Petualangan Di Lembah Maut Karya Enid Blyton

Petualangan Di Lembah Maut Karya Enid Blyton



Enid Blyton Books




Siapa tak kenal dengan karya-karya Enid Blyton yang senantiasa membawa para pembacanya menuju masa-masa remaja atau anak-anak. Atau bahkan ada yang baru saja membaca karya Enid Blyton saat ini, ketika usia tak lagi remaja atau anak-anak? Tenang, tidak ada kata terlambat menikmati semua karya-karyanya dan petualangan yang dia ciptakan untuk anak-anak.

Seperti keempat anak-anak yang cukup senang melakukan banyak hal, termasuk berpetualang. Ketika mereka ditawari Bill merasakan sensasi terbang dengan pesawat miliknya, mereka berempat pulang dengan wajah yang sangat bahagia. Memiliki segudang cerita, tanpa menyadari bahwa Bu Mannering bahkan sudah suntuk mendengar suara Kiki si burung.

Kiki merupakan burung yang bisa berbicara, dia dipelihara oleh Jack. Dan hanya Jack seoranglah yang membuat Kiki menurut. Dia termasuk burung yang pandai berbicara, saking pandainya Kiki menjadi sangat berisik. Saya saja selama membaca buku ini merasakan risih yang teramat sangat kalau Kiki sudah mulai membuka suara. Bagaimana tidak? Dia bahkan berisik ketika keempat anak-anak ini tengah bersembunyi!


Kartu Tanda Buku


Judul : Petualangan Di Lembah Maut #3 || Penulis : Enid Blyton || Halaman : 341 || Versi : Buku || Bahasa : Indonesia || Penerbit : Gramedia || Rating : 4/5 || ISBN : 9789792277586


Petualangan Di Lembah Maut



Semua berawal dari tawaran Bill pada keempat anak-anak yang ada di rumah Bu Mannering. Terbang menggunakan pesawat pada malam hari! Siapa yang tidak senang mendengarnya? Apalagi Bu Mannering mengenal Bill meski tidak terlalu dekat, tapi tampak dari luar dirinya bukanlah orang yang jahat. Namun, keresahan Bu Mannering sangat beralasan, dia tidak mau keempat anak-anaknya ini mengalami petualangan yang bisa membuat jantungnya terasa copot!

Bill menyanggupi dan besok anak-anak akan dijemput menuju pangkalan udara untuk kemudian terbang ke tempat Bill tinggal. Dan menginap di tempatnya. Ada jaminan bahwa anak-anak akan aman bersamanya tanpa mengalami petualangan yang membahayakan.

Namun, malam itu, karena sangat gelap keempat anak itu langsung memilih pesawat yang ada di lapangan udara. Tidak lama kemudian terdengar teriakan juga suara tembakan. Setelahnya, dua orang yang bahkan tidak bersuara di dalam pesawat menerbangkan pesawat dimana keempat anak-anak tersebut duduk di bagian dalam.

Mereka bahkan tidak mengetahui bahwa yang mengendarai pesawat bukanlah Bill! Mereka bahkan tidak tahu siapa kedua lelaki yang menerbangkan pesawat. Namun, firasat Jack dan Phil itu benar, mereka harus tetap diam hingga sampai di tempat. Jangan sampai mereka diturunkan secara paksa dari pesawat tersebut.

Saat pesawat mendarat, tanpa mereka tahu dimana keberadaan saat itu, dengan sigap mereka langsung melarikan diri dan mencari tempat persembunyian. Keempat anak-anak ini sudah mencium ada sesuatu yang jahat dari dua lelaki tersebut. Itulah kenapa akhirnya mereka memutuskan mencari tempat persembunyian di sebuah lembah gunung yang dikelilingi hutan tanpa rumah sama sekali. Hanya puing-puing rumah, seolah tempat tersebut merupakan sasaran bom kala perang.

Masing-masing dari mereka saling memberi masukan bagaimana caranya tetap hidup. Bersama Kiki yang sungguh berisik, sampai-sampai mereka hampir saja tertangkap basah. Namun, keberadaan burung yang berisik itu yang membantu mereka menemukan sebuah tempat rahasia dimana tersimpan sesuatu yang dicari oleh dua lelaki bertampang jahat tersebut.

Seperti judulnya, ini memang serial petualangan di sebuah tempat yang jauh dari pemukiman penduduk. Keempat anak-anak ini bertahan hidup dengan mengendap-endap ke pondok tempat dua lelaki itu tinggal. Serta bagaimana mereka mencoba mencari jalan keluar agar bisa pulang kembali ke rumah Bu Mannering.

Petualangan mereka inilah yang membawa mereka bertemu dengan sepasang orang yang sudah sangat tua. Suami istri ini yang menjaga sesuatu sesuai perintah Jullius Muller. Mereka menetap di tempat yang sangat sempit, bahkan rasanya tidak mungkin ada dua orang manusia yang masih bisa hidup di tempat seperti itu. Hingga mereka tidak tahu bahwa perang sudah usai, namun mereka masih setia menunggu sesuatu yang pernah dititipkan pada mereka.


"Aduh, aku sangat kecewa. Padahal kusangka kita akan berhasil melarikan diri dari lembah sepi ini! Kini ternyata kita masih tetap terkurung di dalamnya - dan tidak ada yang bisa datang untuk menyelamatkan kita!" ~ Hal 205


Enid Blyton memang sudah dikenal dengan karya-karyanya yang selalu membuat banyak orang - dari beragam usia - merasakan sendiri perjalanan petualangan bersama para tokoh-tokohnya. Seperti petualangan kali ini, bagaimana pembaca dibawa ikut berpikir akan apa keputusan yang nantinya akan diambil oleh keempat anak itu. Masalah apa saja yang dihadapi oleh mereka dan bagaimana cara mereka akan pulang?

Semua disusun dalam rangkaian plot yang tersusun dengan sangat sempurna dengan motivasi para tokohnya yang masuk akal, meski tampaknya untuk saat ini rasanya seperti mustahil empat orang anak tetap bertahan hidup di sebuah lembah tanpa kehidupan. Namun, kondisi mereka dan kepandaian serta keberanian keempat anak-anak ini yang membuat kemustahilan ini justru menjadi kabur, sehingga yang ada pembaca akan menikmati petualangan dan membayangkan bagaimana reaksi Bu Mannering saat mendengar berita kehilangan keempat anak ini.


Postingan Terkait