Book Review : IQ84 By Haruki Murakami Jilid Pertama

Book Review : IQ84 By Haruki Murakami Jilid Pertama


IQ84



Pernahkah kalian mendengar, beberapa pembaca membutuhkan mood khusus untuk memulai membaca buku-buku karya Haruki Murakami? Mungkin ini terdengar sedikit berlebihan? Bagi sebagian orang, buku karya Murakami sama seperti buku lainnya yang tak perlu perlakuan khusus. Tapi ada juga yang membutuhkan sesuatu yang disebut dengan mood sebelum memulai. Sebenarnya, yang dinamakan dengan mood itu nyata adanya, saya salah satu orang yang membutuhkan energi sebelum masuk ke dalam dunia Murakami yang absurd.



Kartu Tanda Buku


Judul : IQ84 || Penulis : Haruki Murakami || Halaman : 1332 || Versi : Ebook Kindle || Bahasa : Inggris || Diterbitkan pada 25 Oktober, 2011 || Diterbitkan oleh Vintage Publisher || ASIN : B004LROUW2


***

Bagi saya, buku Murakami sama dengan buku-buku lain karya Penulis Jepang lainnya. Seperti Kazuo Ishigoru, Yasunari Kawabata sampai Natsume Soseki dan Lady Murasaki. Sama, yaitu sama-sama membahas tema slice of life, hal-hal yang terjadi di dalam hidup dan mewakilinya melalui pemikiran para tokohnya tentang hidup. Membuat pembaca seperti saya ini berpikir dua sampai tiga kali, ikut merenung dan mencari hal-hal yang kerap saya lewati. Demikianlah, memang, kehadiran buku bisa mengubah sudut pandang pembacanya terhadap apapun yang ada di dunia ini.

Demikian pula dengan IQ84, yang sebenarnya tidak mengubah cara pandang saya. Hanya saja, membutuhkan energi ekstra untuk membacanya, selama proses membacanya. Ini baru jilid pertama yang saya baca, namun sudah membuat saya mengalami kelelahan yang luar biasa. Kenapa? Di sini, dibahas banyak hal yang kompleks, semua berujung pada hal-hal yang membawa trauma tersendiri. Hal-hal yang erat hubungannya dengan mimpi buruk.

Secara garis besar, IQ84 ini terjadi di tahun 1984, dimana sumbangan ide paling besar yang Murakami dapatkan bersumber pada buku karya G. Orwell yang berjudul 1984. Namun, kondisi pada masa itu bertempat di Jepang. Melalui dua tokohnya, yang diceritakan secara terpisah, baik Aomame dan Tengo menjadi perantara cerita yang melahirkan potongan-potongan puzzle yang telah dijahit rapi namun posisinya tidak beraturan. Pembacalah yang bertugas untuk menempatkan potongan tersebut sesuai dengan gambaran yang mereka dapat.

Melalui banyaknya tulisan para pengulas, tentunya memang kisah dalam buku ini tampak 'dark', karena itu tadi menyinggung beberapa hal yang mendatangkan trauma. Tapi, sebelum beranjak lebih jauh, saya ingin mengenalkan dan bercerita sedikit tentang tokoh-tokohnya. Ingat, setiap potongan jawaban atau potongan clue tersebar dan tersembunyi di setiap baris paragraf yang mungkin saja saat itu kalian abaikan karena merasa adegan pada bagian tersebut tidak menarik. Jadi, memang harus menggunakan daya fokus yang cukup memadai agar tidak terkecoh.

Aomame adalah seorang perempuan yang memiliki tubuh cukup berotot. Silakan dibayangkan tubuh perempuan yang gemar workout di tempat kebugaran. Berotot tapi tidak sebesar otot binaragawati. Hanya cukup memiliki bentuk otot yang memadai. Bisa mengatur ekspresi wajah sedatar mungkin. Memandang hidup dengan cara yang sesederhana mungkin, meski sebenarnya tidak sesederhana itu. Bekerja sebagai instruktur martial art di sebuah klub. Juga memiliki pekerjaan lain yaitu sebagai pembunuh bayaran. Aomame ini di mata saya tampak seperti karakter yang dilahirkan sebagai hakim jalanan oleh Murakami. Karena tugasnya menyeret para lelaki ke dunia lain, dimana lelaki-lelaki tersebut pernah melakukan kejahatan yang spesifik. Nanti saya akan jelaskan sedikit.

