Novel Dayon Dengan Budaya Minang Yang Kuat


Novel dayon


Menyelesaikan novel Dayon yang ditulis oleh mantan jurnalis Akmal Nasery, membuatku seperti tengah melakukan perjalanan ke luar pulau Jawa. Bersama kehidupan masa kecil Dayon, Jems Boyon, di daerah bernama Kapau yang terletak di Sumatera Barat. Aku ikut eksplorasi tempat-tempat yang cukup baru untukku.

Kapau, terkenal dengan nasi Kapau yang bagi orang pemula dan kurang paham dengan budaya serta kuliner dari Sumatera Barat. Ini seperti hidangan Nasi Padang. Dan memang nasi Kapau ini berbeda dari nasa padang, ini menurut pendapat Dayon. Namun, baru-baru ini aku melihat ada yang benar-benar menuliskan nama warung nasinya dengan Nasi Kapau di wilayah Bekasi.

Dan Kapau ternyata berasal dari nama daerah yang menjadi tempat tinggal Boyon. Dia lahir dari pasangan Abak dan Mak yang menyukai film. Keduanya baru saja menikmati film laga namun tak lama kemudian Maknya Boyon merasakan calon bayinya akan segera keluar. Dan kisah Boyon pun dimulai dari tempat yang dekat dengan kota Bukittinggi.

Kartu Tanda Buku

Judul : Dayon

Penulis : Akmal Nasery

Halaman : 324

Format : Ebook

Bahasa : Indonesia

Baca di : Aplikasi Gramedia Digital

Diterbitkan oleh MCL Publisher

ISBN : 9786239606749

 Yang Membuatku Tertarik Dengan Novel Dayon

Tulisan ini tentu akan banyak mengungkapkan bagian-bagian yang aku sukai saja. Tentu ada banyak bagian lain yang sebenarnya menarik tapi mungkin luput dari pandanganku. Karena itu, enggak ada salahnya untuk mencoba menikmati sendiri novel bersampul biru dengan karakter bertubuh gemuk yang berada di antara tulisan Dayon.

Ulasan novel dayon


Kecintaan Terhadap Film

Sebagai gambaran darimana Boyon menyukai film, semua ini bermula dari kegemaran kedua orangtua Boyon menonton film. Bahkan, ketika menentukan nama untuk anak mereka satu-satunya ini. Keduanya sempat berdiskusi panjang.

Hingga tercetuslah nama Jems Boyon yang berasal dari film yang sudah ditonton Abak dan Mak. Jems Boyon tentunya memang terdengar seperti itu bagi orang awam. Meski bagi yang mengetahui kalau nama itu berasal dari nama James Bond.

Meski begitu, nama Boyon yang aneh ini sebenarnya enggak terlalu aneh. Sebab teman-temannya juga banyak yang namanya aneh. 

Boyon waktu beranjak remaja, senang sekali menghabiskan waktu bersama Ijaff, sebab di sna ia bisa menonton film bersama. Dari situlah hingga kemudian dia duduk di bangku SMA. Boyon melanjutkan kesukaannya menonton film dengan sering mengunjungi Bioskop Sovia.

Penjaga Bioskop Sovia Bukittinggi bernama Ajo Ronal yang mengizinkannya menonton film-film Indonesia dengan tanpa biaya. Bahkan, Ajo Ronal menolak uang pemberian Boyon dan tetap mengizinkannya menonton. Tapi, syaratnya hanya satu, Boyon baru bisa menonton ketika tengah malam. Saat bioskop sudah berhenti beroperasi normal.

Dari film Indonesia itulah. Boyon bertekad untuk menjadi sutradara. Hingga ia menolak tawaran dari pihak sekolah untuk masuk ke universitas seperti ITB. Ia justru bulat tekadnya untuk mengikuti ujian masuk di IKJ. 

Benar saja, ia mulai mengikuti kuliah seperti biasa. Namun, semenjak mengetahui kebenaran yang dirahasiakan abak-nya. Boyon justru semakin bersemangat. Ia mulai melamar menjadi stuntman. Kemudian, berusaha untuk terlibat dalam proses pembuatan film meskipun bayarannya tidak besar sama sekali.

Hingga kemudian, ia berhasil mendapat kesempatan untuk mewujudkan pembuatan film pertamanya yang berjudul Ode to My Father. Pertemuan Boyon dengan Uda Akmal, membuatnya terinspirasi untuk membuat film tentang abak-nya.

