Review Buku Lekang Karya Magdalena Ovi

review buku lekang


Menurut penulis buku fiksi Lekang, Magdalena Ovi, judul Lekang ini sebagai gambaran bahwa segala hal ada masa berlakunya. Kebahagiaan maupun kesedihan. Dan dia yang hilang belum tentu menjadi tiada. Dalam buku fiksi ini, Lekang benar-benar menggambarkan secara keseluruhan isi buku ini. 

Bagaimana hubungan pernikahan bisa memiliki masa berlaku, bagaimana kekerasan hati bisa luluh karena masa berlakunya sudah lewat dan bagaimana kesedihan bisa berakhir serta berganti menjadi kebahagiaan. Setiap perubahan seringnya diawali dari ketidak-sesuaian dalam diri sendiri. Namun, semua itu akan bisa menjadi bagian dalam hidup selama prosesnya. Untuk yang ingin tahu mengenai buku Lekang ini, silakan baca tulisan ini sampai selesai, ya.

Alert : buku ini berisi beberapa trigger warning seperti perceraian, pengkhianatan, trauma, stress dan depresi serta trust issues.


Buku Lekang Ini Bercerita Tentang Apa?

Rupanya, Lekang ini merupakan buku kedua dari serial Jilla dimana buku pertamanya berjudul Segitiga Tak Bertitik Temu. Namun, meskipun ini merupakan buku kedua, aku sama sekali tidak merasakan kebingungan saat masuk ke dalam cerita kehidupan Jilla. Sebab, di beberapa bagian tersisipkan penjelasan mengenai kehidupan keluarga Jilla sehingga tidak menyisakan rasa penasaran yang besar.

Perceraian yang terjadi antara Mama dan Papanya Jilla menyisakan luka yang ternyata tak hanya dirasakan oleh Jilla. Tapi, juga dirasakan oleh adik-adiknya hingga Mamanya. Namun, luka itu tersembunyi dengan rapi dan sangat baik. Tetapi, namanya luka tetap saja suatu saat akan tampak ke permukaan menjadi sebuah kejutan bagi mereka yang saling menyayangi.

Bentuk luka akibat perceraian apalagi dikarenakan pengkhianatan. Bukanlah proses yang mudah, memang setiap perpisahan tidak pernah tidak menyisakan hal yang menyedihkan. Selalu ada luka dan kesedihan menyertai. Dan perpisahan kedua orangtuanya mulai membentuk sekelumit konflik antara Jilla dan keluarganya.

Perceraian ini tercetus akibat Papanya Jilla yang tak bisa lepas dari hubungan gelapnya dengan Reni, perempuan yang pernah menjadi rekan kerjanya. Hubungan ini terungkap setelah Zey, Papanya Jilla, berniat mengirim bunga untuk Sinta, Mamanya Jilla. Namun, sekretaris di kantornya salah mengirimkan kartu ucapan. Yang dikirim adalah kartu ucapan dari Reni, untuk Zey dan berisi kalimat yang cukup untuk membuat Sinta yakin bahwa hubungan pernikahan mereka tak lagi bisa diselamatkan.

Sebegitu sulitnya kah untuk setia? Ini merupakan pertanyaan yang Sinta utarakan pada Zey. Yang juga menjadi pertanyaanku terkait kelanggengan sebuah pernikahan. Namun, dengan demokratis dan sedikit egois, Zey mengungkapkannya tanpa memikirkan efek yang terjadi pada istri dan anak-anaknya.

Mulailah, usai perceraian itu, satu per satu bergantian mereka menunjukkan efek samping dari perpisahan. Bermula dari Jilla yang melarikan diri dengan memperbanyak kegiatan selama masa sekolahnya di SMU. Terutama, ketika itu Mamanya sudah mulai memiliki kedekatan dengan rekan kerjanya bernama Baskoro. Jilla jadi merasa asing dan hendak melarikan diri dari perasaan yang tak nyaman itu.

Meskipun ia sering ikut kumpul dan mabuk dengan teman-temannya. Jilla tidak pernah melakukan kenakalan yang membuatnya rusak. Meskipun dia pernah dipanggil ke kantor polisi akibat kematian temannya sesama bomber. Namun, Jilla hanya dijadikan saksi karena malam itu, ia yang berada di lokasi kejadian. Selain itu, dia tidak pernah melakukan banyak hal yang aneh apalagi merugikan serta merusak.

Selain Jilla, adalagi adiknya bernama Sera. Sera termasuk anak yang menolak untuk bertemu dengan papanya. Sebab, usut punya usut, justru Sera mengetahui lebih dulu bukti perselingkuhan Papanya saat ia menemukan kartu ucapan dari Reni di kantong baju Papanya. Di situlah, dia sudah tahu apa yang akan dihadapi keluarganya itu.

Sementara Jihan, berbeda, dia tampak seperti anak yang cuek dengan kondisi keluarganya yang berubah. Meskipun, dalam dirinya dia jadi sering mengundang teman-temannya berkumpul di rumah karena ia tidak ingin merasakan kesunyian yang hadir usai perceraian tersebut. Jihan memang tampak blak-blakan, meski dia tidak begitu memusingkan apapun keputusan Mama dan Papanya. Tapi, efek yang ia rasakan adalah ia jadi tidak mudah membuka diri dengan situasi yang baru dan teman yang baru.

