Baca Novel Projo Brojo di I-Jak

Baca Novel Projo Brojo di I-Jak


Projo Brojo merupakan karya dari penulis asal Indonesia bernama Arswendo. Sudah banyak yang mengenal sosok beliau pastinya. Pun kalau belum pernah membaca karyanya, minimal pernah dengar namanya. Novel ini entah karyanya yang keberapa, yang sudah saya baca. Itu pun karena sampai sekarang belum mendapatkan versi buku aslinya, akhirnya saya membacanya melalui aplikasi I-Jak. Sebuah novel yang mengisahkan tentang dua kehidupan pria, beserta jalan hidupnya yang selalu mengikutsertakan peran istri yang khas ala Arswendo. Selain itu, sematan guyonan yang benar-benar Arswendo banget, pun tak ayal membuat saya betah membaca novel ini sampai akhir.


Berkisah tentang Brojo yang harus menghadapi satu-satunya ketakutan terbesarnya, yaitu kehilangan pekerjaan. Apalagi dia harus mengalami hal ini tepat ketika dia baru saja menikah dengan Wisuni. Masa-masa pengantin baru justru harus dihabiskan oleh Brojo dengan menjadi penganggura. Sesuatu yang sebelumnya sangat mengerikan bagi Brojo. 


Namun, tidak lama berselang, meski sudah membayangkan tentang kematian, Brojo akhirnya mendapatkan pekerjaan yang aneh. Tapi toh dia tetap menjalani pekerjaan itu, demi Wisuni sang istri. Saking anehnya, sampai-sampai Wisuni harus pulang bersama mertuanya, kembali ke kampung sementara Brojo masih merahasiakan - jenis pekerjaan apa yang diterimanya - dari Wisuni.


Yang menarik dari novel ini, lagi-lagi karakter yang khas, problematika yang sedikit realistis serta kekuatan para karakternya. Ke-khas-an di sini mengacu pada dialog yang kental sekali dengan sosok Arswendo. Jika dibandingkan dengan satu karya favorit saya, Canting, dialognya yang lugas namun sering tersemat banyolan ikut hadir dan membuat novel ini seolah tengah dinarasikan secara langsung oleh sang penulis.

Problematika yang diangkat dalam novel ini sebenarnya tentang kehidupan sehari-hari, bagaimana pikiran orang-orang yang tengah kehilangan pekerjaan, bagaimana kalutnya pikiran orang yang berada di penjara. Serta, tidak jauh-jauh, Arswendo sering membahas tentang kesetiaan sepasang suami-istri. Dalam novel ini kembali mengingatkan saya pada pasangan Pak Bei dan Bu Bei di novel Canting. Meski dalam novel ini pihak yang berselingkuh bukan pasangan Brojo dan Wisuni, tapi tetap saja, ada perselingkuhan yang mewarnai kehidupan rumah tangga para tokohnya.

Orang-orang ketiga inilah yang punya peran serta dalam menambah warna dari kisah ini. Namun, memang, saya katakan kalau Arswendo tampaknya terlalu sederhana membuat para tokohnya seolah tak ingin ribut sehingga urusan perselingkuhan ini tidak menjadi kerusuhan dan bisa segera terselesaikan dengan cukup cepat. Hehe, itulah kenapa saya menambahkan kata 'sedikit' di kalimat problematika yang sedikit realistis.

Berbicara tentang novel yang enak dibaca, pasti tidak lepas dari kekuatan karakter yang ada di dalamnya. Selain itu tentu memang alur dan gaya penulis memiliki pengaruh yang tak bisa dikesempangkan. Kekuatan karakter dari novel Projo Brojo memang menonjol pada karakter Brojo, Projo dan Wisuni. Sisanya, saya tidak menemukan sesuatu yang khusus dari mereka.



