Buku Kedua Inkspell Karya Cornelia Funke

Buku Inkspell


Inkspell - Staubfinger menemukan sosok baru yang dapat membawanya kembali ke dunianya. Namun, kecurangannya untuk mengabulkan harapan Staubfinger, dan membawa buku rahasia membuat Farid terpisah. Kemudian, kehidupan kembali Staubfinger dan kembalinya ia di negeri yang selalu dirindukan, membuat banyak teman dan kerabatnya terkejut. Dia dikabarkan mati dan dihidupkan kembali oleh para peri, sahabatnya.

Farid ingin ikut bersama Staubfinger. Hidupnya hanya untuk lelaki Api, sementara Meggie memendam rasa yang selalu menggelitik perutnya setiap bertemu Farid. Hanya saja, dia sendiri tidak tahu apakah rasa itu nyata. Dan desakan Farid pada Meggie membuatnya semakin gila. Pada buku ini, buku kedua dari trilogi inkheart, penuh berisi peristiwa mengejutkan. Juga bagaimana kita diajak berjalan-jalan di Inkworld. Seperti apa dua kekuatan di sana saling adu kehebatan.

TOKOH

Ada kemudahan dalam menulis rangkuman kisah Inkspell ini terutama pada bagian Tokoh. Karena di halaman terakhir terdapat bagian khusus nama-nama tokoh dalam novel ini. Jadi, saya tinggal mengetik ulang saja.

Meggie : Anak dari Mortimer dan Resa. Memiliki kemampuan ajaib yang langka untuk membuat tokoh-tokoh dalam buku keluar ke dunia nyata. Namun, kini impiannya adalah menjadi penulis yang bisa mengembalikan tokoh-tokoh tersebut kembali ke dunianya.

Mortimer Folchart atau Mo atau Lidah Ajaib : Pekerjaan utamanya adalah sebagai Penjilid Buku atau Dokter Buku, begitu kata Meggie. Seorang Ayah yang hangat dan dekat dengan anaknya. Sangat memahami Meggie karena mereka sangat dekat.

Resa atau Theresa : Istri Mo, Ibunya Meggie. Yang pernah hilang dan tersesat di inkheart. Kehidupannya lebih banyak dihabiskan sebagai budak Mortola dan kehilangan suaranya.

Elinor Loredan : Bibinya Meggie, seorang kolektor buku dan juga kutu buku. Seorang wanita yang cerewet tapi baik hati.

Darius : Mantan 'pembaca buku' untuk Capricorn di buku pertama, inkheart, sama seperti Mo dan Meggie, Darius bisa membuat tokoh-tokoh buku keluar dari buku. Tapi, dia sering tergagap dalam membaca hingga membuat rusak keadaan.

Staubfinger : Lelaki pemakan Api yang memiliki keahlian dengan Api. Memiliki musang bernama Gwin, terlihat cuek tapi perhatian dengan Farid. Dia juga sosok lelaki yang gemar petualangan.

Farid : Pemuda yang keluar dari buku saat Mo membacakan Kisah 1001 Malam untuk Capricorn. Dia mengabdi pada Staubfinger dan mulai membuat Staubfinger juga rindu saat berpisah dengannya. Memiliki bakat mencuri dan merampok.

Orpheus atau Kulit Keju : Dia adalah lelaki yang memiliki keahlian yang sama seperti Mo dan Meggie, tapi bukan itu saja, namun Orpheus juga ahli dalam menuliskan ceritanya. Juga dapat membuat tokoh-tokoh yang diinginkannya masuk kembali ke dalam buku.

Kaum Berwarna : Sekelompok seniman pengelana yang setia dan pernah menjadi tempat bernaung Staubfinger, dipimpin oleh Pangeran Hitam.

Pangeran Hitam : Master pelempar Pisau, pembela rahasia kaum miskin dan sahabat Staubfinger. Dia memiliki sahabat yang setia kemanapun dia pergi, yaitu Beruang Hitam.

Kaki Awan : Mantan peniti tali yang pincang, kini bekerja sebagai pembawa pesan dan teman lama Staubfinger.

Rusvogel : Pemain akrobat api yang tidak meyakinkan.