Begitu pula dengan Setya, yang merasa sedih saat pertama kali ia gagal bertemu dengan Papanya. Ketika ia sudah berada di depan pagar rumah lamanya. Ternyata, sang Papa lupa mengabari Setya kalau ia tiba-tiba ada tugas. Dan Setya, yang melihat sendiri bagaimana efek perceraian dan pengkhianatan itu pada Mamanya. Depresi yang mengakibatkan trauma pada Mamanya membuat sang Mama sering menyakiti dirinya dan seperti kehilangan dirinya sendiri.

Semua trauma dan konflik berkelindan menjadi cerita utuh yang membuat kehidupan Jilla dan keluarganya menjadi sorotan utama. Meskipun poros cerita seolah berpusat pada Jilla dengan kegiatan dan hubungannya dengan Mellow. Tapi, yang paling banyak adalah bagaimana perkembangan adik-adiknya menerima kehidupan mereka yang sudah berbeda.


Apakah Buku Ini Membuatku Terkesan?

Iya. Buku ini meskipun sejujurnya, untuk emosi karakternya kurang bisa aku rasakan. Dan ada beberapa hal yang terasa mengganjal. Serta narasi orang ketiga yang terasa seperti orang pertama. Sekaligus nasihat-nasihat yang cukup banyak. Menurutku cerita di dalamnya ini cukup intens dan bagus.

Dibandingkan dengan kisah tentang perceraian yang berakibat pada anak-anak. Efek samping yang dijelaskan di sini tidak membuat karakternya menjadi kebablasan. Walaupun memang ada juga hubungan yang sedikit kurang sesuai dengan islam. Dan cukup sedikit mengganggu buatku karena menjadi semakin di normalisasi tapi ya yang aku lihat sepertinya penulis ingin menggambarkan secara utuh apa yang terjadi di dunia nyata.

Konflik rumah tangga ini kalau dilihat kembali memang menjadi topik yang sama seperti hubungan pacaran ala orang zaman sekarang. Betapa kesetiaan tampak rapuh dalam sebuah ikatan yang cukup sakral dan serius. Di sini jadi lebih terasa karena di dunia nyata, perceraian sudah mencuat menjadi sorotan utama sehingga sering membuat mereka yang belum menikah menjadi trauma.

Apalagi saat menyeritakan bagaimana perselingkuhan terjadi. Seperti apa Zey yang justru menikmati tantangan tersebut. Hingga bagaimana Sinta, Mamanya Jilla, berusaha berdamai dan tetap menampakkan diri sebagai sosok yang tenang padahal dirinya hancur. Di sini, cukup tersampaikan adegan dan ceritanya meski emosinya belum bisa kurasakan. Baru saat ketika Sinta dan Baskoro menikah, di sinilah adegan Sera yang meminta maaf pada Papanya terasa padaku emosinya. 


Informasi Mengenai Buku Lekang

Judul : Lekang

Penulis : Magdalena I. Ovi

Halaman : 310

Cetakan : 1, Februari 2023

Bahasa : Indonesia

Format : Buku fisik tapi tersedia di Gramedia Digital

Diterbitkan oleh Stiletto Book

ISBN : 9786234092387


Hal Lain Yang Disukai Dari Buku Lekang

Selain dari bobot ceritanya yang cukup bagus dan pengemasan cerita mengenai drama keluarga yang serius. Ada hal lain yang kusuka dari buku ini.

1 Ilustrasi 

Terdapat satu lembar ilustrasi yang dibuat oleh Putri Setiyarini dalam buku ini. Ilustrasi tersebut berupa gambar beberapa tokoh di dalamnya yang berada dalam satu adegan atau scene. Terdapat 10 ilustrasi yang belum ditambah dengan ilustrasi pengenalan tokoh di dalamnya pada bab awal.

2. Istilah Bahasa Jawa

Karena berlokasi di daerah Surabaya, aku suka sebab ada beberapa istilah maupun dialog yang menggunakan bahasa Jawa. Tenang saja, bagi yang tidak paham bahasa Jawa, bisa melihat di catatan kaki untuk penjelasannya. 

3. Hubungan Orangtua dan Anak

Meskipun keduanya bercerai, hubungan antara orangtua dan anak ini masih tetap terjalin. Ada upaya yang cukup besar dari Zey untuk tetap terhubung dengan anak-anaknya. Demikian juga usaha Sinta untuk berusaha untuk bisa mengerti dan memahami anak-anak mereka di tengah keterbatasannya antara memamah luka maupun mencoba menolong menyembuhkan luka di hati anak-anaknya.


Pendapat Tambahan Tentang Lekang

Ini hanya pendapat pribadi, jadi meskipun buku Lekang ini bagus dari sisi cerita dan pengemasan serta konfliknya. Tapi, karena buku ini berisi banyak luka, trauma dan rasa rindu akan kenangan lama. Mungkin dibutuhkan kestabilan emosi bagi yang ingin membacanya.

Karena itu, aku juga menyarankan agar buku ini dibaca oleh teman-teman yang sudah menginjak usia 18 tahun ke atas. Dengan kondisi mental dan emosi yang stabil. Trigger warning yang aku sematkan di atas, semoga bisa jadi pertimbangan agar tidak tergesa dalam menamatkan cerita kehidupan Jilla.

Ada juga beberapa novel yang bermuatan sama, tentang perceraian orangtua seperti buku nonfiksi Kisah Nyata Ibu Tunggal, Fiksi Berapa Jarak Antara Luka dan Rumahmu.


Dapatkan buku original di sini

Postingan Terkait