Sejarah Rahasia Musashi - Meskipun sebenarnya yang akan dibongkar dalam buku ini hanya sebuah rahasia tentang 'sisi kelam' dari seorang Lord Musashi. Tapi, tetap saja, saya mengakui kelihaian Junichiro Tanizaki dalam mengemas tulisan historical menjadi nyaman untuk dibaca. Melalui dua buah sumber, yaitu dari kesaksian seorang yang pernah bekerja menjadi asisten Musashi - Dóami, dan sumber lainnya sebuah tulisan berjudul "Mimpi pada suatu malam" karya biksuni Myokaku.
Kedua sumber tersebut merupakan orang terdekat dari sang Musashi. Mungkin ada yang berpikir, bahwa kisah ini bermaksud untuk menguak aib dan mencoreng nama besar Lord Musashi. Tapi, Tanizaki justru menulis ini karena dia sangat terkesan dengan keberanian Musashi yang ibaratnya seperti seekor harimau pemberani. Di sini, Tanizaki justru mengemasnya dengan baik, sehingga pembaca bisa menilai tanpa terburu-buru kisah yang sedikit janggal ini.
Daimyo Musashi digambarkan seperti Bodhisattva yaitu makhluk yang mendedikasikan dirinya demi kebahagiaan makhluk semesta dalam ajaran agama Buddha. Sesuai dengan penggambaran Myokaku terhadap Daimyo Musashi pada tulisannya dengan memberi contoh bagi semua orang bagainana cara mendapat pencerahan. Sosoknya yang diagungkan dan dimuliakan ini, pada masa perang saudara, menjadi sosok yang berarti karena namanya senantiasa dijadikan sebagai Samurai yang gagah berani.
Sebelum menjadi Daimyo Musashi, dia dikenal dengan nama Hoshimaru, pewaris Terukuni karena merupakan putra tertua. Sejak usianya masih kecil, dia dijadikan sandera bagi Ikkansai. Namun, alih-alih menjadi sandera, Hoshimaru justru dididik seperti anaknya.
Ketika kastel Gunung Ojika tengah dikepung oleh tentara Yakushiji Danjo Masataka, saat yang penuh dengan ketakutan. Hoshimaru bersama sandera yang lain dijadikan satu ruangan. Mereka hanya menunggu kabar berita tentang pertempuran yang terjadi. Namun, beberapa wanita di tempat itu sudah memiliki tugas yang tidak biasa (bagi saya). Di sinilah, pertama kali Hoshimaru berkenalan dengan dirinya dan mengetahui 'sisi gelapnya' terhadap kekerasan.
Dalam buku ini dikatakan Daimyo Musashi adalah seseorang yang masokis dalam selera seksualnya. Ini tidak bisa dikatakan sebagai alasan untuk menilai buruk sang Daimyo, karena Daimyo Musashi, bahkan bagi banyak rekan, asisten dan semua yang mengenalnya merupakan sosok yang dimuliakan. Tentunya, kenyataan ini tidak bisa dijadikan anggapan menyeluruh terhadap sosok Daimyo Musashi.
Di sebuah ruangan itulah, Hoshimaru mengenal gejolak aneh yang bergelora dalam dirinya. Pada masa itu, kepala para tentara musuh yang dipenggal, tidak dikubur tapi di awetkan serta didandani agar menjadi bukti akan pertempuran yang sedang terjadi. Berapa orang yang berhasil dikalahkan dalam pertempuran, jumlah ini dihitung dari penggalan kepala para tentara musuh yang sudah mati. Kepala-kepala ini diurus oleh beberapa wanita yang merupakan teman satu ruangan Hoshimaru. Dari salah satunya, Hoshimaru mendapat tempat khusus, yang membuatnya menyaksikan bagaimana para wanita dan gadis itu mendandani kepala orang mati, agar layak untuk disimpan.
Gejolak itu diketahuinya ketika dia melihat seorang gadis, dengan senyum yang aneh, sambil merawat kepala itu dan mendandaninya. Hoshimaru melihat sesuatu yang berbeda hingga dia merasa ada yang bergejolak dalam dirinya. Hal ini yang membuatnya 'ketagihan' hingga setiap malam dia menyaksikan 'tontonan gratis' di ruangan yang terpisah dari ruang sandera.
Dari sini, saya berpendapat, bahwa 'sisi gelap' sang Musashi memang berawal dari kecil. Dia sudah terbiasa dengan kekerasan dan kekejaman. Bahkan rela membunuh pemimpin besar dari musuh Ikkansai, yang kemudian membuat musuh yang mengepung kastel Gunung Ojika, mundur dan menyerah. Dia menyebutnya sebagai Neraka dalam tubuh. Yang membakarnya, demi satu pencerahan.
Dalam novel ini, pembaca diajak membangun sebuah imajinasi dari novel historis ini. Dengan terjemahan yang tidak membuat inti dan arti berbeda dari yang ditulis Juniciro. Sehingga, saya sendiri benar-benar mendalami setiap kalimat yang tertulis. Kesan yang seakan negatif pada diri Musashi, justru dibentuk sedemikian rupa sehingga tidak menodai kemuliaan dari Daimyo Musashi.
Walaupun tujuannya hanya satu : menguak rahasia penyimpangan seksual Musashi yang masokis. Justru, sejarah yang ditulis kembali, membuat kita tidak hanya dibeberkan terhadap tujuan semula. Tapi juga mengetahui hal lain dibalik balas dendam Lady Kikyo dan banyak hal lainnya yang membuat kita 'sedikit' mengenal Daimyo Musashi.
Dalam novel ini memang terdapat dua cerita berbeda. Kisah rahasia Musashi ini sebagai novel pertama dan yang kedua berjudul Arrowroot yang merupakan kisah perjalanan Tanizaki di pedalaman Yoshino di Yamato. Tapi, karena saya justru cenderung berat sebelah, yaitu lebih menyukai kisah Musashi, sehingga yang sedikit saya ulas ini hanya kisah seorang Daimyo.