Cara Jadi Content Writer Profesional, Fresh Graduate Bisa Pelajari Juga

“ “Segmented Writing” mungkin tidak akan ditemukan di dalam kamus kepenulisan.”

Demikianlah kata Kang Peppy, seorang mentor menulis yang sudah melahirkan banyak karya tulis. Dan maksud dari segmented ini adalah tulisan dengan target yang sempit, tipis atau kecil.

Di dunia bisnis saat ini, ketika persaingan usaha sudah sangat kompetitif. Dibutuhkan sesuatu yang bisa menjadikan bisnis yang dijalani tampil unik, berbeda dan menarik.

Salah satunya dengan sentuhan dari content writer. Seorang content writer memang dituntut untuk mampu melihat dengan jelas arah bisnis dan tujuan yang ingin dicapai. Selain mendatangkan keuntungan tentunya juga ingin mencapai nilai-nilai tertentu yang sejalan dengan visi dan misi badan usaha tersebut.

Peran content writer bukan saja sekadar menulis sesuatu. Tapi, harus menciptakan juga mengkreasikan karya yang bisa sesuai untuk produk atau jasa yang ditawarkan sebuah bisnis. Karena itu, penting untuk pemilik bisnis memercayakan kebutuhan pembuatan konten tulisan pada seorang content writer.

Content Writer Tak Hanya Sekadar Menulis Tanpa Arah

Yang harus diketahui sebelum terjun dan melamar sebagai content writer. Adalah peranannya dan ruang lingkup tugas yang biasanya dikerjakan oleh penulis konten. Seorang penulis konten berbeda dengan penulis artikel pada umumnya.

Penulis artikel bisa jadi bukan content writer tapi content writer bisa juga menulis artikel. Jadi, ruang lingkup yang dikerjakan oleh content writer cukup luas. Mencangkup penulisan email, penawaran, tulisan pada media sosial, artikel dan juga penawaran usaha.

Karena banyaknya cangkupan pekerjaan content writer, maka hasilnya berupa content writing ini sudah memiliki arah yang jelas. Sesuai dengan goals dari bisnis yang sedang ditangani. Tak bisa asal saja membuat konten tulisan. Semua harus jelas bahkan ada yang mengharuskan mendatangkan konversi yang nantinya diarahkan pada tunnel demi mendapatkan keuntungan.

Seorang content writer juga harus paham apa itu perbedaan dari soft selling dan hard selling. Kapan waktu yang tepat menggunakan dua metode penjualan dalam konten tulisan untuk bisnis. Dan bagaimana pengemasan tulisan yang sesuai dengan produk atau jasa yang sedang ditawarkan.

Tak heran jika seorang content writer sering disebut juga sebagai bagian dari digital marketing. Sebab, ranah pekerjaan mereka memang banyak berkutat di pemasaran digital. Meskipun sebenarnya tak hanya di bidang digital. Bahkan, content writer juga harus bisa mengemas iklan untuk ditayangkan pada sebuah baliho, reklame atau papan iklan.

Terdengar familier?

content writer

Apa Bedanya Content Writer dan Copywriter ?

Di sini mungkin ada banyak yang masih bingung dengan dua profesi tersebut. Meski sama-sama bergelut dalam bidang kepenulisan. Copywriter seringnya bergelut dengan tulisan untuk pemasaran saja. Bahkan, jika tidak mengetahui teknik kepenulisan untuk email atau artikel pun tak mengapa. Karena, Copywriter memang tidak bertugas dalam hal ini.

Sederhananya, Copywriter menciptakan jargon, keunikan dalam sebuah kata-kata pendek. Tanpa memedulikan susunan tulisan apakah sesuai atau tidak. Sementara Content Writer yang akan membantu ide Copywriter dikemas dalam sebuah tulisan yang menarik. Enak dibaca dan juga tetap sesuai untuk audience.

Keduanya harus sama-sama memahami siapa audience dari usaha yang sedang ditangani. Apa keinginan mereka? Bagaimana cara memberikan treatment khusus untuk mengarahkan dari Awareness hingga Action.

Yang membedakannya adalah tugas content writer lebih mencangkup ke semua bidang kepenulisan yang dibutuhkan. Bahkan, jika yang dibutuhkan adalah kepenulisan konten berupa artikel. Seorang content writer juga harus memahami struktur artikel yang sesuai dengan kaidah SEO.

Karena kebutuhan tulisan yang dihasilkan harus sesuai dengan audience dan target market. Maka, penting bagi content writer memiliki keahlian ‘Segmented Writing’. Yaitu tulisan yang sesuai dengan audience sehingga bisa langsung diaplikasikan dalam tahapan funneling.

Tulisan yang dihasilkan seorang content writer harus bisa sejalan dengan strategi pemasaran. Bahkan, jika diperlukan harus mau bekerjasama dengan seorang content designer untuk kebutuhan pengemasan pemasaran.

