Before The Coffee Gets Cold Novel Dengan Pesan Moral Dan Kisah Yang Mengharukan



Before the coffee gets cold

Before the Coffee Gets Cold lagi banyak dibicarakan di ranah bookstagram. Katanya, memuat kisah yang bisa bikin mengharu biru. Serta memiliki pesan moral yang kuat mengenai pilihan dalam hidup. 

Pertama kali tau buku ini dari ulasannya kak Peri Lia. Seorang book blogger yang ramah dan ceria. Dari ulasannya di blognya, seketika daku penasaran dan mencari ebooknya di Kindle.

Bersyukur banget waktu cek di Kindle harganya lagi diskon. Cuma 5 dollar aja untuk ebook Before the Coffee Gets Cold ini. Alhasil, enggak pakai mikir dua kali. Langsung aja beli. Walaupun dibacanya setelah beberapa minggu dibeli.

Novel ini ditulis oleh Toshikazu Kawaguchi yang lahir di Osaka, Jepang, pada tahun 1971. Pak Toshikazu ini selain penulis buku juga seorang produser, sutradara dan penulis skenario untuk grup drama Sonic Snail. Karena pekerjaannya yang berhubungan dengan drama teatrikal, Before the Coffee Gets Cold yang diadaptasi dari drama teater ini kental banget dengan adegan ala teatrikal. Bahkan, kisah novel ini pun meraih penghargaan Suginami Drama Festival ke-10.

Nah, kali ini daku ingin menyeritakan pengalaman dan apa saja yang daku dapatkan usai membaca novel ini.

Kartu Tanda Buku

Judul : Before the Coffee Gets Cold

Penulis : Toshikazu Kawaguchi

Halaman : 227

Format : Kindle Ebook

Bahasa : Inggris

Diterbitkan oleh Hanover Square Press

ISBN : 9781529029581


Before the Coffee Gets Cold

Buat yang belum baca novel ini. Sebaiknya langsung tutup saja halaman ini. Soalnya daku akan menuliskan banyak sekali spoiler di sini. Jadi, daripada kalian misuh-misuh, lebih baik jaga rasa penasaran kalian dengan menutup laman artikel ini dan membuka ulasan Buku Ngabubookread Dari Falcon Publishing.

Kisah bermula dari seorang wanita dan pria yang sedang duduk berhadapan di cafe yang enggak begitu ramai. Keduanya larut dalam pikiran masing-masing hingga sang pria mulai memutus pembicaraan dengan mengatakan bahwa ia sudah harus pergi.

Dalam benak sang wanita, ada banyak sekali hal yang ingin diketahui dan ingin dia sampaikan. Hal ini adalah kali pertama untuk wanita yang bernama Fumiko, merasakan cinta dan menjadikan lelaki sebagai kisah cintanya. Sebelumnya, Fumiko adalah wanita yang sangat mencintai pekerjaannya.

Perpisahan itu sudah hampir seminggu. Fumiko kembali lagi ke cafe tempat ia sering menghabiskan waktu dengan lelaki itu. Dia menyeritakan keluh kesahnya dan mengapa dalam hidupnya ia harus bertemu dengan lelaki yang juga berambisi dengan pekerjaan sama sepertinya. Hingga rasa cintanya yang begitu besar itu akhirnya kandas dengan perpisahan yang tidak berjalan mulus.

Dari kegalauannya inilah Fumiko bertekad untuk meminta pada Kazu agar bisa kembali ke masa lalu. Iya, kembali ke masa lalu.

Cafe yang terletak di basement ini enggak memiliki jendela. Pengunjungnya pun enggak ramai tapi memiliki pengunjung tetap. Ada sebuah legenda yang menjadi Unique Sales Point dari cafe ini. Mereka mengatakan bisa membawa pelanggannya ke masa lalu (juga masa depan). 

Legenda inilah yang sempat membuat banyak orang mempertanyakan, apa iya benar? Walaupun enggak banyak yang mau mencoba. Karena, syarat untuk mengunjungi masa lalunya ini terlampau sulit.

Namun, demi menyatakan perasaannya pada Goro, lelaki yang dicintai Fumiko. Ia berusaha keras untuk bisa kembali ke masa lalu dan menyetujui semua persyaratan yang dijelaskan oleh Kazu, seorang pelayan di cafe ini.

"the cafe had its moment of fame in the light of an urban legend that claimed it could transport people back to the past." - Before the coffee gets cold

Syarat Untuk Kembali Ke Masa Lalu

Untuk kembali ke masa lalu. Fumiko menyetujui semua persyaratannya. Walaupun dari semua persyaratan tersebut tidak mudah. 

