Alice - Through the Looking Glass



Judul : Alice - Through the Looking Glass
Penulis : Lewis Caroll
Penerbit : Atria
Halaman : 176
Cetakan I : Januari 2012
ISBN : 9789790244795


Apa gunanya memiliki nama ? Kalau tidak akan ada yang menjawab saat dipanggil namanya. ~ hal 42

Perjalanan Alice selanjutnya di negeri Cermin. Dimana semua serba baru dan kebalikan dari dunia nyata. Kanan menjadi kiri dan kiri menjadi kanan. Sebelumnya, saya ingin membahas tentang Alice itu sendiri. Pada awal cerita dia mengatakan bahwa dia ingin sebuah tempat dimana dia tidak dihukum karena bermain Api di tungku pemanas ruangan.


Dari imajinasi inilah, Alice menemukan sebuah negeri yang membawanya pada petualangan-petualangan yang kekal dan abadi. HEI, kenapa imaji? Bisa jadi apa yang Alice alami itu kenyataan! Tunggu, saya jelaskan kenapa saya bisa mengatakan ini adalah imaji dari Alice.


Pada awal sebelum masuk ke petualangan Alice, ada puisi yang menyiratkan sesuatu tentang petualangan ini. Cek puisinya di bawah ini, sedikit saja saya berikan petikannya.


Seorang anak beralis tipis di sini,
Dan bersorot mata penuh khayal imaji
Walau waktu cepat berlalu, aku dan kamu
Dengan hidup setengah hancur lebur
Senyum kasihmu akan selalu menyambut
Hadiah penuh cinta dari sebuah kisah dongeng


Dari sinilah, saya kemudian menyiratkan puisi ini sebagai satu hal. Imaji Alice, sebagai imaji yang sering dialami saat anak-anak berproses dalam memenuhi hasrat keingin-tahuan pada dirinya. Pernah dan sering kan? Melihat anak-anak yang memiliki teman Imajinasi, bermain di tempat-tempat imajinasi mereka atau menjadi tokoh imajinasi mereka.


Sosok Alice ini sendiri menurut saya terasa lebih 'real' karena sesuai dengan kondisi anak-anak yang selalu ingin tahu banyak hal.


Tapi, satu hal yang saya sukai adalah imajinasi mereka yang tanpa batas. Dimana hal ini sulit dijaga anak-anak saat mereka dewasa, dimana logika sudah memenuhi pemikiran mereka.



Mau tahu, seberapa kecil tokoh Alice ini? Sampai-sampai imajinasinya begitu komplet! Dia berusia 7.5tahun. Begitu yang di dapat saat bertemu dengan Ratu Putih.


"Tak ada yang bisa melakukan dua hal secara bersamaan. Mari kita mulai dengan memikirkan umurmu - berapa umurmu?"

"Tepatnya tujuh setengah tahun."

"Kau tidak perlu mengatakan 'tepatnya'."

(Hal 77)


Baik, cukup sekilas tentang Alice dan apa-apa yang terbesit dalam pikiran saya. Selanjutnya saya akan bercerita sedikit tentang apa yang terjadi dengan petualangan Alice.


Ketika sudah berada di negeri Cermin, yang pertama ditemui oleh Alice adalah Pion catur yang tengah kesulitan. Pion tersebut, dimana Rajanya sedang menyelamatkan pion lain. Kemudian pertemuannya dengan bunga-bunga yang bisa berbicara. Tapi, yang berbaik hati menjelaskan jawaban dari pertanyaan Alice adalah Bunga Tiger Lily. Setelah cukup mengetahui sedikit tentang hal-hal yang ada di negeri itu. Datanglah sosok yang sebelumnya sudah dilihat oleh Alice. Yaitu Ratu Merah. Yang memiliki kepala lebih besar.


Kebun bunga itu ternyata dimiliki oleh Ratu Merah. Karena Alice berpikir bahwa papan catur yang sangat besar itu sangat menarik, juga karena dia juga ingin menjadi Ratu. Akhirnya Ratu Merah memasang sebuah tanda yang harus diikuti oleh Alice. Karena malam akan tiba dan Alice merasa harus segera sampai di rumah tempat pintu dari negeri Cermin dan negeri Nyata berada. Alice segera bergegas.


Satu demi satu makhluk-makhluk yang tinggal di negeri Cermin bertemu dengan Alice. Hewan-hewan yang berbentuk hampir mirip di dunia Nyata tapi banyak perbedaan. Kemudian bertemu Ratu Putih di hutan. Tapi, sebelumnya, bahkan Alice memasuki hutan tanpa nama dimana dia juga mengalaminya, Alice lupa dengan namanya. Setelah itu berada di sebuah toko.


Hal yang membuat saya terkejut karena setiap menonton film-film Alice saya tidak pernah menyadari adanya tokoh ini. Yaitu Humpty Dumpty. Yang saya pikir dia hanya tokoh di film Puss in boots!!! Jadi, ketika tiba petualangan Alice bertemu dengannya saya merasa terkejut dan bertambah semangat mengikuti perjalanan petualangan Alice.


Yang selalu saya sukai dari membaca dongeng-dongeng klasik adalah sisi kekanak-kanakan saya masih bisa saya jaga. Konon, membaca dongeng anak-anak merupakan ritual memberi makan sisi kekanakan dalam diri kita sendiri. Karena sisi kanak-kanak selalu dibutuhkan untuk berimajinasi dengan maksimal :-D.



Postingan Terkait