A Sweet Mistake Novel Pemenang Gramedia Writing Project

A Sweet Mistake Novel Pemenang Gramedia Writing Project


A Sweet Mistake


Novel A Sweet Mistake karya Vevina Aisyahira ini menjadi novel ke-80 yang sudah saya baca. Menghabiskan waktu semalaman untuk menyelesaikannya bukan hal yang sulit, karena memang novel ini termasuk bacaan yang ringan. Juga merupakan novel kedua yang bertemakan pernikahan mendadak karena dianggap melakukan sesuatu yang dilarang, sementara novel pertama ditempati oleh Marry Me, Olivia.

Kalau di novel Marry Me, Olivia! keduanya merupakan sahabat yang tidak sengaja ketahuan tidur berdua, padahal enggak melakukan apa-apa. Sementara novel ini justru mempertemukan dua musuh bebuyutan yang saling membenci sejak mereka kecil sampai kuliah. Kok lucunya, mereka bisa satu kampus bareng, sampai-sampai rasanya sulit untuk tidak saling menyerang saat bertemu.

Rey dan Liona, keduanya bertetangga, rumahnya berdekatan. Kebencian yang tertanam dalam diri masing-masing sangat besar. Rey, yang sejak kecil selalu berusaha untuk membuat Liona menangis, ternyata tidak berhasil. Memang tidak memiliki alasan yang jelas mengapa tidak menyukai Liona. Demikian juga Liona, si gadis cantik berwajah datar, yang juga membenci Rey karena baginya cowok itu hanya menyia-nyiakan waktu selama kuliah.

Mahasiswa abadi, demikian label yang diberikan Liona pada Rey dan kawan-kawannya. Memang benar, keempat cowok yang memberikan label pada Liona sebagai cewek berwajah datar itu merupakan mahasiswa yang masih saja betah di kampus. Namun, saat pertemuan mereka di kantin, Rey memastikan bahwa dia akan bisa lulus bersamaan waktunya dengan Liona.


Kartu Tanda Baca

Judul : A sweet Mistake || Penulis : Vevina Aisyahra || Halaman : 248 || Versi : Paperback || Bahasa : Indonesia || Penerbit : Gramedia Pustaka Utama || Rating : 3/5 || ISBN : 9786020378343


A Sweet Mistake Sebuah Kesalahan Yang Manis


Benci jadi cinta. Sebuah kisah klasik yang memang masih enak untuk dinikmati sampai saat ini. Sepanjang membaca novel ini saya ditemani backsound Lagu I Hate You I Love You feat Olivia. Dengan alur utama tentang dua orang yang saling membenci tapi kemudian saling mencintai. Tapi, siapa sangka, keduanya justru saling menerima saat mereka menghabiskan malam bersama di atap yang sama.

Tapi, jangan keburu berpikir yang lain-lain dulu, karena keduanya masih menolak tidur di kamar yang sama. Jadi, masing-masing menempati kamar yang berbeda. Pernikahan keduanya juga dadakan, karena Rey ketawan terlihat masuk ke kamar Liona dan itu membuatnya harus pasrah menghadapi kenyataan.

Saya tidak bisa meneruskan menyeritakan bagaimana cerita ini berjalan, karena ada beberapa hal yang menggelitik hati saya selama membaca novel ini.


1. Pernikahan Yang Begitu Cepat


Saya sempat berpikir, wah, enak banget ya kalau dinikahinnya cepat seperti itu. Serius! Karena belajar dari pengalaman banyak orang, ketika mereka mempersiapkan pernikahan yang konon lebih cepat pun, tetap saja tidak bisa dikatakan cepat. Pun persiapannya bukan main repotnya. Itulah kenapa banyak penulis yang memilih untuk menjadikan pernikahan para tokohnya lebih cepat.

Sayangnya, saya berharap Vevina bisa eksplorasi masalah persiapan pernikahan, meski keduanya tidak ikut repot. Bisa belajar dari teman-teman sekitar atau justru tetangga di dekat tempat tinggal. Dengan begitu, pembaca bisa merasakan sebuah proses yang dengan gamblang dijelaskan. Atau belajar dari video pernikahan anaknya Pak Jokowi, mungkin. Jadi ada sesuatu yang menarik tentang kebudayaan yang diselipkan di dalamnya.