Brojo merinding. Bulunya berdiri. Seolah tak percaya bahwa wanita yang berpenampilan baik-baik, yang minyak wanginya mahal, yang sepatunya mahal, bisa berbisik seperti itu. ~ Hal 177


Brojo seorang lelaki yang santai, berpikiran simple, cukup sederhana, memandang hidup dari sesuatu yang sangat-sangat sederhana, memiliki impian namun yang juga sederhana yaitu membahagiakan Wisuni. Sementara itu sosok Wisuni yang merupakan gadis desa, berusia muda, juga sama seperti Brojo sang suami. Memiliki jalan pikiran yang sederhana, seolah-olah dia masih belum memahami hal yang terjadi pada masyarakat perkotaan. Baginya 'kalau lapar ya makan, kalau ngantuk ya tidur', bukan lagi pemikiran 'kalau lapar ingin makan apa?'



"Apa yang kau bayangkan jika seseorang sesukses dia, banyak uang, dan besar kekuasaannya?" ~ Hal 32


Di lain sisi Projo, seorang lelaki yang memiliki konflik di sini, memang cenderung impulsif, meski sering memikirkan sesuatu secara detail tapi justru membuatnya berada di kondisi yang terjepit. Bahkan, cukup aneh dan bagi saya ketika Projo harus mendatangi satu seminar dimana dia harus menyamar, ini tidak menyertakan alasan yang cukup kuat. Sehingga bagi saya terlalu mengada-ada, seolah-olah si karakter dipaksa untuk bertemu tanpa sengaja dengan sang Istri. Paksaan ini yang sedikit membuat saya kemudian semakin merasa rancu dengan kehadiran Bu Dewi dan perannya yang memang pada akhirnya membantu dalam pertemuan Projo dengan istrinya. Dan Projo menempati posisi lelaki dengan kekuasaan yang besar namun tak mampu merasakan kebebasan seperti Brojo.


Rumusan kata-kata Wisuni sederhana. ~ Hal 142
Tanpa protes. Tidak juga menyanyakan kenapa. Meskipun untuk itu, ia terpaksa mengangkut barang-barang, mencari tempat, terhenti lama. ~ Hal 143
Wisuni dengan tenang menemui. ~ Hal 144


Ya, kali ini karakter Wisuni mendapat bagiannya. Seorang perempuan yang sebelumnya sudah saya bahas di beberapa paragraf di atas. Termasuk sederhana, tenang dan bagi saya datar. Tidak begitu ekspresif, tapi kata-kata yang meluncur dari mulutnya cenderung to the point, tidak bertele-tele dan malah terkesan Wisuni ini jelmaan om Arswendo secara utuh, kecuali gendernya saja yang berbeda. Bagi seorang perempuan seperti Wisuni, hidup itu tak memerlukan hal yang memusingkan, meski memang untuk membuatnya nyaman dia juga cukup membuat Projo gelisah. Karena bagi Projo, Wisuni itu cerewet!

Namun, Wisuni tetaplah istrinya Brojo yang tetap setia dan tidak macam-macam. Malah cenderung lebih pandai ketimbang orang-orang yang berpendidikan tinggi. Lucu memang, di sinilah sosok Wisuni seolah menjadi wujud ironisme kondisi masyarakat perkotaan yang cenderung terlalu ribet dalam berpikir, terlalu banyak tuntutan sehingga sering salah fokus dalam menghadapi masalah. Seolah Wisuni yang sedang tertawa, tengah menertawai banyak orang yang berprilaku 'salah fokus' di dunia nyata.

Cukup lucu memang, karakter perempuan yang khas dengan adat, dimana perempuan itu harus patuh tanpa perlu banyak pertimbangan. Ketika suami mengatakan A, yaa A, tidak ada AB atau AC. Bahkan ketika harus mempersulit dirinya sendiri, pun Wisuni tetap tenang dan santai layaknya pendekar wanita yang tak takut mati 😀 (saya berlebihan sekali).

