Zone by Jack Lance | Book Review

book review




Sewaktu Jack Lance datang ke Indonesia atas undangan Bhuana Tim. Promosi yang disebarkan secara besar-besaran itu menyebutkan sesuatu. Kalau Jack Lance ini, ibaratnya sosok Stephen King dari Belanda. Terbukti dari banyaknya buku beliau yang sudah dialih-bahasakan. Selain itu, buku-bukunya juga sudah banyak diadaptasi ke dalam film.

Kehadirannya juga dirayakan sebagai bagian kerjasama Bhuana dengan beliau. Karena, novelnya berjudul Zone ini diluncurkan dalam Bahasa Indonesia. Mengundang beberapa anggota dari banyak komunitas. Membuat acaranya tentu meriah. Apalagi, konon ada iming-iming mendapat novel dari penerbit. Siapa yang menolak?

Nah, berhubung momen tersebut sudah berlalu cukup lama. Saya akhirnya bias mencicipi karyanya. Sambal mencari tahu, apakah benar beliau setara dengan Stephen King. Kali ini, bukunya berjudul Zone yang saya baca. Jadi, apakah ada perbedaan atau persamaan, akan saya bahas sebentar lagi.

Saya ingin menyeritakan sedikit apa yang tertulis di bagian belakang sampulnya. Kisah tentang pesawat yang disebut Putri Pasifik. Yang membawa ratusan penumpang beserta dua kru yang dilanda asmara. Menghadapi kemacetan system. Dimana tiba-tiba saja panel di kokpit mati dengan tanpa alasan. Tak hanya itu, semua kondisi tersebut perlahan mencapai puncak yang membuat ratusan penumpang panik. Konon, ada makhluk yang mengikut penerbangan mereka.

Ini bukan kisah tentang alien. Tapi, kisah misteri. Kekalutan demi kekalutan para tokohnya bukan hanya dibayangi keresahan penerbangan. Namun, trauma masa lalu mereka. Juga apa yang ada di hadapan mereka. Sesuatu yang menginginkan mereka.


KARTU TANDA BUKU  


Judul : Zone | Karya : Jack Lance | Halaman : 330 | Bahasa : Indonesia | Format : Ebook Gramedia Digital | Diterbitkan oleh Bhuana Sastra | ISBN : 9786024554927

Penerbangan Putri Pasifik  



Pesawat Ocean Aiways 5-8-2 dengan tujuan ke Sidney. Membawa 353 orang di dalam pesawat berjenis Boeing 747-400, termasuk penumpang, kru dan awak pesawat. Penerbangan yang dilakukan malam hari itu, dijadwalkan akan menghabiskan waktu sekitar 13 jam di udara. Secara teknis, semua hal sudah dicek sebelum berangkat oleh Jim. Dia yang bertugas menjadi pilot di penerbangan kali ini.


Dia adalah orang yang memutuskan akan mengisi bahan bakar seberapa banyak. Dan, saat proses pengisiannya pun dia akan selalu mengawasinya. Begitu pula saat itu, dia bahkan meminta tambahan bahan bakar. Sambal mengira-ngira, bahwa penerbangan yang cukup lama ini akan membutuhkan cadangan bahan bakar.

Beberapa kru lain sudah tiba dan sedang bersiap dengan tugas mereka. Mengadakan perbincangan antar kru sebelum berangkat. Membahas siapa yang nantinya akan bertugas untuk menjadi pemimpin saat pesawat sedang kondisi darurat. Hingga menjelaskan lebih detil tugas masing-masing kru. Briefing singkat ini adalah hal yang biasa dilakukan menjelang beberapa menit sebelum penerbangan. Waktu mereka memang tidak banyak.

Selain para kru, awak kabin juga tengah memastikan setiap checklist pada semua bagian pesawat sudah terkontrol. Seperti Greg, yang menjadi awak kabin. Dimana dia juga bertugas untuk mengawasi setiap panel yang ada di bagian lain dalam pesawat. Juga Ben, seorang lelaki yang sudah memiliki pengalaman terbang lebih banyak. Saat itu, dia berada diposisi co-pilot.

Jika kalian senang menonton acara di National Geography. Tentu pernah melihat sekilas tayangan berjudul Air Crash Investigation atau Ultimate Airport Dubai. Pada kedua tayangan tersebut, dijelaskan apa-apa saja persiapan para pilot, awak kapan dan kru. Sebelum mereka melakukan penerbangan. Bukan saja sekadar memeriksa bahan bakar.

Pada pesawat terbang, bahkan katup pengukur suhu juga dicek secara rutin setiap hendak terbang. Walaupun sebelumnya pesawat tersebut baru saja mendarat. Ini dilakukan untuk meminimalisir terjadinya kerusakan saat penerbangan. Semua bagian akan dicek secara teliti. Seperti juga mengecek lampu indicator di sayap pesawat. Sampai roda pacu pesawat. Semua ditulis secara rapi dan dicek seksama.

