Perfume : Sebuah Kisah Perjalanan Jean Belajar Membuat Parfum

Perfume : Sebuah Kisah Perjalanan Jean Belajar Membuat Parfum


Perfume book review



Bacaanipeh.web.id - Setelah penasaran dengan filmnya, akhirnya saya berhasil menamatkan novel Perfume karya Patrick Suskind yang terkenal dan cukup fenomenal pada waktu itu. Pasalnya, cerita yang menghadirkan sosok tokoh dengan kegemaran yang cukup aneh dan kemampuan unik dimana tidak semua manusia memilikinya. Seorang reviewer di Googreads sepakat dengan saya pada mulanya saat membaca beberapa lembar novel ini, yaitu pada sosok Hannibal.

Saya akan memulainya tanpa memberikan tautan ulasan Hannibal, karena memang belum saya tulis. Dimana dia adalah seorang psikiater hebat, cerdas dan genius. Itu adalah kemampuan Hannibal yang merupakan keunikannya karena bisa menganalisa setiap orang yang ditemuinya tanpa harus mengetahui riwayat kehidupannya secara tertulis. Baik film Hannibal maupun film Baptistue, keduanya diangkat dari sebuah cerita fiksi, namun gaya penulisan keduanya berbeda pun penulisnya berbeda.

Ketika Jean terlahir ke dunia, dia sudah memiliki indera penciuman yang jauh di atas rata-rata manusia pada umumnya. Ibarat lidah seorang koki hebat yang mampu mendeteksi beragam bumbu yang dimasukkan ke dalam sebuah masakan. Jean, bisa menarik satu persatu bahan atau komposisi sebuah bau dari indera penciumannya. Terlahir tanpa diinginkan, dari rahim seorang Ibu muda yang bahkan sudah beberapa kali melahirkan anak yang tak diharapkannya.

Pada waktu itu, membuat seorang anak apalagi bukan terlahir dari hubungan yang jelas, membawa Ibunya Jean pada hukuman yang membuatnya tak lagi bisa melihat Jean. Di hari yang sama, sang Ibu dihukum gantung sementara Jean diasuh oleh pengasuh yang ditunjuk oleh kepolisian setempat. Sayangnya, sang Ibu asuh ini tak lagi sanggup menyusui Jean dengan alasan bahwa anak ini terlalu rakus.

Bahkan ketika Jean sudah di baptis, demikianlah alasan ada nama Baptistue sebagai nama tengahnya, seorang pengasuh lain pun mengembalikannya karena dianggap sebagai anak yang aneh dan tak memiliki bau. Itulah kekurangan Jean yang pertama, dia tidak memiliki bau tubuh. Bahkan ini membantunya untuk tidak dikenali jika berada di keramaian apalagi di kesunyian.

Kekurangan Jean yang selanjutnya adalah dia tidak diinginkan dalam tatanan masyarakat sosial. Bukan saja karena wajahnya yang kurang menarik, tapi aura yang dimilikinya cenderung membuat masyarakat sekitar merasa tidak nyaman. Sebut saja ketika dia masih berada di panti asuhan, ketika semua anak panti berusaha untuk menggodanya namun berakhir dengan hal-hal yang tidak mengenakkan sehingga semua anak menjauhinya.

Demikianlah kehidupan Jean yang tidak mengetahui alasannya berada di dunia, eksistensinya sebagai apa di dunia ini. Dia hanya berusaha menjalani kehidupan tanpa bertanya, sejak kecil. Pertama kalinya, Jean bersentuhan dengan dunia luar yaitu saat dia bekerja di tempat pengulitan hewan. Dia bekerja tanpa memikirkan upah, baginya sudah cukup tempat tidur dan makanan yang mampu membuatnya hidup. Pun dia tidak memahami hidup itu seperti apa.

Karena bukan sosok pekerja yang sering mengeluh, Jean bahkan mendapat posisi yang istimewa di hati bosnya. Dia merupakan anak kesayangan si bos, yang membuatnya sangat bahagia memiliki pekerja yang bahkan tak meminta kenaikan gaji sekalipun pekerjaannya sangat teramat banyak.