Baptista : Pemain sandiwara dan pembuat topeng yang andal. Wajahnya cacat akibat bekas luka cacar.

Minerva : Induk semang Fenoglio yang baik hati.

Fenoglio : Penulis buku asli Tintenherz. Dia menghilang kala Mo membaca kisah untuk menyingkirkan Capricorn.

Ivo : Putra Minerva

Despina : Putri Minerva

Rosenquarz : Manusia kaca mungil dan pembantu Fenoglio yang tabah

Nessel : Tabib yang menggunakan tanaman herbal dan ramuan untuk mengobati orang sakit

Paduka tertawa : Ayah Cosimo sang Rupawan yang berduka, dikenal juga sebagai 'Paduka Nestapa' sejak kematian putranya yang terlalu cepat.

Violante : 'Sang Buruk Rupa' Istri Cosimo yang tidak bahagia, putri Natternkopf, Ibu Jacopo - pewaris wilayah Lombrica sekaligus Argenta

Balbulus : Seorang Ilustrator yang dibawa ke perpustakaan kastel Ombra oleh Violante

Brianna : Putri Roxane dan Staubfinger, pelayan Violante.

Roxane : Istri Staubfinger yang cantik, mantan biduanita pengelana yang sekarang menanam tanaman herbal untuk para tabib

Burung Lumbung : Tabib yang merawat Staubfinger waktu masih kecil

Natternkopf : Dikenal sebagai Raja Perak, Raja yang lalim dan gemar pada perang. Dia takut akan Kematian dirinya sendiri.

Pfeifer : Dikenal sebagai Hidung Perak mantan komplotan pembakar Capricorn. Dia sekarang menyanyikan lagu - lagu muram untuk Natternkopf

Brandfuchs : Pengganti Capricorn, pengawal utama Natternkopf

Taddeo : Pustakawan Kastel Kegelapan



SETTING/LATAR

Ada 7 tempat yang dijadikan latar pada kisah ini. Yaitu Tintenblut, dunia yang kita tempati. Kemudian Tintenwelt tempat Staubfinger masuk kembali ke dalam buku, dan bertemu teman-temannya. Lombrica, wilayah kerajaan Kastel Ombra. Kastel Ombra ini tempatnya si Paduka Nestapa dan si Buruk rupa tinggal. Tanah Pertanian Roxane, letaknya agak menjauh dari kastel, sedikit menuju tempat yang berdekatan dengan wilayah tak bertuan. Tanah pertaniannya asri sekali. Argenta, ini rumah perawatan. Dan Kastel Kegelapan tempat Natternkopf tinggal dan di sini nantinya akan terjadi pertempuran hebat.

ALUR

Pada Bab 1 dan 2, Staubfinger dan Farid akhirnya bisa menemukan lelaki yang berjanji bisa membawanya kembali ke dalam buku. Inilah yang selalu diimpikan oleh Staubfinger. Sementara Farid masih tetap ingin mengabdi pada Staubfinger dan tak ingin kembali ke dunia buku miliknya.

Bab 2, ternyata si kulit keju berhasil memulangkan Staubfinger. Namun, dia sendiri di hutan belantara tintenwelt.

Bab 3 dan 4, Meggie selalu membaca buku rahasia yang dilarang Mo. Karena Mo tak ingin kehilangan untuk kedua kalinya. Tapi, rasa penasaran Meggie justru membuatnya bersikeras meski akhirnya keduanya justru bertengkar. Di lain sisi, Farid kembali ke rumah Elinor dan mengabarkan kisah tentang dirinya yang ditipu.

Bab 5, Staubfinger bertemu dengan teman lamanya sesama pengelana. Dan mendengar kisah tentang kerajaan yang berubah.

Bab 6, Meggie mencoba keahliannya dan dia merasakan sesuatu yang berbeda. Sangat berbeda. Ada yang aneh dia rasakan.

Bab 7, Roxane berkata pada Staubfinger, anakmu sudah berumur lima belas tahun, pendapatku sudah lama tak dipedulikan, tapi entahlah, siapa tahu dia mau mendengarkan ayahnya, meskipun sudah sepuluh tahun dia tidak melihatnya (107).