Bagaimana Caranya Menjadi Content Writer Yang Mampu Menerapkan Strategi Funneling Digital Marketing ?

1. Harus Bisa Berbagai Gaya Menulis

Maksud dari gaya menulis atau Writing style ini bukan berarti menulis sambil koprol atau kayang. Tapi, teknik menulis yang sesuai dengan audience. Menulis tema yang sesuai dengan bidang usaha tertentu.

Jika seorang content writer bekerja di sebuah perusahaan automotive. Berarti dia harus paham mengenai bagaimana cara merawat mobil agar mesinnya tidak cepat rusak. Bagaimana cara agar motor tidak kehabisan oli. Apa yang harus dilakukan saat membeli mobil dan mengetahui alur asuransi kendaraan.

Sebab, semua hal tersebut biasanya akan dijadikan ide konten untuk mendekatkan perusahaan dengan audience mereka.

Selain bisa menulis berbagai tema, juga harus bisa menulis dengan gaya kepenulisan yang sudah ditentukan oleh perusahaan. Semisalnya, perusahaan bergerak di bidang telekomunikasi dimana audience atau pelanggan mereka kebanyakan berusia 30 tahun hingga 60 tahun. Maka, gaya penulisan yang digunakan tentunya harus bersifat resmi. Sebab, rentang usianya sudah masuk dewasa.

Contohnya seperti Telkomsel Halo yang membranding diri dengan sebutan Veronika. Bahasa yang digunakan bersifat bahasa resmi. Kalimat sapaannya juga resmi meski tetap harus bisa membuat audience dan pelanggan terasa nyaman dengan konten yang disediakan.

2. Kreatif dan Mau Berkembang

Dunia kepenulisan memang tergolong ke dalam industri kreatif. Dimana kreativitas merupakan hal utama yang harus dimiliki seorang content writer. Selain kreatif, juga mau berkembang dan mudah beradaptasi dengan hal-hal yang sedang menarik saat itu.

Kreativitas ini digunakan untuk memadukan data dari hasil riset, ditambah ide konten yang sesuai untuk audience juga bagaimana cara agar audience ini tertarik. Semua diramu dalam satu waktu berdasarkan hasil pengawinan kreativitas dan data yang disajikan.

Namanya berkreasi, tentu harus bisa mengikuti perkembangan jaman. Jadi, harus mau juga mengembangkan kreativitas agar ide-ide yang didapat tidak mentok dan tetap bisa sesuai dengan kebutuhan konten perusahaan.

3. Jangan Mau Kalah Dengan AI

Ketika dunia digemparkan dengan kehadiran Artificial Intelligence yang bahkan mampu meramu konten tulisan sesuai dengan kebutuhan. Saat itulah, seorang content writer harus punya satu keahlian lagi yaitu otentik dalam penyajian perspektif.

Perbedaan mesin pintar dengan manusia adalah manusia memiliki banyak sekali perspektif yang berbeda dari waktu ke waktu. Bahkan, jika dikumpulkan 10 orang dalam satu ruangan, maka sudut pandang dari satu adegan bisa berbeda. Seperti film Vantage Point yang menyajikan sudut pandang berbeda dari satu kejadian.

Karena itu, tidak perlu khawatir dengan keberadaan AI. Justru siapa tahu bisa menjadikan si kecerdasan buatan ini sebagai asisten untuk mencarikan data riset dengan mudah. Sehingga pekerjaan menulis konten tidak lagi membutuhkan waktu yang lama.

Seorang penulis bernama A.S. Laksana, yang namanya pernah disebut sebagai mentor Raditya Dika, juga menuliskan cara menjadikan kecerdasan buatan ini asisten untuk menyajikan Tema-tema kekinian tanpa harus memakan waktu berhari-hari untuk riset.

4. Paham Kaidah SEO dan Basic Coding

Siapa yang bilang menulis itu hanya dengan kalimat berbahasa Indonesia, Inggris, Arab atau bahasa negara manapun?

Faktanya, content writer juga harus bisa menulis dengan bahasa mesin pemrograman. Biasanya yang dibutuhkan adalah pengetahuan dasar mengenai HTML, CSS dan Php Wordpress sebagai basic web programming.

Kenapa sih harus paham basic coding? Karena, content writer setelah menulis konten pun harus bisa dan paham cara mengunggahnya di platform website yang dimiliki perusahaan tersebut. Jika terkendala sesuatu saat pengunggahan tulisan, maka sudah menjadi kewajiban untuk menangani dan memperbaiki kendala di platform yang disediakan.

Apalagi kalau platform yang digunakan perusahaannya masih pakai Blogspot. Tentunya akan membutuhkan banyak pemahaman HTML dan CSS serta Javascript sebab platform Blogspot ini benar-benar full coding.

Lantas, fungsi Kaidah SEO ini untuk apa?