Jean memiliki kelebihan untuk mengurai bau-bauan yang dia hirup, dia mengenal kata demi kata dari bau yang hinggap di hidungnya dan diproses ke dalam ingatannya. Dia mengenal kata kayu ketika mencium betapa uniknya bau kayu, bau tanah, dan bebauan lainnya yang membawa rasa penasaran baginya. Masa kecilnya tak banyak bersosialisasi dengan orang lain, pun karena dia merasa tak nyaman dengan orang lain juga karena dia tak pandai berkomunikasi. Perbendaharaan katanya sangatlah minim.

Bagi kalian yang tertarik dengan cerita Jean Baptistue dan berpikir akan semengerikan bayanganmu. Sepertinya kalian tidak perlu meletakkan ekspektasimu setinggi langit. Begini, bagi saya, buku ini sekadar cara Patrick belajar meramu kata dalam meningkatkan imajinasi pembacanya. Dia memang tidak menuliskan bagaimana Jean beroperasi saat hendak meramu bau-bauan yang dia sukai agar kekal. Tidak juga menggambarkan bahwasannya Jean membunuh para wanita dengan menguliti mereka. Pembaca hanya dijejali berita bahwa ada banyak wanita muda yang masih perawan, ditemukan dalam kondisi meninggal bahkan dengan sangat mengenaskan.

Otomatis, otak kita sebagai manusia akan langsung mengaitkan dan membangun imajinasi bahwasannya Jean-lah yang menjadi penyebab semua pembunuhan ini. Itulah sebabnya ada beberapa buku terjemahan yang menuliskan tentang The Story of Murder. Padahal, dalam buku ini sama sekali tidak menuliskan tentang bagaimana Jean membunuh, kecuali di bagian pertama saat dia mencekik leher seorang wanita. Sudah, sisanya tidak dijelaskan. Hanya diberitakan.

Kemungkinan besar, orang langsung menganggap demikian itu karena analisa yang diambil dari adegan pertama. Betapa imajinasi bisa membangun ketakutan dan perasaan mencekam yang bahkan tidak tertulis dengan detil. Sementara Patrick menyajikan buku ini yang bagi saya tampak seperti sepak terjang atau biografi Jean yang menjadi ahli dalam dunia bisnis perfume. Bagaimana dia belajar cara membuat perfume dan sebagainya.

Jika merasa malas untuk membacanya, saya bisa katakan kalau filmnya cukup sama dengan novelnya. Ending yang membuat sebelah alismu terangkat dan berkata, "eh serius ini?" Dengan penggambaran yang cukup ringan tentang rumah mantan bos Jean, tempat dia belajar mengekstrak wewangian. Tentunya, tahap dimana Jean mengalienasi dirinya dengan menyepi di sebuah goa, tidak ditampilkan secara detil seperti di ceritanya. Karena sebenarnya, bagi saya, adegan ini terlalu tidak penting. Tidak dibaca dan lompat ke adegan selanjutnya pun tidak membuat kita ketinggalan cerita.


Kartu Tanda Buku

Judul : Perfume
Penulis : Patrik Suskind
Halaman : 428
Versi : Buku
Bahasa : Indonesia
Penerbit : Dastan Books
ISBN : 9789793972053
Goodreads : https://www.goodreads.com/review/show/2296815512?book_show_action=false&from_review_page=1


Demikianlah pada akhirnya, saya harus menelan kekecewaan saya pada novel ini. Meski, gaya kepenulisan Patrick dan bagaimana dia menuliskan adegan per adegan dengan narasi yang lumayan menarik, justru membuat saya menolak mengatakan bahwa ini bercerita tentang pembunuhan perawan. Karena porsinya hanya sedikit. Tapi justru terfokus pada cara Jean belajar tentang membuat perfume. Jadi, jangan salah paham dengan buku ini, ya. [Ipeh Alena]

Postingan Terkait