Tengo, yang merupakan tokoh lainnya, seorang lelaki yang bekerja sebagai guru matematika, memiliki banyak keahlian terutama Judo. Pintar dan jenius kalau boleh saya katakan. Namun, dia memiliki keinginan yang tidak banyak diketahui oleh banyak orang, yaitu menjadi penulis novel. Sebenarnya dia sudah banyak menulis, bahkan pekerjaannya untuk menulis ulang sebuah novel-lah yang membawanya pada kejadian-kejadian yang cukup menguras emosi di buku ini. Tengo memiliki pacar, seorang wanita yang sudah memiliki suami dan anak. Dia tidak suka menjalin hubungan dengan perempuan yang masih muda, menurutnya dia tidak mau menjalin komitmen dengan hubungan yang serius.

Baik Tengo dan Aomame memiliki kesamaan, keduanya tidak mau terikat pada hubungan yang membutuhkan komitmen. Itulah kenapa Tengo memilih setia dengan pacar gelapnya sementara Aomame tetap menjalankan rutinitasnya berhubungan badan dengan lelaki paruh baya secara acak. Ini juga merupakan persamaan keduanya, sama-sama menyukai pasangan berhubungan badan dengan orang yang usianya beberapa tahun di atas mereka. Pun, Tengo dan Aomame ini memiliki masa lalu yang tidak ingin mereka ingat lagi. Masa lalu yang selalu membayangi mereka di setiap saat.



Pengalaman Masa Kecil Yang Selalu Menghantui 



Hantu yang paling menyeramkan itu bagi saya adalah hantu masa lalu. Hantu yang datangnya tanpa pernah bisa dihadang, ditolak tapi kemudian ujug-ujug langsung hadir menyodorkan ragam ingatan yang ingin dilupakan. Kenapa berbentuk hantu? Karena itu adalah tipe ingatan yang tidak ingin diingat kembali. Tipe ingatan yang selalu mendatangkan rasa sesak, sedih hingga kegalauan dan kegetiran. Namun, bagaimana pun, masa lalu itulah yang menjadikan kita ada dan menjadi seperti ini, hari ini, detik ini.

Bagi Aomame, dia tidak pernah bermimpi akan mengikuti langkah orangtuanya setiap hari Minggu, berkunjung dari satu rumah ke rumah yang lain. Menyodorkan ajaran yang cukup ekstrim. Dimana ajaran itu tidak membolehkan penganutnya menerima donor darah, berobat ke dokter atau melakukan hal-hal tersebut. Lebih baik mereka mati dalam keadaan mengenaskan ketimbang menerima donor darah atau obat-obatan. Kehidupan Aomame kecil tentunya berat, dia sama sekali tidak menginginkan hal itu, tapi dia harus. Bukan hanya keinginan orangtuanya saja yang harus diikuti, dia pun harus juga menerima olok-olok hingga mendapat rundungan dari teman-teman di sekolahnya.

Tidak seperti Aomame, Tengo memang melakukan sesuatu di hari Minggu bersama ayahnya. Sesuatu yang sangat tidak dia sukai. Yaitu menemani sang Ayah bekerja, mengumpulkan iuran berlangganan NHK dari rumah ke rumah. Keberadaan Tengo kecil dimanfaatkan sang Ayah untuk meminta belas kasih dari orang yang didatanginya. Namun, tidak sedikit juga yang tetap menolak hingga mendatangkan teriakan caci maki dari mulut sang Ayah. Tengo kecil harus menjalani kehidupan yang keras, tanpa seorang Ibu.

Ada lagi hal yang membuat Tengo selalu terserang sesuatu seperti panic attack setiap kali mengingat ini. Sebuah ingatan yang kabur, dia sendiri tidak yakin darimana ingatan itu berasal dan mengapa dia bisa mengingat hal tersebut. Ingatan yang tampak seperti kabut namun dia yakin itu nyata, bukan sekadar mimpi. Sebuah ingatan tentang Ibunya, dia yakin itu sosok Ibunya, yang tengah menyusui lelaki lain, namun bukan Ayahnya. Baiklah, mungkin ini tampak porno bagi beberapa orang. Tapi, ini memang merupakan ingatan yang mendatangkan serangan khusus bagi Tengo. Dimana ingatan itu tidak pernah bisa dia atur kapan akan datang.