Sebuah artikel yang diunggah ke website akan berjibaku dengan ratusan juta tulisan lainnya yang tersedia di mesin pencari. Bagaimana caranya sebuah konten bisa ditemukan oleh pembaca yang tepat? Caranya dengan menyajikan tulisan yang tak hanya menarik dan informatif. Tapi, juga sesuai dengan kaidah SEO (Search Engine Optimization).

Dengan penerapan basic SEO pada tulisan artikel yang diunggah, diharapkan tulisan tersebut tidak perlu memakan waktu lama untuk bisa tepat sasaran. Jadi, tahap funneling yang diterapkan juga bisa sukses mendatangkan Action dari audiencenya.

5. Paham Cara Menentukan Buyer Persona

Keahlian inilah yang menjadi dasar sebelum memulai karir di bidang Content Writing. Sebab, sebelum memulai menulis konten. Seorang Content Writer harus bisa terlebih dahulu menentukan Buyer Persona dari sebuah produk atau jasa di perusahaan tersebut.

Jika penentuan Buyer Persona ini kurang tepat. Maka, ‘Segmented Writing’ yang ditempuh pun akan tetap percuma. Karena tidak tepat sasaran. Dan bahkan tidak sesuai juga dengan audience yang ingin ditargetkan.

Jadi, pelajarilah cara menentukan Buyer Persona yang tepat sasaran. Sehingga, strategi penerapan Funneling digital marketing-nya bisa sukses.

Apa Saja Yang Bisa Dipelajari Sebelum Menjadi Content Writer ?

Baiklah, agar impian untuk menjadi Content Writer tak hanya sekadar impian. Ada beberapa hal yang bisa dipelajari. Poin-poin materi ini dirangkum dari buku berjudul “ The Fundamental of Digital Marketing “ karya Andreas Agung. Buku digital nya bisa dibaca di aplikasi GRAMEDIA Digital.


Di Buku Ini Bisa Belajar Tiga Kategori Dasar Dari Empat Pilar Funneling

  • Awareness (Kesadaran) : pada kategori ini konten tulisan yang dibuat ditujukan untuk membangun minat audience terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
  • Consideration (Pertimbangan) : di level kategori ini, audience sudah mulai memikirkan dan mempertimbangkan tentang produk atau jasa tersebut.
  • Conversion (Konversi) : Inilah kategori yang bisa disebut Action. Di mana dari tulisan yang dibuat memicu tindakan khusus pada audience terhadap produk atau jasa.

  • Juga Belajar Cara Menentukan Buyer Persona Melalui Parameter Targeting Ini

  • Location
  • Age
  • Gender
  • Detail Targeting (meliputi Interest / behaviour)

  • Selain mempelajari cara menentukan Buyer Persona. Dari Buku ini juga bisa belajar cara membuat ide untuk Content Writing dengan membagi ide konten menjadi lima kategori. Mulai dari :

  • Konten yang informatif
  • Konten tentang kegiatan bisnis meliputi produk atau jasa sebagai perkenalan
  • Konten yang inspiratif, lucu ataupun yang memotivasi terkait produk atau jasa
  • Konten sharing pengalaman penggunaan produk atau jasa

  • Kemudian, belajar juga mengenal salah satu job desk dari Content Writer yaitu membuat List building. Apa saja yang harus dilakukan dan kenapa harus membuat List building? Menurut Simon Sinek, penting untuk Find Your Why sebelum Start Your Why. Jadi, pahami alasan-alasan dan kemudahan yang bisa dicapai saat memiliki List Building.

    Kesimpulan

    Dengan semakin banyaknya bidang usaha yang saat ini muncul. Mulai dari level UMKM hingga ke level perusahaan. Tentunya, semakin luas dan banyak juga permintaan kebutuhan akan Content writer. Sebab, apalah sebuah bisnis tanpa digital marketing di era serba digital seperti saat ini.

    Selain untuk mendatangkan keuntungan. Content Writer juga bisa membantu sebuah bisnis memiliki branding dan menguatkan branding tersebut melalui karya berupa tulisan. Sebuah informasi yang disampaikan, jika tidak tepat penyampaian kata-katanya, maka bisa menjadi boomerang yang justru memperburuk citra sebuah bisnis.

    Karena itu, kemampuan seorang Content Writer dalam hal ini sangat dibutuhkan. Terutama yang mampu melihat peluang, mampu mengemasnya dengan melalui proses pemaduan kreativitas dan riset. Sehingga menjadikan hasil yang terbaik untuk meningkatkan revenue.

    Kehadiran Content Writer juga bisa mempermudah dalam pemenuhan kebutuhan engagement audience. Sehingga, mereka bisa mendapatkan after sales service yang terbaik.

    Mau jadi Content Writer yang profesional? Find Your Why dulu baru bisa mulai belajar dengan Start Your Why.

    Postingan Terkait