Pertama, ia harus menyeruput kopi yang dihidangkan Kazu sebelum kopi tersebut dingin. Ini berarti Fumiko harus tau berapa lama secangkir kopi bisa berubah suhu dari panas ke dingin. Dan yang sulitnya lagi, Fumiko enggak suka kopi. Jadi, dia harus benar-benar memaksa dirinya untuk meminum kopi tersebut sampai habis sebelum dingin.

Kedua, orang yang bisa ditemui adalah orang yang sudah pernah mengunjungi cafe Funiculi Funicula. Iya nama cafenya adalah Funiculi Funicula. Karena Goro dan Fumiko sering mampir ke tempat ini. Syarat nomor dua ini tampak mudah baginya.

Ketiga, saat sudah berada di masa lalu. Fumiko tidak boleh bergerak apalagi bangun dari kursi tempat ia duduk. Harus benar-benar berada di tempat duduk tersebut.

Keempat, tidak boleh mengubah apapun yang akan mengubah masa sekarang. Bahkan, tidak boleh mengatakan kalau Fumiko berasal dari masa lalu. Sama sekali tidak boleh ada yang tahu walaupun semisalnya orang di masa lalu itu mengetahui, tetap tak boleh meng-iya-kan.

Kelima, ia harus duduk di kursi tempat seorang wanita bergaun putih duduk sambil membaca buku. Ini yang cukup sulit, walaupun tampaknya mudah. Mungkin dengan meminta wanita tersebut bertukar tempat duduk dengan Fumiko. Tapi, sayangnya kondisinya tidak seperti itu.

Syarat kelima ini cukup membutuhkan waktu yang lama dan butuh kesabaran ekstra. Pasalnya wanita bergaun putih yang membaca buku itu adalah seorang hantu. Ia terjebak di masa lalunya dan tak bisa kembali. Ia menjadi hantu dan tempat duduknya merupakan media transportasi yang bisa membawa seseorang ke masa lalu.

Sayangnya, wanita bergaun putih ini enggak pernah bisa diajak berbincang. Cuma bisa ditawari minum kopi. Dan ketika dipaksa untuk bertukar tempat, akan ada kutukan yang mengerikan. Fumiko sudah merasakan kutukannya karena ia memaksa sang wanita gaun putih untuk bertukar tempat.

Satu-satunya cara untuk bisa duduk di tempat tersebut adalah ketika sang hantu pergi ke kamar mandi. Dan itu hanya terjadi satu kali sehari saja. Inilah kenapa bahwa syarat kelima ini butuh kesabaran yang ekstra.

Bahkan, waktu selama berada di masa lalu pun terbatas. Selama hantu tersebut ada di kamar mandi saja. Ketika sang hantu sudah datang kembali dan mengatakan "minggir" itu berarti waktu sudah selesai dan harus segera beranjak dari tempat singgasana sang hantu.

"If you don’t drink all the coffee before it gets cold. It will be your turn to be the ghost sitting in this seat." - Before the coffee gets cold

Kembali Ke Masa Lalu Akankah Menjadikan Hari Ini Lebih Baik?

Karena ada syarat ketika berada di masa lalu enggak boleh melakukan sesuatu yang bisa mengakibatkan adanya perubahan di masa sekarang. Akhirnya beberapa pelanggan yang memutuskan untuk ke masa lalu hanya mampu mengutarakan sesuatu yang enggak begitu penting.

Seperti Fumiko yang baru tahu dan sadar ketika ia berteriak pada Goro, saat itu Goro mengatakan sesuatu yang penting. Yaitu dia berjanji untuk menemui Fumiko 3 tahun lagi di cafe ini. Justru inilah sesuatu yang baru Fumiko ketahui dan itu pula sesuatu yang ia bawa dari masa lalu.

Ada lagi sepasang suami istri. Sang suami menjadi pelanggan tetap. Ia selalu duduk di tempat yang sama. Melakukan hal yang sama yaitu membuka majalah travel dan meletakkan semua foto-foto travel. Ia seperti orang yang terjebak di antara ruang dan waktu. Walaupun ia bukanlah hantu.

Kisah suami istri ini yang membuat novel ini jadi spesial. Sang suami adalah pasien demensia. Sementara istrinya bekerja sebagai suster. Hari demi hari demensia sang suami menjadi akut. Hingga ia lupa dengan semuanya termasuk istrinya.