Sementara itu, ingatan yang sering membuat Aomame sedih adalah tentang sosok sahabat perempuannya. Sahabat yang membuatnya menjalani kehidupan dengan ceria kembali, terutama karena kehidupan di keluarganya membuat Aomame tidak bahagia. Sosok sahabatnya ini telah meninggal dunia, ketika mereka sudah sama-sama dewasa. Namun, ingatan yang selalu hadir membayangi Aomame adalah saat Aomame dan sahabatnya saling menyalurkan birahinya satu sama lain. Kalau saya menganggap mereka tengah melakukan adegan lesbian. Hanya saja Aomame melakukannya hanya pada dua orang, sahabatnya dan Ayumi. Selebihnya dia sering melakukan hubungan sex dengan lelaki yang secara acak dia temui di bar.


Kasus KDRT Dan Bunuh Diri



Bosnya Aomame, lebih sering disebut the Dowager dan tidak pernah disebut-sebut siapa nama sebenarnya di jilid pertama ini, memiliki satu misi untuk menyelamatkan banyak wanita yang pernah mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Bahkan banyak di antara mereka mengalami trauma yang berkepanjangan. Di sini, tugas Aomame adalah menjadi hakim bagi lelaki-lelaki yang memperlakukan istri mereka dengan sangat buruk. Kalian harus membacanya sendiri jika ingin mengetahui, atau silakan mencari tahu di internet karena banyak yang menuliskan ulasan buku ini.

Kasus KDRT yang dialami oleh sahabatnya Aomame ini yang lebih mengerikan. Karena, orangtua dari si suami sudah mengetahui perihal kelainan anaknya. Namun, tidak kunjung menolong apalagi melindungi menantunya - sahabatnya Aomame - dari kekerasan yang dilakukan oleh si Suami. Parahnya, sahabatnya Aomame ini bahkan tidak menyadari bahwa itu adalah jenis kekerasan dalam rumah tangga. Dia tidak pernah komplain atau mengeluh tentang hal itu. Ini yang bagi saya mengerikan karena kebanyakan kasus-kasus KDRT justru tampak tidak seperti kejahatan bagi korbannya. Itu juga mengapa di Indonesia korban KDRT masih banyak yang bertahan dengan kondisi mereka.

Alhasil, beberapa korban yang tidak kuat justru memutuskan untuk bunuh diri. Mengapa? Karena mereka tidak pernah tahu harus berbuat apa. Mereka tidak tahu harus bertanya pada siapa. Sama halnya dengan banyak negara di Asia, perihal hubungan suami - istri ini memiliki persamaan yang sangat menonjol. Dimana sosok lelaki adalah sosok superior yang memiliki hak untuk memperlakukan istrinya seperti ini dan itu. Saya berbicara di luar dari agama, ya. Yang saya lihat kondisinya hampir sama, antara kondisi di Jepang dengan beberapa perempuan yang saya temui di lingkungan saya.

Mendengar orang yang pernah dekat dengan kita, meninggal dunia saja bisa membuat kita sedih. Apalagi jika meninggalnya karena bunuh diri. Ini memungkinkan adanya rasa trauma tersendiri yang tidak disadari namun terus membayangi di kemudian hari. Karena ini pulalah, Aomame mau bergabung dengan the Dowager dan menerima tawarannya. Bahkan mempertanyakan mengapa the Dowager memberikannya uang tanda jasa untuk apa yang telah dilakukan olehnya.


Aliran Sesat Dan Pengaruhnya Pada Anak-anak



Di sini, aliran sesat ada dua yang dibahas. Yaitu Witness, salah satu aliran yang pernah dijalani oleh keluarganya Aomame, dimana kemudian dia berusaha dengan keras untuk meninggalkan keluarga serta alirannya agar tak lagi berurusan dengan hal yang membuatnya tertekan. Kemudian ada aliran baru yaitu Sakigake, yang mana termasuk kebal terhadap hukum. Aliran Sakigake ini ternyata memiliki banyak pendukung yang berasal dari orang-orang kaya. Dari perbincangan panjang antara Profesor Ebisuno dan Tengo di suatu waktu, membuat saya terkejut dengan pergerakan awal dari aliran ini.

