja meski tanpa sosok lelaki. Yang kehidupan mereka tetap berjalan meski situasi kondisi sedang tidak kondusif. Bahkan, bonding antara mereka tetap ada, dengan kegiatan mengenakan masker untuk kulit bersama seusai beraktivitas.
Ada lagi seorang wanita yang bekerja di luar negeri sebagai tenaga asing, bernama Tita. Ia berasal dari filipina. Bekerja sebagai asisten rumah tangga di rumah orang italia. Suaminya sempat mengalami sakit keras dan minta dipulangkan ke kampung halamannya. Sebagai seorang pekerja asing, pengalamannya sama seperti TKW di Indonesia.
Dijadikan tulang punggung dan sumber pendapatan bagi keluarga, bahkan keluarga besar. Uang gajinya sering diminta untuk membangun rumah yang katanya akan menjadi tempat tinggal nyaman bagi sang suami. Sering juga meminta uang untuk pengobatan sang suami. Namun, ketika kembali ke filipina, sang suami justru sedang memadu dengan wanita lain.
Bekerja di luar negeri sebagai asisten rumah tangga sebenarnya tak sebesar itu gajinya. Tapi, Tita justru menerima saja saat keluarga suaminya terus meminta padanya. Mengatakan bahwa suaminya akan senang. Padahal, kenyataan yang ada justru sangat menyedihkan. Dan ternyata, ini juga terjadi dalam kehidupan tenaga asing di negara asia lainnya. Terutama sering menimpa mereka para perempuan. Menjadi tulang punggung sementara kesetiaan mereka dianggap angin lalu.
Kisah Punee dari Thailand juga tak kalah menarik. Ia tidak begitu menyedihkan cerita Tita, Soma dan Daisy. Namun, dari kisahnya ada banyak sekali kenangan masa kecil tentang seorang anak yang mendamba kebersamaan dengan seseorang.
Masa kecil yang kemudian merekam banyak pengalaman berupa budaya dan adat istiadat serta kondisi sosial yang cukup kuat. Dimulai dari festival hari Raja yang ada di Thailand. Bagaimana orang Thailand berkehidupan sehari-hari. Serta narasi tentang kehidupan biksu yang sedikit tapi justru bisa memberikan wawasan untuk pembaca.
Informasi Kartu Tanda Buku
Judul : Damba, Lara dan Cinta
Penulis : Stefano Romano
Halaman : 134
Format : Buku fisik
Bahasa : Indonesia Terjemahan
Sampul : Sukutangan
Terbit : 2022
Diterbitkan oleh Mekar Cipta Lestari
ISBN : 9786235915197
Buku Damba, Lara dan Cinta
Membaca buku ini membuatku merasa dihujani banyak sekali perasaan yang berkecamuk. Dari kisah Daisy aku merasakan adanya pengharapan (Damba) sosok wanita pada kehangatan dan kasih sayang. Namun, di sisi kehidupannya hal itu hanya menempati sedikit saja dalam hatinya. Sisanya adalah perjuangan untuk melanjutkan hidupnya dan keluarganya.
Rasa yang terekam dalam kisah Tita, mewakili Lara dimana ini juga dialami oleh banyak TKW Indonesia. Perempuan selalu harus berebut kasih dengan lelaki lain padahal kesetiaan sudah ditancapkan dalam sebuah pernikahan. Sang perempuan yang diwakili Tita, seperti tak memiliki harga selain dijadikan sebagai mesin penghasil uang. Ia diperlakukan seperti tak memiliki hati dan perasaan oleh keluarga besarnya. Dan wajar ketika Tita justru merasa nyaman bersama keluarga majikannya. Atas dasar tak mau ditinggal agar tak perlu mencari asisten baru, ia diperlakukan sangat baik. Bukan karena cinta yang tulus tapi cinta yang dikemas untuk membuat seseorang betah di suatu tempat dan enggan berpaling meski suatu ketika ia juga bisa didepak tanpa alasan.
Dalam kisah Mak Saodah inilah Cinta diwakilkan. Tentang kesetiaan seorang perempuan dalam pernikahan. Yang membuatnya tak ayal selalu mendambakan sesekali hal yang pernah ia rasakan sebelumnya. Cinta yang membuatnya bertahan dengan kehidupan hingga maut menjelang.
Sementara, pada kisah Soma, semua bercampur aduk. Damba, Lara dan Cinta bersatu dalam kehidupan bocah remaja yang menolak perjodohan di keluarganya. Seperti perempuan lain di India, yang masih harus ditentukan takdir jodohnya oleh keluarga. Meski kemudian ia menjalani Lara dalam hidupnya yang menyedihkan. Namun, keberuntungannya memiliki orangtua yang sangat mengasihinya membuat Soma mampu bertahan. Damba dan Cinta memang hadir, tapi yang menarik adalah betapa luas kesabaran kedua orangtuanya hingga mereka berusaha semaksimal yang mereka bisa.
Buku ini meski berisi 134 lembar. Tidak tebal sama sekali. Tapi, berisi cerita yang penuh dengan unsur. Cerita yang kaya akan budaya, adat, sosial, politik, ekonomi, cinta, kesedihan hingga agama. Semua bercampur membentuk adonan yang menjadikan ceritanya enak dinikmati, mengalir dan meninggalkan banyak kesan mendalam bagi pembaca.
Teman-teman yang senang membaca buku cerita pendek. Tidak berat namun bukan karya seadanya. Kuat akan narasi sehingga asik untuk dibaca. Sebaiknya siapkan diri dan mulai membaca buku ini untuk pengalaman membaca yang menyegarkan dan menambah wawasan.