Ia bahkan menganggap kalau istrinya adalah suster. Di lain kali ia tak mengenal susternya atau istrinya itu. Hingga suatu ketika Kazu terkejut karena sang lelaki mengatakan ia menunggu si Hantu beranjak dari tempat duduknya karena ingin bertemu dengan istrinya di masa lampau.

Apakah ia benar-benar bertemu dengan istrinya di masa lampau? Justru sebaliknya. Pesan itu disampaikan langsung oleh Kazu pada sang istri. Dan memaksa sang istri untuk kembali ke masa lalu demi mengetahui alasan suaminya ingin bertemu dengannya.

Ternyata, suaminya ingin menyerahkan sebuah amplop berisi surat. Yang ia tulis sendiri berisi curahan hatinya hingga rasa cintanya. Dan ketakutannya pada penyakit demensia itu. Dia menuliskan pada sang istri bahwa ia tetap mencintainya walaupun ketika demensianya menggerogoti kenangannya. 

Apakah sang istri mengubah masa lalunya? Enggak. Justru setelah itu dia jadi lebih bersemangat merawat sang suami. Ia bertekad untuk terus mendampinginya bukan sebagai suster dan pasien. Tapi, sebagai suami dan istri meskipun sang suami sudah lupa dengan siapa dirinya.

Review Before The Coffee Gets Cold

Selama membaca novel ini. Ada satu hal yang menarik di awal bab. Kalimat ini "There were three large antique wall clocks in the cafe. The arms of each, however, showed different times." Membuat saya teringat nasihat para ulama. Yang kita miliki dalam hidup itu ada 3, hari kemarin, hari ini dan besok. 

Jadi perumpamaan tiga jam yang menunjukkan tiga waktu berbeda itu adalah bentuk pemahaman kehidupan kita sebagai manusia. Dari sinilah daku meyakini kalau kisah di dalamnya memang memuat pesan yang ingin disampaikan pada pembaca mengenai kehidupan dan waktu.

Namun, buku ini enggak begitu se-mengesankan seperti banyak orang bilang. Memang buku ini bagus. Bener deh. Tapi, porsi mengharukannya buatku hanya di bagian suami yang mengidap demensia. Sisanya, enggak begitu wah, tapi tetap menarik.

Ada hal lain yang membuatku agak kurang yaitu aku enggak menemukan keanehan seperti yang dirasakan Kazu dan tim di cafenya. Ketika seorang anak SMA datang dari masa depan dan minta foto. Aku sudah menebak dan tebakanku benar. 

Bahkan beberapa ada yang bilang kalau adegan ini sungguh menyedihkan. Sayangnya buatku enggak sama sekali. Mungkin karena sudah bisa kutebak ya. Tapi pembelajaran dari para tokoh di dalamnya cukup mengena tentang betapa sering kita tidak menghargai waktu bersama dengan orang yang kita sayangi.

Walaupun pada akhirnya, aku harus mengakui kalau aku kecewa. Karena, kisah sang Hantu yang menjadi kunci penunggu kursi. Hanya dikisahkan sedikit, "Yes. She had gone to meet her dead husband. She must have lost track of the time. When she finally noticed, the coffee had gone cold." Hanya itu saja alasan mengapa wanita itu menjadi hantu.

Kisah apa yang terjadi sebelum ia meninggal enggak dikisahkan. Justru lebih banyak kisah Fumiko yang buatku sendiri enggak begitu menarik. Karena, dari awal aku menganggap Fumiko terlalu menyebalkan. Bahkan, kisah tentang kakak adik yang akhirnya harus terpisah dunia aja enggak mendapat porsi yang banyak.

Tapi, buatku novel ini memang layak dibaca. Karena banyak hal yang bisa direnungi mengenai kita dan kehidupan serta waktu yang kita miliki. Jangan sampai menyia-nyiakan kehadiran orang yang ada di dekat kita. Karena ketika kematian menyapa, tidak ada hal yang bisa diubah sama sekali.

Penutup

Enggak menyesal juga membeli ebook ini. Sebab ceritanya memang penuh dengan pesan yang cukup mendalam. Terlepas dari rasa kecewaku karena enggak begitu memenuhi ekspektasiku.

Namun, buku ini cocok banget dibaca untuk kalian yang suka dengan novel fiksi drama yang berkaitan dengan Slice of Life. Dan ingin merasakan juga baca buku yang sedang tren. Buku ini sudah diterjemahkan, silakan cek di toko buku online Bookoff Indonesia. Mereka menjual versi terjemahan dari Gramedia dengan sampul yang lebih lucu.

Postingan Terkait