Di novel ini, sebagai pembaca kita akan disuguhi informasi yang cukup bermanfaat. Meski tidak secara menyeluruh, mengenai tugas dan bagian pekerjaan pada beberapa kru dan awak pesawat. Bahkan, saat terjadi malfungsi juga dinarasikan dengan begitu detil bagaimana situasi dan konflik apa yang terjadi di sana. Sehingga saya seolah melihat kelebatan tayangan Air Crash Investigation versi National Geography. Yang sering mengombinasikan antara wawancara investigasi dari korban (jika masih ada yang hidup), saksi mata hingga para ahli pesawat terbang. Dengan drama penggambaran mengenai apa yang terjadi saat pesawat dalam kondisi darurat.

Inilah nilai tambah dari novel karya Jack Lance. Yang tidak hanya sekadar memberitahu pembaca, bahwa pesawat tengah mengalami masalah teknis. Tapi, juga menjelaskan mengenai apa saja yang terjadi saat itu. Secara detil tapi tetap menyenangkan dan mudah dicerna. Terutama saat bagian dimana Greg mengatakan ada ketidak-sesuaian penunjuk arah akibat gesekan magnetis. Dan beberapa factor lain yang bias menjadi faktor penyebab malfungsi panel di kokpit.


Penumpang Dan Tim Pesawat Putri Pasifik  


Cerita dijalin dengan menggunakan perpaduan antara tokoh satu dengan yang lainnya. Tidak ada tokoh sentral dalam novel ini. Semua memiliki porsi yang sesuai sehingga pembaca bisa menggali setiap hal. Tidak membosankan, meski kita sedang mengintip ke dalam pikiran dan masalah setiap tokoh di sini.

Beberapa penumpang yang terpilih untuk menjadi bagian dalam misteri ini. Memiliki banyak sekali hal yang bisa membuat kita berkerut. Antara kasihan juga sedikit rasa sebal. Apalagi perjalanan mereka ini benar-benar dihadapi dengan pilihan antara hidup dan mati. Beberapa dari mereka bahkan tengah memiliki konflik dalam dirinya. Tentang mati lebih baik karena peliknya masalah hidupnya. Tapi, tentunya hidup adalah pilihan yang masih menyenangkan meski pahit terasa.

 Saya akan mulai mengenalkan masalah mereka dari Jim, sang pilot. Yang tengah mengalami masalah dalam kehidupan pernikahannya. Berkali-kali ia mencoba meyakinkan dirinya bahwa sang istri baik-baik saja usai pertengkaran mereka. Pasalnya, dia tak bisa meninggalkan sang istri. Meski sebenarnya, ia tak ingin merusak masa depan anak-anaknya. Tentunya, perceraian akan membuat anak-anak itu merasakan sakit yang demikian berat. Itulah kenapa, Jim berusaha mempertahankan pernikahan mereka meski rasanya seperti berhadapan dengan jalan buntu.

Ada juga Sherleen, yang merupakan asisten Pursuer. Dia tengah menjalin asmara dengan sang Pursuer, bernama Aaron. Mereka baru saja menjalin asmara. Tentunya, juga baru saja menghabiskan waktu berdua mereka yang paling intim dan mesra. Meski sebenarnya, jauh dalam lubuk hati Sherleen, dia masih merasa takut untuk melangkah lebih jauh. Pengalaman masa lalunya membuatnya ragu. Padahal Aaron adalah lelaki yang baik, tampan dan sangat perhatian. Trauma dari masa lalunya membuat Sherleen sering bermimpi buruk dan takut pada ruang gelap.

Sementara itu Aaron, sang Pursuer, sangat menaruh ketertarikan pada Sherleen. Dia menambatkan hati pada pramugari yang membuatnya tak mampu menolak. Sebisa mungkin, ia mencoba melimpahkan perhatian pada Sherleen. Terutama, saat dia mengetahui sedikit pengalaman buruk yang pernah dialami pacarnya. Apa yang ia lakukan karena dirinya tak ingin kehilangan Sherleen. Seperti penyesalannya yang tak mampu mengetahui bahaya yang mengancam adiknya. Hingga kemudian, itu menjadi mimpi buruk Aaron sejak lama.

Berganti ke sosok lelaki bernama Jarred. Dia menikah dengan pacarnya bernama Phyliss. Saat pertama mereka bertemu, tentunya semua terasa hangat dan berbeda. Hingga kemudian, istrinya ini berubah menurutnya. Menjadi asam dan berlebihan berat badan. Dalam kehidupan pernikahannya, Jarred berusaha untuk mempertahankan semaksimal mungkin. Karena, baginya Phyliss adalah hidupnya. Meski ia tak lagi merasakan bahagia bersamanya.

