Resensi Novel Misi Karya Asmayani Kusrini


Resensi novel misi


Udah beberapa kali penasaran sama buku Misi karena konon menyeritakan Tana Toraja dengan detil. Apalagi saat kak Utamy Ningsih yang memang asli Toraja sampai bilang, “jadi rindu ingin ke Toraja lagi.” Makin menjadi pula aku untuk membaca buku ini. Oiya, kak Utamy yang kusebut ini memang asli Toraja, tapi saat ini sedang bermukim di luar daerahnya.

Bagi yang ingin membaca novel ini, pastikan keadaanmu baik-baik saja, ya. Sebenarnya narasinya enak banget diikuti. Ibaratnya kue bolu Jepang yang terasa lembut, manis, enggak bikin seret tapi justru membuat ingin tambah lagi. Cuma, ada beberapa pengalaman tokohnya yang harus berhadapan dengan trauma terutama yang berkaitan dengan pelecehan seksual dan kekerasan seksual. Jadi, bagi yang masih belum bisa membaca novel dengan konten terkait, sebaiknya ditunda dulu keinginannya untuk membaca Misi.


Kartu Tanda Buku

Judul : Misi

Penulis : Asmayani Kusrini

Halaman : 326

Bahasa : Indonesia

Format : Ebook Playbook

Diterbitkan oleh MCL publisher

ISBN: 9786239822309


Tentang Penulis Novel Misi

Sekilas tentang Asmayani Kusrini dari website koalisiseni.or.id, beliau adalah seorang penulis lepas dan juga jurnalis. Tinggal di Belgia, dan ini yang membuat narasinya tentang perjalanan Misi menuju Yunani terasa sangat detil. Bahkan, aku sendiri merasa seperti berada di sana dan penasaran dengan tempat-tempat yang dituliskannya. 

Ia juga merupakan koresponden Tempo. Maka dari itu, tak heran dengan gaya penulisannya yang asik, bikin pembaca nyaman padahal isu yang diangkat terkait perempuan ini lumayan serius. Apalagi beberapa tokoh di sini didominasi memiliki pengalaman yang bisa dibilang cukup traumatis. Seperti Zap, yang bahkan kehilangan penglihatannya akibat sesuatu yang menimpanya. Hingga selaput matanya hanya tampak berwarna putih dan ada bekas carutan yang tampak sangat jelas di wajahnya.

Penggambaran betapa eksotisnya Tana Toraja, bagai keindahan yang menyimpan luka bagi tokoh yang menjalani kehidupan di sana. Anak-anak yang tak pernah dijemput oleh orangtuanya. Kehidupan seorang Ne’Tabi yang berduka karena ditinggal oleh orang yang sangat dicintai olehnya. Hingga hatinya yang terluka karena harus berpisah jauh dari cucu yang senantiasa mengingatkannya pada anaknya yang tersayang.

Namun, tetap saja, meski ada kisah memilukan di balik setiap senyum dan tawa. Cara Asmayani membawa pembaca menelusuri hutan-hutan di Pitueran hingga Szeged di Hungaria. Membuat aku sampai-sampai penasaran dengan lokasi-lokasi yang disebutkan di dalam novel ini. Wajar jika kak Asmayani bisa memberikan gambaran yang demikian detil. Beliau memang lahir di pulau yang sama dengan tempat Misi serta Ne’Tabi. Juga menjalani kehidupan di Belgia yang membuat semua perjalanan Misi, Zap, Seb, Eduardo dan Rhandra ke Yunani tampak sangat nyata. Bagai membaca novel traveling dengan campuran slice of life.

Monemvasia novel misi


Novel Misi

Prolog dalam cerita ini akan kerap diulang-ulang di beberapa bagian dalam novel. Yang senantiasa terngiang dan menjadi mimpi buruk bagi Misi saat ia dalam perjalanan menuju Makassar dengan menggunakan bus. Nahasnya di perjalanan tersebut ia menjadi korban pelecehan seksual dan hampir saja diperkosa.

Misi berhasil melepaskan diri dari cengkeraman para mahasiswa dari universitas ternama itu. Dengan menggunakan sebilah pisau lipat yang tumpul. Selanjutnya, memasuki bab awal tersiar kabar bahwa keponakan Sersan Simon Patondokanambun menikam seorang mahasiswa dan ditangkap polisi di Enrekang. 