Narasi Tentang Budaya Lokal Yang Kuat

“Panorama lingkunganku adalah sawah, ladang jagung, tumbuhan semak belukar seperti jelatang, beluntas, krokot, ilalang, rumput bambu, rumput balam, daun kentut, putri malu, tempuyung dan berbagai jenis bunga yang kuketahui namanya sampai yang hanya kukenal bentuknya.”

Penggambaran ketika Dayon menyeritakan masa kecilnya inilah yang membuatku sangat tertarik. Sebab, ketika ia menggambarkan bagaimana suasana di Kapau terutama di tempat tinggalnya, sangat detil. Apalagi ketika ia menggambarkan semuanya, membuatku ingin mengunjungi tempat tersebut.

Terselipkan juga mitos yang banyak dipercaya di tempat tersebut. Seperti penampakan Kuau Raja yang konon adalah unggas yang bentuknya mirip burung cendrawasih tapi di Kapau ini burung tersebut tidak ada yang pernah melihatnya. Yang bisa melihat hanya orang tertentu saja katanya.

Yang menarik lainnya yaitu pengenalan budaya melalui kisah Boyon saat masih SMP. Ketika ada acara malam bainai di rumah kepala dusun. Yaitu sebuah tradisi dari Minang ketika anak perempuan yang akan menikah, dikunjungi keluarga dari pihak Ayah sebagai simbol si anak ini sudah dewasa dan siap berumah tangga. Pada tradisi Malam Bainai ini akan ada banyak makanan yang dihidangkan untuk para tamu yang datang. Bahkan, masyarakat sekitar juga sering diundang.

Hubungan Persahabatan Dan Kekeluargaan Yang Erat

Boyon tetap menjadi Boyon yang tak perlu mabuk untuk menjadi keren. Tak perlu mengumbar kebohongan hanya untuk tampak hebat. Tak perlu menjadi sok idealis apalagi sok kaya hanya untuk diterima oleh teman-temannya.

Bahkan, Boyon tetap menjadi anak dengan nilai yang memukau di SMA. Meskipun absennya cukup menyedihkan. Ia mengakui bahwa masa remajanya banyak dipengaruhi oleh karakter teman-teman lainnya. Masih tetap menjalankan solat lima waktu seperti Ibnu, terkadang bolos sekolah untuk menjelajahi banyak hal yang dia suka. Seperti ketika ia jalan-jalan dengan seorang pemilik toko buku milik Bandaro Sinaro.

Dengan Abak dan Mak-nya pun Boyon tetap menjadi anak yang patuh. Ia tidak pernah mau merepotkan keduanya. Dan berusaha untuk mencari uang sambil sekolah. Dengan menjual tulisannya ke majalah maupun koran. Dari bayaran yang ia dapat, ia bisa membantu meringankan beban orangtuanya.

Meskipun setelah itu, abak-nya memutuskan untuk berhenti menjadi asisten di ladang tetangganya. Kemudian, berjualan bubur kampiun. Sementara mak-nya, menjadi relawan di puskesmas, dengan alasan agar dapat obat gratis. Semua menjalankan porsi masing-masing sebagai keluarga yang saling mencintai.

Ini yang aku suka, menjadi diri sendiri tanpa harus mengorbankan kebahagiaan orangtua. Tapi, tetap menjadi hebat dan membanggakan. 

Review novel dayon


Novel Dayon Mengalir Dengan Lancar Tanpa Riak Dalam

Konflik yang disajikan dalam novel ini buatku sebenarnya enggak terlalu runcing. Ada terselip di beberapa bagian seperti ketika Boyon yang iseng menebarkan katak di tempat peserta silat menginap. Dan yang paling tampak, saat Sabai harus meminta izin pada orangtuanya. 

Sisanya, tidak ada konflik yang begitu menegangkan hingga membuat Dayon harus kehilangan banyak hal. Tapi, walaupun demikian tetap novel ini sangat menyenangkan untuk dinikmati. Karena, membuat pembaca bisa santai tanpa harus terkejut dengan konflik apalagi mungkin ikut emosional.

Ya meskipun ketika fakta tentang rahasia Abak diungkap. Tak bohong bahwa aku juga ikut merasa haru dan bercampur aduk dalam hatiku. Karena, kisah kekeluargaan mereka ini cukup indah dan menyenangkan. Bukan untuk dipamerkan tapi sebagai pengingat bahwa terkadang kita butuh sesuatu untuk tetap berjuang maju ke depan.

Overall, aku merekomendasikan novel ini untuk teman-teman yang suka dengan novel yang penggambaran latar sampai nuansa lokal yang lumayan kuat. Seperti novel Misi dan Siri’, keduanya juga menyajikan narasi kebudayaan dan latar yang kuat.


Postingan Terkait