Ada juga Evelyn, seorang wanita bertubuh gemuk. Yang hendak mengunjungi Sydney bersama anaknya demi menghadiri pameran Mineral. Siapa sangka, kalau ia bisa menikah dengan John sang suami yang ternyata kaya raya. Pun siapa yang menyangka, perempuan yang banyak disegani di Sugar Creek ini, mengadopsi seorang anak gadis. Gadis yang cukup pendiam dan memang tak pernah berbicara sama sekali. Terakhir berbicara, di sebuah klinik yang merawatnya. Bahwa ia menanyakan tentang orang yang lain. Orang yang tidak pernah diketahui polisi ada di tempat tersebut.

Sedikit saya menceritakan beberapa tokoh yang ada di dalam pesawat tersebut. Yang masalah dan kehidupannya disajikan pada pembaca. Karena, kalau semua saya tulis, rasanya akan panjang sekali. Karena, semua tokoh dalam novel ini memiliki bagian masing-masing. Yang saling memberi pengaruh pada jalinan cerita juga pada kehidupan tokoh lainnya. Meski ada beberapa tokoh yang tidak begitu memiliki tugas penting, tetap diberikan kesempatan untuk memperkenalkan diri dan mendapat bagian, meski sedikit tentunya.



Apakah Benar Setara Dengan Stephen King?  

 


Saya tidak bisa menjawab secara pasti. Karena, sebagai pembaca buku Stephen King yang belum banyak ini. Tidak menemukan beberapa ciri khas pada karya King dengan Lance. Begini, ada bagian paling berciri dari King, yaitu kebiasaannya berputar-putar. Bagi yang pernah membaca bukunya, tentu paham apa maksud berputar-putar ini. Meski tidak membuat pembaca seperti saya bosan dan jengah. Tapi, caranya round and round ini sesuai dengan kondisi nyata pikiran manusia. Yang tanpa sadar sering berpindah dari satu topik ke topik lain.

Nah, di karya Lance ini, tidak ada bagian itu. Justru bagi saya, Lance ini cukup konsisten. Sehingga bisa menjaga intensitas ketegangan dan misteri yang ingin dibagikan. Menjadi sesuatu yang membuat penasaran. Tentunya, ini memang menjadi nilai tambah untuk karya yang wajar jika sangat terkenal ini.

Kemudian, kejanggalan cerita King ini hampir sama dengan Murakami buat saya. Jika King sering mengangkat kengerian dalam bentuk yang teramat sederhana. Sementara Murakami, membahas keabsurd-an dalam pemikiran yang kadang tidak terbayangkan sebelumnya. Untuk Lance, beliau justru mengangkat kengerian yang wajar. Maksudnya, seperti ketika kita diceritakan sesuatu yang mengandung misteri juga menakutkan kemudian berkomentar, “ya wajarlah, gw juga pasti bakal takut.” Nah, Lance ini menyajikannya dengan cara seperti itu, konsisten dan kengerian yang wajar.

Tapi, saya tidak mau mengesampingkan kemampuan Lance dalam mengolah cerita. Dia menggalinya dengan cukup baik. Dari emosi, ekspresi, suasana hingga kondisi psikologis setiap tokoh juga dimainkan. Dijahit dengan lihai, sehingga kita tidak bosan membaca halaman demi halaman. Apalagi koflik dan permasalahan yang detil dikisahkan, bisa memungkinkan pembaca mati karena bosan. Tapi, nyatanya, cukup mudah dan mengalir dengan baik.


Kesimpulan  


Saat membaca novel ini, bagian yang menjadi favorit saya adalah bagian Evelyn yang mengobrol bersama Sabrina. Kisah tentang anak gadis angkatnya ini, cukup membuat saya penasaran. Sayangnya, Lance tidak memberikan saya lebih dari apa yang ingin dia tawarkan pada saya. Semua berhenti di situ saja, sehingga saya harus mengambil alih seperti apa kira-kira nasib sang gadis dan siapa orang itu.

 Kemudian, ketika masuk ke bagian tokoh-tokoh yang sedang mengalami masalah dalam pernikahannya. Dan memilih untuk bertahan. Kepala saya otomatis menyetel lagu, “kucoba tuk bertahan….dalam kisah ini….tak bisakah sejenak kau jangan pergi.” Iya, memang saya ini apalah sekali. Membaca kisah horror misteri begini masih sempatnya menyanyi lagu sedih. Tapi, memang sih, saya suka konflik batin para tokoh seperti ini. Sehingga pembaca bisa eksplorasi lebih dalam mengenai alasan hidup masing-masing.

Sepanjang membaca novel, saya memang tidak merasakan kengerian. Mungkin, karena sering menonton Air Crash Investigation yang lebih menegangkan. Tapi, tetap saja, saya benar-benar penasaran dengan apa yang terjadi selanjutnya pada setiap bab. Seolah tidak ingin memberi jeda barang sesaat. Dan, benar saja karena saya bisa menyelesaikannya dengan cepat. Padahal masih pemulihan dari Reading Slump.

Jadi, apakah ada yang belum baca karya Lance? Dicoba saja dulu. Ada di Gramedia Digital dan juga di Ipusnas. Siapa tahu punya pendapat berbeda dengan saya.

Postingan Terkait