The Benefit of being an Octopus Book Review


The benefit of being an octopus

The Benefits of Being an Octopus merupakan novel fiksi genre middle grade yang ditulis oleh Ann Braden dimana ia terinspirasi dari kawannya yang mengatakan bahwa kisah tentang anak-anak dari keluarga miskin jarang dijadikan sorotan utama. Karena itulah, Ann mengemas cerita ini dan menjadikan Zoey Albro sebagai karakter utamanya.

Ann mendapatkan banyak informasi saat melakukan riset kehidupan anak-anak miskin. Fakta bahwa lebih sering mereka mendapatkan perlakuan tak mengenakkan seperti bullying di sekolah hingga kurang fokus dan kadang tidak semangat mengikuti pelajaran merupakan pemandangan yang sering ditemui.

Bahkan, tak sedikit pula dari mereka yang mengalami atau berada di dalam lingkungan keluarga yang sering melakukan kekerasan. Kekerasan baik secara fisik maupun verbal. Yang membuat anak-anak tersebut kehilangan gairah kekanakan mereka terhadap hidup.

Kartu Tanda Buku

Judul : The Benefit of Being an Octopus

Penulis : Ann Braden

Halaman : 225 

Format : Ebook Scribd

Bahasa : Inggris

Diterbitkan oleh SKY Pony

ISBN : 9781510737525


Anak Yang Menanggung Beban Orang Dewasa

Zoey Albro adalah gadis yang duduk di kelas 7. Ia tinggal bersama bapak tirinya, yang merupakan pacar Ibunya (dalam hal ini kita tak perlu membahas hubungan pacaran dan tinggal seatap. Karena, di Amerika hal seperti ini sudah lazim), di sebuah trailer. 

Setiap pulang sekolah, Zoey langsung menuju kedai Pizza tempat Ibunya bekerja. Ia ke sana untuk mengambil adiknya, Hector, agar Ibu nya bisa bekerja dengan leluasa. Setelah itu, Zoey akan menggendong Hector yang baru berusia beberapa bulan dan menuju tempat pemberhentian bus untuk menjemput kedua adiknya yang lain, Bryce dan Aurora.

Sesampainya di rumah trailer, ia harus memastikan agar ketiga adiknya tidak berisik. Terutama Bryce dan Aurora, karena seringnya Hector akan dijaga oleh ayahnya (Hector adalah adik Zoey dari ayah tirinya yang tinggal bersama mereka). Jika Bryce dan Aurora berisik, mereka akan mendapat teriakan dari Frank, kakek tiri mereka.

Karena itu, Zoey selalu berusaha membuat kedua adiknya tenang. Terkadang ia membawa keduanya ke supermarket terdekat, membeli sedikit jajanan meski di sana Zoey harus mencuri beberapa makanan karena kelaparan. Sebab, di rumah ayah tiri mereka, jatah makanan yang disediakan sangat sedikit. Bahkan, seringnya tak cukup untuk mengganjal perut mereka.

Hubungan Buruk Seperti Racun 

Awalnya, pembaca akan dijejali dengan alasan yang masuk akal dan sederhana dari Zoey. Dia cukup bersyukur karena bisa tinggal di trailer milik Ayah tirinya. Meskipun keadaan di rumah tersebut tidak mendukung. Terlalu banyak hal yang menakutkan jika dilanggar oleh ia dan adik-adiknya.

Kewajaran ini seolah tak terlepas dari pengalaman Zoey dan kedua adiknya sebelum bertemu ayah tirinya. Mereka tinggal di dalam mobil. Dan pernah mengalami hal yang menakutkan ketika seorang lelaki tiba-tiba muncul di jendela mobil mereka. Lelaki itu hendak mengambil barang-barang milik Zoey dan keluarganya dari dalam mobil.

Itulah kenapa, bagi Zoey, tinggal di trailer yang bersih membuatnya sedikit bisa bersyukur. Walaupun, sosok ayah tirinya yang cinta kebersihan ini membuatnya tak nyaman.

