Pan's Labyrinth Book Review

 Pan's Labyrinth


Cornelia Funke emang enggak perlu diragukan lagi kemampuan menulisnya. Walaupun di buku Pan's Labyrinth ini, dia bertugas sebagai co-writer membersamai Guillermo del Toro. Tapi, seolah ada sentuhan khas Cornelia di sini. 

Sebelumnya, buat yang berpikir kalau ini bisa dikonsumsi anak-anak. Karena, tokoh utamanya berusia 13 tahun. Silakan dipertimbangkan lagi. Sebab, banyak adegan sadis, kematian dan hal gelap lainnya yang mewarnai buku ini hingga terasa mencekam. 

Tapi, buatku pribadi, ini adalah buku fairy tale bernuansa kelam yang memiliki bentuk berbeda. Tetap bernuansa imajinasi namun terasa lebih segar dan berbeda dari dongeng pada umumnya. 


Kartu Tanda Buku


Judul : Pan's Labyrinth: The Labyrinth of the Faun

Penulis : Guillermo del Toro dan Cornelia Funke

Halaman : 262

Format : Ebook Amazon Kindle

Bahasa : Inggris

Diterbitkan oleh Katherine Tegen Books

ISBN : 0062414461



Ayah Tiri Yang Kejam


Tentu kita masih mengingat dongeng Cinderella. Di mana seorang gadis yang kurang beruntung. Memiliki ibu tiri yang jahat dan semena-mena. 

Bagaimana kalau dibalik? Seorang gadis berusia 13 tahun yang memiliki ayah tiri yang sadis dan senang menyakiti bahkan membunuh? Bagaimana keberadaan seorang peri akan membantunya? 

Apakah sama dengan bantuan ala Cinderella yang datang ke pesta berkat bantuan Ibu peri. Kemudian, kehilangan sepatu hingga bisa menikah dengan pangeran? 

Sayangnya, ketika Ofelia dan Ibunya harus pindah ke pelosok hutan. Tempat tinggal ayah tirinya. Yang memilih tempat tersebut karena akan memudahkannya menghancurkan klan pemberontak. 

Namanya Vidal, ia adalah seorang kapten. Memiliki anak buah yang banyak. Dan tak ada satupun orang yang mampu memanggil namanya. Mereka semua hanya bisa memanggilnya dengan sebutan Kapten. 

Ia tak segan menembak seorang anak di dekat ayahnya. Kemudian, membunuh keduanya tepat di hadapan banyak orang. Tak hanya itu, ia pun tak segan memukuli wajah pemberontak dengan palu hingga rusak. 

Bahkan, ia mempertahankan ibunya Ofelia hanya karena bayi dalam kandungan Ibunya. Vidal tak peduli apakah sang istri akan selamat atau tidak nantinya. Dan kejadian tersebut membuat Ofelia tak memiliki pilihan selain kabur. 


Apakah Peri Selalu Menolongnya? 


Bisa dibilang, iya. Tapi, bentuk pertolongannya ini aneh. Bisa dibilang, pertolongan yang diberikan enggak mudah dan penuh dengan ancaman berbahaya. 

Bayangin aja, Ofelia harus berhadapan sama binatang yang bakalan nyerang dia di lubang tengah hutan. Terus, harus mencuri sesuatu dari makhluk pemakan anak-anak. Sampai kemudian, si peri yang bentuknya Faun dan suka memakan anak-anak, enggan memberikan kesempatan dan memusuhinya. 

Walaupun pada akhirnya memang diberikan kesempatan kedua. Hingga memberi pertolongan untuk Ibunya biar sembuh. Tapi, dia tak menjamin sang Ibu akan tetap hidup. 

Pahit dan getir pastinya. Saat harus menjalani hidup seperti ini. Apalagi, Ofelia pun sama seperti Cinderella, tidur di tempat yang sebenarnya adalah gudang di loteng. 


Apa Yang Ditawarkan Pada Ofelia? 


Jadi, saat pertama kali Ofelia hendak mencapai rumah ayah tirinya. Ia bertemu dengan makhluk yang bentuknya mirip serangga tapi berbeda. Ofelia saat itu yakin, kalau yang dilihatnya adalah peri. 

Ternyata, serangga kecil mirip peri ini mengikuti Ofelia hingga ia tiba di rumah ayah tirinya. Di sinilah, ia kemudian diajak oleh si serangga untuk masuk ke dalam Labirin. 

Di sanalah ia bertemu dengan Faun. Yang kemudian memberikan informasi bahwa Ofelia adalah anak dari Ratu dan Raja kerajaan bawah tanah. Tapi, untuk memasukinya, ia harus melakukan tiga syarat yang dituntun oleh buku ajaib. 

Buku tersebut isinya kosong. Hanya akan muncul petunjuk jika Ofelia membutuhkannya. Petunjuk ini juga berisi cara dan informasi apa saja tugas yang harus dilakukan olehnya. 

Kenapa Ofelia justru tertarik untuk kembali ke kerajaan bawah tanah sementara ia sendiri masih memiliki Ibu di dunia atas?

Jawabannya, karena Ofelia merasa terasing. Ia merasa lelah harus tinggal di rumah yang sama dengan Ayah yang tak mencintainya. Bahkan, lingkungannya pun tak cocok dengan Ofelia yang hatinya cukup lembut. Ia masih merindukan ayahnya yang merupakan seorang penjahit. Sayangnya, sang Ayah sudah meninggal dunia dan Ibunya memutuskan menikah lagi. 