Bab 8, tiga kali Meggie merobek surat itu lalu menulis lagi yang baru. Tidak ada kata yang dapat menghindarkannya dari amarah Mo atau dapat mencegah dari kesedihan Resa. Ia meletakkan surat di atas bantal (111).

Bab 9, Dia akan mati karena Gwin! (124) Begitu kata Meggie, dan ini yang membuat Farid segera mencari Staubfinger.

Bab 10, jantung Mo berdetak seolah ingin membunuhnya. Kesunyian di balik pintu terdengar mengerikan namun tak asing lagi. Tepat seperti itulah yang terdengar di telinganya dulu, ketika ia memanggil-manggil nama Resa, berkali-kali (126).

Bab 11, Lelaki itu datang dengan sebuah mobil. Benar-benar dungu dan kurang ajar. Seenaknya saja membawa masuk mobil ke halaman rumah orang lain. (134) Mereka kedatangan tamu yang tak pernah diduga sebelumnya.

Bab 12, ah inilah nasib si penulis tintenwelt yang tinggal di dekat Kastil Ombra. Apa yang dia lakukan? Sebagai balasan, Fenoglio membacakan cerita-cerita pengantar tidur untuk anak-anaknya (143 ).

Bab 13, Seorang pemuda yatim piatu, kulitnya nyaris sehitam rambutnya yang awut-awutan, pisau dan lidahnya melesat sama cepat, selalu siap untuk melindungi mereka yang dicintainya...(151) Kalian akan diperkenalkan dengan seorang pemimpin yang melindungi kaum miskin.

Bab 14, "Kupikir sebaiknya besok saja kita bertukar cerita tentan apa yang terjadi sejak terakhir kali kita bertemu," kata Fenoglio (163). Huhuhu, semakin seru dan berdebar kisahnya.

Bab 15, "salah satu rahasiamu? Seorang anak yang tidak kuketahui?"

Bab 16, "Yang benar saja, memangnya sebesar apa sih runahku! Bahkan si bodoh Basta pun seharusnya sekarang sudah mengerti, Meggie memang tidak ada di sini." (177)

Bab 17, Resa meraih lengan Mo. Ia mencoba menariknya ke samping, namun Mortola menembak terlalu cepat (190). Di sini ini kalian akan bertemu dengan sosok lain yang nantinya memegang peranan juga hingga buku terakhir.

Bab 18, Resa pernah bercerita bahwa di sana sarang-sarang burung menempel begitu rapat di tembok-tembok istana sehingga kicauan burung kadang bisa menutupi suara nyanyian para pengelana (205).

Bab 19, Hari ini, ketika Raja mengundang rakyatnya untuk ikut merayakan ulang tahun cucunya sekaligus pewaris takhta, makanan dan minuman tersedia cuma-cuma (210).

Bab 20, Raja yang ada di hadapannya sama sekali tidak gembira. Wajahnya pucat dan kulitnya bergelambir seolah ditinggalkan pemilik aslinya (219) begitulah gambaran singkat Paduka Nestapa.

Bab 21, Roxane menaruh kecurigaan pada Farid. Bahwa dia adalah anaknya Staubfinger. Karena keahliannya benar-benar seperti jejak Staubfinger.

Bab 22, ia mengenal suara itu, tapi di mana? Ia tidak bisa lagi mengingatnya. Sudah lama sekali saat terakhir kali ia mendengarnya, terlalu lama... (239)

Bab 23, "Darius, semua tergantung padamu! Kau harus membaca dan mengembalikan mereka kemari!" (241) Begitulah bibi yang satu itu, marah-marah terus.

Bab 24, Tepat ketika Perempuan Putih kelima muncul di tangga, si perempuan tua kembali ke benteng Capricorn bersama tiga orang lelaki (245).

Bab 25, Tangan peri air tampak begitu lembut dan rapuh, nyaris tembus pandang (257).

Bab 26, ia melihat pena-pena bulu setipis helai rambut dan kuas-kuas mungil, terikat jadi satu dalam guci kaca, kuas-kuas yang dapat melukis kuntum-kuntum bunga dan wajah semungil kepala jarum (266).

Bab 27, "Kau pergi sepuluh tahun, dan sekarang seenaknya saja kembali ke sini? Semua orang bilang kau sudah mati! Kata mereka kau membusuk di penjara bawah tanah Natternkopf!" (281).