2. Kakek Yang Kaya Raya Dan Baik Hati

Maulah saya satu, model kakek yang seperti ini. Serius! Meski Rey dan Liona diberikan hadiah untuk menempati rumah terpisah, yaitu rumah yang pernah menjadi tempat tinggal Kakek dan Nenek Rey, tetap saja saya merasa iri dengan Liona. Kau begitu beruntung, Liona! Karena harga rumah saat ini sangat mahal, terutama di sekitar Bekasi.

Selain itu, yang membuat saya tercengang adalah dengan baiknya sang Kakek menghadiahi cucu-mantu-nya ini mobil Brio. Aduh, saya jadi tambah mupeng, coba gitu Liona bisikin ke kakeknya, untuk kasih saya satu mobilnya. Hehehehe. Motivasi si Kakek memang jelas, dengan background beliau yang merupakan pengusaha properti yang sukses, juga senang memanjakan cucunya, jelas kalau Liona bisa kecipratan kasih sayang yang berlimpah. 


3. Kebencian Seorang Ayah Pada Anak Perempuannya

Meski buat saya sedikit masih terasa aneh, karena kebencian dari Papanya Liona ini alasannya belum begitu masuk ke dalam logika. Tapi, apa sih yang enggak terjadi di dunia ini, ya kan? Semua hal terjadi baik itu hal sepele maupun hal yang sangat tidak masuk akal sekalipun. Karena ini pula saya nanti akan menyisipkan beberapa hal untuk penulisnya.


4. Cowok Badung Terkadang Lebih Memesona

Jadi teringat perbincangan dengan kawan saya, terkait cowok yang tampangnya badung aka nakal. Membawa ingatan saya ke beberapa tahun silam saat saya masih SMA. Dimana kala itu ada beberapa anak lelaki dengan wajah seadanya, tidak tampan buat saya sih, tapi terkenal seantero angkatan karena termasuk Genk Motor. Saya pernah naksir salah satu anggotanya, entah kenapa wajahnya mirip dengan Fadly Padi. Ahahahaha.

Terus, hubungannya apa? Ya, karena di novel ini Rey dan kawan-kawannya juga punya wajah yang badung dan sering menjadi pusat perhatian, sih. Bahkan Silvi, sahabatnya Liona, juga merupakan fans mereka. Dua orang yang disukai Silvi yakni Tommy dan Rey.


5. Masa-masa Kuliah Dan Kenangan

Pasti banyak yang memiliki pengalaman selama di kampus. Entah itu kelelahan akibat tugas yang menumpuk, penelitian yang tak kunjung selesai, sampai revisi yang tak kelar-kelar. Tentunya ini merupakan pengalaman yang sangat berharga untuk masa depan. Jadi, kalau nanti seketika laporan yang sudah dikerjakan kemudian diminta berbeda oleh Bos, tidak kaget lagi.

Sungguh, harus lembur demi laporan yang kemudian ditolak mentah-mentah kemudian diminta dalam bentuk dan variabel yang berbeda, itu lebih menyebalkan ketimbang revisian yang ditolak apalagi dicoret-coret. Ahahaha, dan bagi Liona yang tergolong mahasiswa teladan, tidak luput dari pengalaman revisian dicoret-coret dosen.


Kelima hal di atas merupakan beberapa topik atau perwakilan yang ada kaitannya dengan novel ini. Tentunya ini demi membuat kalian melihat lebih banyak tentang kisah cinta dua musuh bebuyutan. Seperti apa jadinya, ketika keduanya justru dipaksa menikah tanpa bisa mengelak lagi.



Catatan Untuk Penulis Dari Pembacanya


Harapan saya sih, Vevina enggak akan langsung baper ketika membaca sub-judul di atas. Karena, ketahuilah, bagi pembaca pun sulit untuk menggantungkan beberapa kendala yang tersemat di dalam hati. Jadi, izinkan saya berbagi hal tersebut dengan tujuan, siapa tahu untuk karya selanjutnya justru membuatmu menjadi penulis yang kaya, sehingga bisa berbagi banyak hal pada pembacanya.