Berita yang awalnya hanya satu kalimat itu diterima oleh Kopral Elias yang sedang berjaga. Namun, karena warga di Desa Boko’lino ini sudah tau atau bisa dibilang terlalu sok tau. Terkait siapa saja keponakan Sersan Simon yang mungkin dan memiliki peluang paling besar untuk berbuat masalah seperti itu, mereka semua langsung menyebut nama Nathan tanpa tedeng aling-aling.

Nathan memang salah satu keponakan Sersan Simon. Dia memang terkenal di desa Boko’lino terutama di Piteuran sebagai anak yang nakalnya bukan main. Selalu ada saja masalah yang dibuat olehnya. Sampai-sampai, ketika berita ini tersiar, bukannya buru-buru Papa’ Rendy mengirimkan kabar. Ia masih bisa santai sambil mengatakan kalau itu pasti ulah Nathan.

Jujur, saat membaca kisah pembuka yang menegangkan. Sempat bersiap untuk membaca novel yang sepertinya akan membuatku tegang, mengerutkan kening karena berpikir keras atau mungkin mengurut dada karena terlampau emosi. Tapi, ternyata dugaanku salah.

Salah besar, bisa dikatakan demikian. Karena, novel ini justru membawaku menjadi anak kecil dan berteman dengan misi menjelajahi Piteuran. Sesekali juga menjadi seorang perempuan Indonesia yang terdampar di negeri asing menemani Misi. Bahkan, ketika kegemparan di bab awal membuat desa Boko’lino yang tadinya sunyi justru ramai akibat berita tersebut. Malah membuatku tertawa dan penasaran sekaligus.

Bagaimana tidak? Bayangkan saja, kak Asmayani sebagai penjahit seperti Ne’Tabi, yang menjahit baju dengan kain yang berbeda-beda. Tapi, ketika sudah menjadi pakaian, justru tampak bagus jadinya. Begitu pula dengan cerita di dalamnya. Setelah kabar tersiar, kita akan diajak berkenalan sedikit dengan sosok hebat bernama Ne’Tabi.


Ne’Tabi Yang Mengasuh Cucu

Sosok Ne’Tabi inilah yang menjadikan cucu-cucunya seperti Misi menjalani kehidupan yang keras dengan cukup kuat. Tidak hanya Misi, Salu juga sama kuatnya hingga dia masih mampu bertahan meski kehilangan anaknya yang meninggal dunia. Bahkan, sosok Nathan yang sering menjadi pembicaraan pun bisa dikatakan menjalani kehidupan yang baik.

"Orang Toraja adalah orang pemberani, pejuang yang tidak mudah menyerah.”

Aku tahu, kalau kalimat ini sebenarnya bukan untuk Orang Toraja saja. Tapi, melalui kisah Misi, kita mungkin diingatkan kembali untuk tidak mudah menyerah terutama pada kehidupan. Namun, sebelum kita beralih ke Misi, ada sosok Ne’Tabi yang tidak kalah kuatnya. Yang tentunya berhasil pula menurunkan didikan tersebut hingga membuat Misi juga menjadi pejuang yang tidak mudah menyerah.

Anak-anak akan selalu mengikuti atau meniru orang-orang yang ada di sekitar mereka. Begitupun cucu-cucu Ne’Tabi yang hadir dari anak-anak yang berasal dari bapak berbeda. Suami pertama Ne’Tabi merupakan lelaki yang membuatnya harus berjuang lebih kuat di awal pernikahannya. Banyak hal yang membuatnya demikian tak lelahnya berjuang, hingga akhirnya ia menjadi seorang wanita yang tampak tegas dan kuat.

Dari pernikahan pertamanya itu Ne’Tabi melahirkan beberapa anak. Dan tak lama, ia kembali menemukan kehidupan pernikahan yang ia impikan. Pernikahan keduanya inilah yang melahirkan buah hati bernama Maria. Ia adalah ibunya Misi. Dari pernikahan yang keduanya ini pula Ne’Tabi menjalani usaha menjahitnya yang terkenal di daerah tersebut. 