Sakigake sebelumnya merupakan kumpulan orang-orang yang ingin melepaskan diri dan memiliki aturan-aturan baru. Semacam negara di dalam negara, dimana mereka memiliki peraturan sendiri, cara hidup sendiri dan bahkan memiliki pemimpin sendiri. Namun, mereka tetap tinggal di Jepang. Nah, dari obrolan keduanya saya kemudian mengambil benang merah dengan aliran-aliran sesat yang ada di Indonesia. Beberapa berusaha untuk membuat kelompok-kelompok kecil demi mengubah struktur dan landasan negara di sini. Ada juga yang menjalani ritual-ritual aneh dan terlalu ekstrim seperti bom bunuh diri.

Trauma yang paling besar dihadapi oleh anak-anak. Tentunya kita masih bisa mengingat ada beberapa anak dari pelaku bom bunuh diri yang selamat. Sayangnya, bisa jadi kehidupan mereka tidak akan terlepas dari bayang-bayang masa lalunya yang mungkin mendatangkan trauma. Bagaimana nanti kehidupan mereka di masa depan pun tidak ada yang menjamin akan seperti apa. Namun, tampak dari sosok Aomame, dirinya bahkan tidak mampu bersosialisasi dengan baik sejak saat itu. Karena orangtuanya selalu berusaha agar anaknya tidak dekat dengan anak-anak lain seusinya.

Demikian pula dengan Sakigake yang menarik anak-anak dari sekolah mereka. Dimana tampak perubahan drastis dari anak-anak tersebut. Mereka tak lagi terlihat ceria, memiliki kemampuan fokus yang rendah hingga menjadi anak yang mengasingkan diri mereka sendiri. Setelah itu, anak-anak itu tak lagi terlihat jejaknya usai ditarik oleh Sakigake karena orangtua mereka merupakan pengikut setia di sana. Ada yang lebih menyakitkan, yaitu tindakan ritual yang dilakukan kepada anak-anak. Yaitu tindakan rape sampai sexual abusive yang membuat kepala saya berdenyut.

Tentunya ini bukan saja mendatangkan trauma tapi bisa menjadikan beban yang teramat berat untuk mereka selama hidup. Di jilid pertama ini, beberapa anak yang berhasil kabur dari Sakigake merupakan anak yang tidak mampu berkomunikasi dengan baik. Bahkan salah satunya didiagnosa menderita disleksia. Tidak mampu belajar seperti anak lainnya, meski sebelumnya anak itu termasuk anak yang pintar dan cerdas. Apa yang dialami oleh kedua anak ini? Salah satunya, bernama Tsubasa, dia berusia 10 tahun dan kehilangan uterusnya. Juga mengalami kondisi bagian organ kewanitaannya rusak.

Ini yang saya katakan sebagai bagian mengerikan yang membuat saya terasa sangat lelah.



Apa Yang Tidak Saya Bahas Di Tulisan Ini Dan Silakan Ditemukan Sendiri Pada Novel IQ84



Kalau diperhatikan, mungkin bagi Anda yang sudah atau ingin membaca novel IQ84 akan sontak merasa kalau banyak pengulas yang menuliskan spoiler di tulisan mereka. Namun, sebenarnya, sebanyak apapun spoiler yang kalian dapat, kalau tidak membaca sendiri tentunya tidak akan bisa memahami apa yang ada di dalam buku ini. Karena, pemahaman setiap orang dan daya tangkap setiap orang tentunya berbeda dari apa yang saya tangkap. Berikut ini saya sertakan beberapa pertanyaan yang silakan dicari jawabannya sendiri.


1. Pekerjaan Tengo sebagai seorang penulis novel, di sinilah nantinya awal mula dia memasuki fase berada dalam kondisi yang membahayakan nyawanya.

2. Porsi anak yang mengalami disleksia pada novel ini cukup banyak. Yang menarik adalah bagaimana caranya seorang anak disleksia yang kurang mampu membaca dan menulis bisa terkenal dan mendapat penghargaan literasi?