Alur / Plot : Saya mengakui untuk bagian jalan cerita yang dipilih oleh Vevina ini sudah cukup mumpuni. Itulah mengapa GWP menjadi ajang yang layak bagi penulis pemula, karena tentunya karya mereka bisa langsung dibedah oleh para editor. Namun, berbicara masalah cerita yang sudah ketawan endingnya, dalam hal ini Benci jadi Cinta, karena temanya yang umum. Saya sebagai pembaca berharap dapat kejutan lainnya. 

Tokoh : Dalam penokohan, cukup lumayan, meski karakter Rey justru yang masih begitu kuat. Dalam artian ego-nya. Sementara Liona juga tidak begitu buruk meski masih kurang dieksplore. Begini, Liona menghadapi kehidupan yang berat, sangat berat malah kalau buat saya pribadi. Karena hubungan antara ayah dan anak, meski pihak Liona menerima. Tentu memiliki reaksi yang berbeda, bukan sekadar menjadikan Liona seorang perempuan yang tampak emotionless saja. Tapi lebih dari itu.

Lebih dari itu dalam hal, misalnya Vevina bisa eksplorasi pikiran Liona terhadap lelaki. Apakah dia menjadi trauma terhadap lelaki? Atau alasan dia menjadi mahasiswi teladan, melalui pemikirannya yang bisa digali terus sehingga pembaca bisa mengenal dengan sangat dekat dan memahami keputusan-keputsan yang diambil oleh Liona sebagai hal yang masuk akal. 

Apalagi klimaks ini sebenarnya hal yang rumit bagi saya, bahkan bagi anak yang memiliki hubungan yang baik dengan orangtuanya saja, memiliki pengalaman yang berbeda dan kebosanan atau kejenuhan yang berbeda. Jika dilihat dari segi pemikiran. Mungkin Vevina bisa eksplorasi dari novel-novel Young-Adult karya penulis luar, bagaimana mereka menyajikan penggalian emosi tokohnya sehingga tidak hanya tampak permukaan saja.

Gaya Penulisan : Sebenarnya ini tidak masalah bagi saya, tapi entah kenapa pada bagian dialog antara Rey dan Liona sering tidak konsisten. Bagi Rey yang memang tampak badung dan egois, cukup membingungkan ketika dia berdialog dengan bahasa yang kaku. Saya pernah membaca dari banyak buku terkait How to Write a Story. Mereka sepakat, bahwa dalam dialog sebaiknya disamakan seperti kita berbicara. Dalam hal ini bukan bahasa teks, tapi benar-benar bahasa yang digunakan orang untuk berkomunikasi.

Mungkin Vevina pernah membaca novel The Adventure of Tom Sawyer? Coba diintip deh, di situ ada adegan Tom berbincang dengan seorang budak negro. Dalam perbincangan tersebut, bahkan penulisnya menuliskan bahasa inggris yang khas ala negro. Yang senang menyingkat kata atau bahkan pengucapan yang kurang bisa dimengerti secara langsung. Dari sinilah, percakapan antar-tokoh akan terbangun dengan perbedaan yang cukup besar. Apalagi baik Rey dan Liona memiliki karakter yang berbeda, justru bisa dipisah dengan cara penyampaian dan bahasa yang digunakan.


***


Overall, saya tidak keberatan mengatakan kalau karya ini cukup lumayan. Jangan sakit hati dengan penilaian saya berdasarkan bintang, ya. Karena memang berdasarkan penjelasan, 1 untuk tidak bagus dan 2 untuk lumayan dan 3 untuk Menyukai. Jadi, karya ini cukup ringan, dan bagi kalian yang ingin flash back ke masa-masa SMA saat bad boy masih digandrungi, novel ini bisa kalian baca sendiri.

Siapa tahu nanti bisa ngingat-ngingat lagi pernah nge-fans sama cowok badung yang seperti apa. Hehehehe.


Salam,

Postingan Terkait