Namun, malang tak dapat ditolak. Suami keduanya meninggal saat perjalanan mengantar barang pesanan ketika geliat PKI tak terbendung. Duka mendalam membuatnya sempat menangis berhari-hari. Hingga kemudian, duka tersebut membuatnya anti terhadap airmata. Dan itulah alasan kenapa ia selalu mengatakan “Jangan menangis.” Kepada Misi ketika ia harus keluar dari Piteuran.

Jadi, di Piteurang ini, cucu-cucu Ne’Tabi diasuh karena anak-anaknya harus bekerja di luar dari wilayah Piterurang. Seperti Salu, yang harus ditinggal karena orangtuanya bekerja di tempat yang jauh. Dan di sini pula, semua cucu-cucunya dididik dengan demikian keras dan disiplin.

Semua anak memiliki jatah memetik hasil kebun, menjaga hewan ternak, menjaga sepupu mereka yang lebih kecil sampai mengikuti bela diri. Pelatihan bela diri ini sendiri diajarkan langsung oleh Om Simon, anak dari Ne’Tabi yang memilih untuk tetap ditugaskan di Boko’Lino walaupun tidak mendapat kenaikan jaminan. Dia tidak ingin tinggal jauh dari Ibunya, terutama karena hanya dia yang memang akhirnya menjadi pengganti sosok ‘ayah’ bagi keponakan-keponakannya.


Tragedi Enrekang Dan Kehidupan Misi Sebagai Orang Asing

Pelecehan seksual yang menimpa Misi saat ia di perjalanan menuju Makassar demi mencari sosok Bapaknya, terjadi di wilayah Enrekang. Karena itulah, ia dibawa ke kantor polisi Enrekang.

Sesampainya di sana, para mahasiswa itu masih bersikeras kalau semua itu adalah salah Misi. Berkali-kali pula ia diteriaki "Lonte" oleh mereka. Dan ketika Ne'Tabi bersama Om Simon datang. Tanpa banyak bicara ia langsung memeluk neneknya sambil menangis.

Namun, dari kejadian inilah justru yang membuat Misi harus ikut Ibu Julia menemani anaknya yang bernama Mbak Jess. Kali pertama dalam hidup Misi, ia keluar dari Pateuran. Dan juga pertama dalam hidupnya, ia membenci neneknya karena telah 'mengusir' dirinya.

Setelah itu, kehidupan Misi berubah drastis. Ia merasa asing di negeri asing. Tempat terjauh yang awalnya ia kira bernama Jakarta. Justru tak lagi menjadi tempat yang jauh. Sebab, setelah itu ia tinggal di Inggris hingga Brussels karena mengikuti Mbak Jess, yang mengaku sebagai sepupunya Misi.

Brussels novel misi


Kisah kehidupan Misi ini sering maju mundur. Momen Misi dalam perjalanan menuju Yunani demi menghadiri resepsi pernikahan pemilik tempat kosnya ini adalah masa sekarang. Dan selama perjalanan itu pula, Misi berkali-kali flashback ke masa lalu ketika ia berada di Desa Boko'lino bersama Ne'Tabi dan sepupu-sepupunya.


Novel Traveler Berbalut Sejarah Dan Isu Perempuan

Narasi yang mengemas novel Misi ini asik diikuti sebab berisi diksi yang sederhana sehingga mudah dicerna dan dinikmati. Novel ini seperti kisah perjalanan yang dibubuhi kenangan-kenangan yang dihinggapi tokoh utama.

Ciri khas dari traveler itu apa? Tentunya perjalanan dan eksplorasi suatu tempat. Mengungkap sejarah di tempat tersebut. Hingga berkelana mencicipi semua rasa makanan yang unik dari daerah tersebut. Inilah yang menjadi daya tarik dari novel Misi.

Pembaca bisa berjalan-jalan sambil berlarian di Piteuran yang menanjak. Sesekali juga ikut menikmati makanan khas dari Tana Toraja. Juga, menikmati perjalanan panjang Misi serta kawan-kawannya dari Brussels ke Yunani.

Sambil berjalan-jalan, kita juga belajar sejarah sambil mendengar Misi bercerita tentang masa lalunya. 