Sang Ayah sering tak ingin diganggu sama sekali. Bahkan oleh suara anak-anak tertawa. Kemudian, ia selalu mendesak Ibunya Zoey untuk menyediakan bahan makanan yang sesuai dengan keinginannya dengan menggunakan uang dari hasil kerjanya. Tak hanya itu, ia sering juga melemparkan perkataan yang cukup kasar meski disampaikan dengan nada yang normal. Hingga membuat Bryce trauma dan sering mimpi buruk setiap malam.

Bukan hanya itu. Ia mendesak agar baju-bajunya dan Hector dicuci bersih. Sementara ia tak peduli dengan pakaian ketiga anak dari istrinya, Zoey dan dua adiknya. Alhasil, Zoey serta dua adiknya sering mengenakan pakaian yang belum dicuci hingga berbulan-bulan.

Padahal, si ayah tirinya ini memiliki mesin cuci. Tapi, ia tak mau mengeluarkan sepeserpun uang untuk memperbaikinya. Alih-alih, ia justru mempertanyakan kenapa bukan Ibunya Zoey saja yang membayar teknisi? 

Setiap kewajaran demi kewajaran yang berada dalam pikiran karakter dalam novel ini. Membuat pembaca mungkin ikut mengiyakan kewajaran tersebut. Tapi, di satu sisi, hal ini sangat berlebihan. 

Namun, efek dari hubungan yang tidak sehat ini. Justru seringnya langsung berimbas pada ketidakmampuan seseorang untuk melepaskan dirinya sendiri. Tampak dari keputusan Ibunya Zoey yang selalu mengalah. Sebab, ia tak punya tempat lain untuk singgah apalagi menyelamatkan diri agar ia dan anak-anaknya bisa lepas dari sosok Ayah tiri mereka.

Butuh lebih dari keberanian untuk lepas dari toxic relationship. Yaitu kenekatan dan kepercayaan pada diri sendiri bahwa setelah badai akan ada ketenangan.

Review The Benefits of being an Octopus

Melalui sudut pandang Zoey, siswi kelas 7. Kita disuguhkan kisah yang sebenarnya juga banyak terjadi di kehidupan nyata. Tentang sosok Ibu tunggal yang harus berjuang sendiri demi anak-anaknya. Bahkan, terkadang mereka juga harus berjuang demi melepaskan diri dari hubungan yang toxic.

Tak hanya itu, kondisi beban berlebihan yang dibawa oleh Zoey dari rumah. Membuatnya tak fokus dengan pelajaran di sekolah. Ia bahkan tak memiliki banyak keinginan dalam pelajaran. Dan hal yang paling menyedihkan adalah ia tak mampu menjawab ketika ditanya "akan menjadi apa dirimu selama 5 tahun ke depan nanti?".

Walaupun genrenya Middle Grade. Topik cerita yang diangkat cukup rumit. Tapi tetap dikemas dengan ringan dan mudah diikuti. Ceritanya buatku oke banget dan penjelasan kenapa Zoey ingin jadi Octopus pun masuk akal banget. Ini semua karena dia ingin melindungi orang yang ia sayangi.

"the problem is that real life isn’t like a story" ~ The Benefits of Being an Octopus


Penutup

Membaca novel ini, walaupun banyak mengangkat kisah kehidupan pribadi dan persahabatan seperti novel genre Middle Grade pada umumnya. Tapi, di sini ada kisah kekerasan yang cukup serius. Sama seperti kisah dua kakak beradik yang tinggal dengan ibu tirinya

Kehidupan dan problematika yang diangkat cukup dekat dengan kehidupan. Sehingga rasanya mengaduk-aduk emosi.

Buat yang suka dengan buku tentang kehidupan anak remaja dan kehidupan mereka serta persahabatan. Bisa coba baca buku ini. 

Postingan Terkait