3. Selain persamaan antara Aomame dan Tengo, keduanya ini memiliki ingatan akan sosok di masa lalu. Ada benang merah di antara keduanya yang konon menjadi alasan kenapa di jilid kedua, mereka akan saling membantu.

4. Jadi, kira-kira, siapa lelaki dewasa yang tengah menyusu pada Ibunya Tengo? 

5. Di dalam buku ini ada sebutan bagi sosok yang masih belum tampak jelas bernama The Little People, konon karena terinspirasi oleh karya George Orwell, Murakami membuat Big Brother dalam karyanya sebagai The Little People. Ini cukup mencekam dalam bagian ini yang bisa kalian eksplorasi sendiri.

6. Apa pekerjaan dan bagaimana Aomame melakukan pekerjaannya, ini cukup menarik mengingat dia melakukannya dengan cara yang santai. Tapi, ada imbas aka efek yang diterima oleh Aomame yang jawabannya, kemungkinan besar sesuai pendapat saya, didapat dari dialog Tengo dengan pacarnya.

7. Entah saya juga tidak tahu, apa yang akan kalian katakan jika memasuki bagian Aomame bersama dengan Ayumi. Silakan dicari sendiri jawabannya.

8. Sosok the Dowager ini memiliki peranan yang lumayan penting, juga banyak menolong. Saya tidak tahu apa pendapat kalian tentang si perempuan ini.

9. Angka 10, sadar atau tidak, banyak digunakan di novel ini. Saya sendiri masih mencari tahu mengapa Murakami sering menggunakan angka 10?

10. Di dalam novel ini ada jawaban, mengapa ada huruf Q di antara deretan angka tersebut.




Tengo Dan Tsukuru Tazaki Dalam Pandangan Saya



Antara sosok Tengo dan Tsukuru Tazaki, saya mendapati kesamaan. Tsukuru Tazaki adalah tokoh utama dalam novel yang juga ditulis oleh Haruki Murakami berjudul Colorless Tsukuru Tazaki. Dimana baik Tengo dan Tazaki menjalin hubungan dengan wanita yang sudah memiliki pasangan. Meski dalam novel Colorless Tsukuru ini, pembaca hanya disajikan satu potongan dimana Tsukuru mendapati perempuan yang sering menghabiskan waktu dengannya, berjalan dengan seorang lelaki, bergandengan tangan. Namun, keduanya tidak saling menyapa.

Selain itu, prinsip Tengo dalam menjalin hubungan pun sekilas hampir sama dengan Tazaki dimana keduanya sedikit ragu untuk menjalin hubungan yang serius. Dua-duanya juga digambarkan memiliki penampilan yang menarik. Tubuh yang cukup atletis. Pekerjaan yang bagi beberapa orang mungkin tampak membosankan, namun keduanya sangatlah kompeten dalam bidang mereka. Baik Tazaki dan Tsukuru pun merupakan dua orang yang tahu ingin melangkah kemana, tahu apa yang ingin dikerjakan. Bukan tipikal lelaki yang galau ingin bekerja sebagai apa.

Juga, baik Tsukuru dan Tengo termasuk tipe lelaki yang to the point, tidak suka bertele-tele dan mengatakan apa yang memang semestinya dikatakan. Walaupun tetap merahasiakan pemikiran-pemikirannya yang mungkin akan menyakiti lawan bicaranya. Tidak hanya itu, keduanya juga memiliki sisi melankolis yang cukup menggoda.

Itulah alasan kenapa saya menyematkan tulisan ini dalam ulasan jilid pertama IQ84. Karena setiap memasuki bagian Tengo, saya serta merta seperti dibawa kembali ke buku Colorless Tsukuru Tazaki tanpa sadar. Penggambaran di otak saya tentang Tengo pun akhirnya memunculkan sosok Tazaki secara bersamaan. Karena itu, bagi kalian yang ingin membaca karya Murakami namun dengan permasalahan yang tidak begitu kompleks, bisa memulai dengan membaca novel Colorless Tsukuru ini.



Kutipan-kutipan Favorit Dari Novel IQ84


IQ84

IQ84

IQ84

IQ84

***


Jadi, sebelum lanjut ke jilid dua, sepertinya saya butuh refreshing sejenak dan membaca buku ringan lainnya dulu. Hehehe. [Ipeh Alena]

Postingan Terkait