Salah satu lokasi yang pertama bisa kita dapat adalah wilayah Enrekang. Dari website Wikipedia, "Kabupaten Enrekang adalah salah satu kabupaten di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kecamatan Enrekang. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 1.786,01 km² dan jumlah penduduk tahun 2021 sebanyak 225.172 jiwa."

Di kabupaten ini juga ternyata banyak menyediakan tempat-tempat wisata yang cukup memanjakan mata dengan pemandangan indahnya. Kawasan ini dikelilingi oleh gunung dan bukit-bukit cantik dengan hamparan warna hijau.

Selain Enrekang, kita dibawa berjalan ke pelosok gang di Brussels, Belgia. Sebagai Ibu Kota, di sini juga terkumpul bermacam-macam ras dari seluruh dunia. 

Enrekang novel misi


Selama kisah disampaikan, sejak awal kita sudah disajikan dengan isu perempuan terkait kepemimpinan. Sosok Ne'Tabi digambarkan sebagai pemimpin wanita yang tegas dan banyak disegani. Ia berbeda, bahkan ketika suami pertamanya menikah lagi dan keluarga besar sang suami berusaha menggoyahkan Ne'Tabi, ia bisa menjawab dan membuat mereka bungkam. 

Bukan saja keluarga dari mantan suaminya yang bungkam. Bahkan, petinggi, misionaris, ustaz sampai pengembang pembangunan pun tunduk pada keputusan Ne'Tabi untuk mempertahankan Piteuran.

Kemudian, kisah teman-teman Misi yang membuka mata kita terhadap kerasnya kehidupan pendatang di negeri asing. Tak jarang mereka harus memilih profesi yang dianggap rendah oleh orang setempat demi bisa bertahan dan juga menggapai impian. Seperti kata temannya Misi bernama Malena.

"Kita semua sudah terbiasa jadi orang asing. Dan sumber penghasilan orang asing adalah pekerjaan -pekerjaan yang tidak mau disentuh oleh orang setempat. Percayalah sumber penghasilan selalu bisa ditemukan."

Tak hanya dari Malena, bahkan dari pengalaman hidup Rhandra, Misi akhirnya bisa belajar berdamai dengan pelecehan seksual yang pernah dialami olehnya. Sebab, kisah Rhandra tak kalah menyakitkan dan cukup traumatis tentunya.


Review Novel Misi

Pertama merasa penasaran sebab beberapa teman bookstagram mengatakan novel ini cukup kuat penggambaran latar kisahnya. Membuatku teringat pada novel Ahmad Tohari dan A. A Navis hingga yang terakhir adalah novel Buya Hamka yang ditulis oleh A.Fuadi.

Narasi latar yang detil adalah faktor utama yang membuatku betah menyelami kisah dalam novel. Apalagi kalau ditambah dengan sejarah yang justru bisa menambah wawasanku sebagai pembaca. Pastinya menjadi nilai tambah dan ini semua ada pada novel Misi.

Tak hanya itu, kemampuan kak Rini menyimpan rasa penasaran pembaca pun membuat pembaca sabar demi mendapat jawaban. Semua teka-teki yang berhubungan dengan sosok ibu dan bapak Misi ini dibuka sedikit demi sedikit. 

Meskipun beberapa kali kita diajak ke masa lalu. Namun, perpindahan cerita dari masa kini ke masa lampau justru sangat halus. Pembaca tak akan kesulitan membedakannya. Walaupun sesekali aku sedikit terkecoh, namun, karena latar dan tokoh di masa lalu dan masa kini cukup berbeda. Inilah yang membantuku menjadikannya sebagai pembeda waktu.


Penutup

Novel ini buatku cocok dibaca untuk teman-teman yang siap membaca kisah tentang pelecehan dan kekerasan seksual. Serta senang dengan novel bertema traveling dan sejarah. Apalagi pengemasannya yang sederhana enggak akan membuat pembaca kesulitan dalam mencerna diksinya.

Novel ini sudah mulai kubaca di akhir tahun 2021. Sayangnya, karena aku terlalu penasaran mencari info desa Boko'lino akhirnya baru bisa kuselesaikan sekarang. Dan novel ini menjadi novel favorit serta pembuka di awal tahun 2022.

Senang rasanya bisa mengawali tahun baru dengan membaca buku yang menyenangkan dan menambah wawasan ini.







Postingan Terkait