Bab 28, Kemudian, sama mendadak dengan kedatangan mereka, orang-orang bersenjata itu lenyap (287).

Bab 29.Cosimo memutar kudanya dan memandangi jalan dari arah ia datang tadi - seolah-olah ia kehilangan sesuatu, tapi lupa benda apa yang hilang (298).

Bab 30, "Kalau aku yang berada di sana, aku tidak akan pernah kembali lagi!" (305) Begitulah kesaksian Orpheus yang iri pada beberapa orang yang masuk ke dalam buku.

Bab 31, Natternkopf mencari Mo. Dan ia mengirimkan tentara bersenjatanya untuk menggantung orang-orang yang menyembunyikan Mo (311).

Bab 32,  "Kata mereka, konon perempuan Putih jatuh cinta setengah mati pada Cosimo hingga akhirnya melepaskannya," tutur Roxane (319).

Bab 33, Natterkopf akan datang, dia sama sekali tidak senang mendengar kabar tentang kembalinya sang menantu dari kematian (327).

Bab 34, "Ayahmu bukan salah satu karakterku, seperti Cosimo, Staubfinger. Tempatnya bukan di sini." (337).

Bab 35, Kematian sangat nyata di Tintenwelt. Sangat nyata. Aneh rasanya berhadapan dengan kematian (341).

Bab 36, "Kata-kata. Hanya kata-kata, tapi lebih baik daripada tidak sama sekali." (349).

Bab 37, Oh yah, semuanya akan berbeda sekarang, pikir Fenoglio. Semua jelas akan berbeda. Mulai saat ini aku, dan bukan tokoh-tokohku, yang akan mengendalikan cerita ini lagi (359).

Bab 38, Kau menempa kata-kata, aku akan menempa pedang. Banyak, banyak sekali pedang. (374)

Bab 39, Darius dan Elinor, mereka berdua membuat kesepakatan.

Bab 40, "Ini Hutan tak Berujung, dan bukan bagian yang paling aman pula!" (394)

Bab 41, sulit sekali bagi Mo untuk tidak meraih gadis itu ke dalam pelukannya, begitu sulit menyembunyikan kebahagiaan sekaligus ketakutan yang menyesaki hatinya (406).

Bab 42, Tidak ada bulan malam ini, dan suasana begitu gelap di halaman dan di sekitar kandang hingga bahkan wajahnya yang berbekas luka hanya terlihat bagai sepetak benda berwarna pucat (410).

Bab 43, Gadis kecil di sampingnya mencengkram gaunnya erat-erat. Ia tersenyum pada bocah itu -dan merasakan pandangan pfeifer tertuju padanya dari atas kuda. (421)

Bab 44, mereka yang berhasil meloloskan diri tidak ada yang terluka. Ada satu anak yang tungkainya terkikir, tapi hanya itu (426).

Bab 45, "jadi putuskan saja tempat pertemuan yang baru dengannya - kali ini yang aman - dan katakan padanya kau akan segera kembali membawa surat dariku." Kata Fenoglio (429).

Bab seterusnya mengisahkan bagaimana mereka semua bersembunyi dari pasukan Natternkopf, kisah yang terjadi selalu mengundang kejutan pada setiap bab. Hingga rasa penasaran terus terjaga sampai halaman terakhir buku ini.

Di buku kedua ini lebih komplit kisah yang diceritakan. Dari legenda Perempuan putih, bagian ini merupakan favorit saya, kemudian bagaimana pertemanan Staubfinger dengan para peri. Sehingga dia bisa mendapatkan keahliannya. Kecemburuan Farid pada Staubfinger, bayangkan saja dia bisa cemburu karena Staubfinger tidak menceritakan kisah keluarganya. Juga kecemburuan Roxane karena mengira Farid anaknya Staubfinger.

Pada mulanya, misi Meggie adalah menolong Farid. Sementara Farid ingin menolong Staubfinger dari kematiannya. Tapi, siapa disangka, ada banyak kematian dan kehidupan kembali pada kisah ini. Ada bagian yang sedih kala kehilangan dan berdebar kala harus membebaskan diri saat ditawan. Benar-benar komplit.

@ipehalena

Postingan Terkait