**

Kartu Tanda Buku

Judul : Projo Brojo || Penulis : Arswendo Atmowiloto || Tahun terbit : 2009 || Halaman : 361 || Penerbit : Gramedia Pustaka Utama || ISBN : 9789792249507 || LBABI : 1 || Rating : 4/5


**

Baca Novel Projo Brojo di I-Jak


Saya membaca Projo Brojo melalui aplikasi I-Jak. Sebuah aplikasi perpustakaan digital dari perpustakaan Jakarta yang berisi banyak sekali ebook bagus di dalamnya. Dengan mengusung tagline "Membaca Semakin Mudah", I-Jak ikut serta dalam menumbuhkan minat baca serta memberi akses untuk mereka yang tak mampu membeli buku dengan memanfaatkan teknologi internet.

Dengan kehadiran I-Jak sendiri, diharapkan pertumbuhan minat baca masyarakat Indonesia bisa mencapai posisi yang lebih baik lagi. Selain itu, bagi kalian yang masih bingung, I-Jak sudah tersedia di Playstore dan Itunes, cukup diunduh dan dipasang di perangkat, kemudian mendaftar. Setelah itu kita bisa bergabung ke beberapa E-Pustaka yaitu kumpulan instansi atau penerbit yang sudah bekerjasama dengan iJakarta.

Apakah aplikasi ini gratis? Selama saya menggunakan aplikasi ini, ya gratis. Namun, batas maksimal peminjaman pada akun saya hanya 3 kali dalam sehari. Dan batas pinjam masing-masing E-Pustaka berbeda-beda, jadi ada baiknya dibaca terlebih dahulu syarat dan ketentuan di tiap-tiap E-Pustaka agar kita bisa menyelesaikan bacaan tepat waktu. Meski kita masih bisa meminjam buku tersebut di kemudian hari, tapi tidak menjamin ketersediaan buku tersebut, karena bisa jadi kita harus antri untuk membacanya.

Ketersediaan buku masing-masing E-Pustaka juga berbeda, namun bukan berarti ketika buku sudah habis kemudian kita sama sekali tidak bisa membacanya. Masih bisa, asalkan ikut antrian untuk membaca buku tersebut. Dan buku akan dipinjamkan sesuai dengan antrian yang masuk. Jadi, pastikan untuk memanfaatkan waktu sebaik mungkin selama masih bisa meminjam tanpa harus mengantri, hehe.

Selain itu, di aplikasi ini, kita juga bisa berinteraksi dengan beberapa teman sesama pengguna I-Jak. Bisa juga membuat ulasan singkat tentang buku yang sudah kita baca serta bisa membuat rak buku sendiri dan memberikan rekomendasi buku pada teman lainnya. Cukup lengkap menurut saya. Apalagi aplikasinya cenderung ringan, namun tetap membutuhkan koneksi internet yang cukup memadai agar ketika proses sinkron ebook untuk dibaca tidak memakan waktu yang lama.

Semoga saja, di kemudian hari, I-Jak bisa tersedia juga bagi pengguna Chromebook seperti saya. Dimana mengandalkan aplikasi yang bisa digunakan melalui chrome web store. Meski memang bisa melalui cara yang ilegal, tapi cukup memakan waktu. Terlebih Chromebook yang saya gunakan masih belum mendukung untuk penggunaan aplikasi android.

Namun, di beberapa Chromebook, aplikasi android bisa digunakan, jadi jangan lupa untuk cek spesifikasi Chromebook sebelum membeli.




Nah, selamat mencoba aplikasi I-Jak. Bagi pengunjung yang ingin berbagi pengalaman membaca Ebook entah melalui aplikasi I-Jak atau aplikasi lainnya, atau ingin memberi pandangan tentang Ebook, atau bisa juga ingin berbagi pengalaman tentang karya atau sosok Arswendo, silakan melalui kolom komentar. 




Terima kasih sudah membaca tulisan saya :).

Postingan Terkait