Bahkan, kondisi Ibunya yang sakit. Membuat Ofelia merasa bahwa kehidupannya nanti akan lebih buruk lagi. Terutama dengan kehadiran adik barunya. Itulah mengapa Ofelia bersikukuh ingin segera pergi dari dunia atas. 


Pan's Labyrinth 


Kenapa ada kata labirin pada judulnya? Sementara, dalam cerita, Ofelia enggak begitu sering masuk ke dalam labirin. Namun, kalau disimak dengan baik, ada beberapa clue yang tersajikan melalui dongeng-dongeng yang tersemat sebelum bab baru. 

Masa lalu yang dikemas berbentuk dongeng ini memiliki kaitan yang erat. Serta penjelasan yang cukup detil mengenai sesuatu. Bisa saja jawabannya tersedia pada dongeng di bab awal. Kemudian, kaitannya terpampang di bagian menjelang akhir. 

Misteri dalam buku ini tersimpan dengan baik dan rapi. Bahkan, asal muasal kenapa harus ada labirin pun ada di sini. 

Kombinasi ilustrasi yang menarik di beberapa lembar halaman. Membuat interpretasi imajinasi semakin menguat. Sehingga, mudah untuk pembaca membayangkan latar suasana di dalam ceritanya. Apalagi karena disampaikan dengan sangat detil, namun enggak membosankan sama sekali. 

Labirin adalah kata kunci yang memuat misteri lebih banyak. Meski enggak disebutkan dalam kuantitas yang banyak. 


Review Pan's Labyrinth 


Buatku pribadi, novel ini memuat segala hal yang berhubungan dengan majas metafora. 

Ketika Fairy Tale doesn't exist, disebutkan berulang kali. Seolah menampakkan wajah dalam kehidupan bahwa hal yang indah dan semata seperti dongeng sebenarnya ada. Tapi, enggak seindah dongeng yang kita tahu. Terkadang, apa yang terjadi di dongeng dan terjadi pada kita, bentuknya beda dan seringnya kita mengingat hal yang menyedihkan. 

Saat Ofelia masuk ke ruangan Pale Man. Ia tertarik dengan makanan yang dihidangkan di atas meja. Sebagai anak-anak, tentu kita akan membela bahwa makanan di atas meja bisa menjadi godaan terberat. Apalagi ketika rasa lapar melanda. Namun, ini seperti sebuah percobaan yang pernah dilakukan pada anak-anak. 

Ketika mereka diminta untuk enggak memakan atau meminum sesuatu sampai ayah atau ibu mereka kembali. Namun, kegiatan ini direkam oleh kamera tersembunyi. Sehingga si anak enggak akan sadar bahwa ia sedang menjadi bagian dari percobaan. 

Hasilnya, memang ada anak yang sama seperti Ofelia. Gagal dalam percobaan. Hingga akhirnya kegagalan tersebut membuat Ofelia diacuhkan. Namun, ada rasa menggelitik yang membuatku penasaran. 

Ofelia bukan anak berusia 9 atau bahkan 5 tahun. Ia sudah memasuki usia 13 tahun. Di mana pada masa itu, ketika usai perang dunia kedua. Usia Ofelia sudah masuk ke usia gadis remaja. Yang semestinya sudah tak perlu lagi melakukan kesalahan kecil dan fatal seperti tergoda oleh hidangan di atas meja. 

Apalagi mengingat, ia bahkan tak keberatan saat dihukum oleh Ibunya. Tak mendapat jatah makan malam saat ia bolos dari kegiatan makan malam bersama teman-temannya Vidal. 

Seolah, kesalahan kecil nan fatal ini sebagai perwakilan bentuk Greedy pada manusia. Betapa hasrat dalam diri manusia bisa menjadikan mereka merusak banyak hal. Hingga menyebabkan kematian. 

Sama seperti hasrat yang dimiliki Vidal, sebenarnya. Setiap kali ia melihat incarannya. Ia akan dengan senang hati membuat calon mangsanya tak berkutik. Kebingungan. Hingga akhirnya ia akan menerkam sesuai dengan keinginannya. 

Ada beberapa lagi, simbolis yang muncul dalam bentuk majas. Yang paling favorit adalah kerajaan bawah tanah. Di mana, di kerajaan ini tak ada yang bisa melihat matahari atau bulan. Dan untuk memasukinya, sesuai dengan hal nyata seperti menjalani ritual yang berkaitan dengan kematian. 


Kutipan Favorit


"Ofelia’s new father loved to break the bones of all those he considered weak, to spill their blood, and give new order to their messy, miserable world." 


"Secrets. They add to the darkness of the world but they also make you want to find out more. . . ."


"Only Books talked about all the things adults didn’t want you to ask about—Life. Death. Good and Evil. And what else truly mattered in life." 


"Libraries don’t keep secrets, they reveal them." 


Penutup

Sedih, mendebarkan, ngeri dan kelam. Itulah yang menggambarkan buku ini. Tapi, entah kenapa, memberikan jejak yang cukup dalam. Sehingga ebook ini menjadi bacaan favorit tahun 2020.

Beli buku elektronik ini di Amazon Kindle, dengan harga yang cukup enggak murah. Tapi, karena rasa penasaran. Akhirnya, memutuskan untuk membelinya. Ternyata, enggak membuat menyesal. Justru malah senang. 

Perpisahan yang terjadi dalam buku ini. Membuat hati terasa teriris. Betapa terkadang pertemuan itu sangat berarti setelah merasakan perpisahan, dan ini benar adanya. 

Buat yang ingin baca. Tersedia juga ebooknya di Playbook. Harganya masih 90-rban. Kalau dapat potongan 25rb, lumayan bisa menghemat. 

Postingan Terkait