Marry Me, Olivia! Sebuah Kisah Persahabatan Karya Gunan Ariani

Marry Me, Olivia! Sebuah Kisah Persahabatan Karya Gunan Ariani



Marry Me Olivia




"Kamu tahu Pia, ada beberapa hal yang lebih baik dibiarkan terjadi tanpa perlu kita tahu gimana akhirnya nanti, salah satunya CINTA." ~ Christian



Kali ini giliran novel berjudul Marry Me, Olivia! yang akan saya tuliskan sedikit ulasannya. Sebuah novel yang diterbitkan oleh Stiletto Book dengan sampul yang bagi saya seperti novel harlequin. Namun, ternyata novel ini tidak memuat banyak hal dalam percintaan seperti Harlequin pada umumnya (dalam hal ini novel-novel luar negeri).

Sebuah kisah sepasang sahabat yang dipaksa untuk menikah karena tidur bersama. Pasalnya, mereka memang hanya tidur dalam kamar dan kasur yang sama, tanpa melakukan apa-apa. Tapi, keluarga Pia - panggilan untuk Olivia - tetap ingin menjaga nama baik keluarga. Terlebih anaknya ini tidur bersama dengan sahabatnya sejak kecil yaitu Christian.

Mau tidak mau, mereka akhirnya menuruti perintah dan nasihat kedua orangtua dari kedua belah pihak. Semua setuju, apalagi setelah diungkit ternyata masing-masing orangtua memang sudah menginginkan perjodohan diantara Olivia dan Christian. Dan pernikahan berlangsung dengan sangat cepat, hanya memakan waktu beberapa hari saja sejak diputuskan untuk menikah. Tentunya ini menjadi berita yang sangat hebat di antar kawan-kawan semasa sekolah mereka.


Kartu Tanda Baca

Judul : Marry Me, Olivia! || Penulis : Gunan Ariani || Halaman : 228 || Versi : Buku || Bahasa : Indonesia || Cetakan 1, Oktober 2017 || Penerbit : Stiletto Book || Rating 3/5 || ISBN : 978-602-6648-13-6


Sahabat Jadi Cinta : Olivia Dan Christian


Tentunya ketika masuk ke dalam beberapa lembar di bab awal novel ini seketika otak saya memutar lagu Zigaz yang berjudul Sahabat Jadi Cinta. Karena, tema besar dari novel ini memang seperti itu. Sepasang sahabat yang tampaknya tidak mungkin menjalin cinta, tapi siapa sangka kalau ternyata ada yang lebih dulu merasakannya, mengulum rasa cinta kemudian merindukannya sampai kesakitan karena harus berpisah jarak dan waktu.

Dalam novel ini, sosok Christian itu bagaikan seorang pangeran buruk rupa yang ketika kembali dari Amerika justru menjadi sosok Cowok yang Tampan, tinggi, macho dan HOT! Demikian penggambaran sahabat-sahabatnya Olivia yang menyadarkannya bahwa perubahan Tian memang sangat jauh. Dari sosok kutu buku yang pendiam, kurus dan terlalu senang menyendiri. Sampai menjadi sosok lelaki yang sangat cocok untuk dikagumi banyak wanita.

Tian bekerja sebagai arsitek di perusahaan milik ayahnya. Dia menyampaikan bahwa dirinya tidak keberatan menjalin pernikahan dengan Olivia. Meski sesudahnya, kedua orang ini sama-sama merasa aneh dengan hubungan tersebut. Sehingga bermacam-macam prasangka kemudian melintas, sampai ketidak-sadaran salah satunya akan rasa cinta yang mulai tumbuh. Karena baginya itu semacam hal yang tidak mungkin.

Berbeda dengan Tian, Olivia masih tetap menjadi perempuan yang riang nan memesona, tapi tetap polos. Di sini, kondisi Olivia ketika bertemu kembali dengan Tian, tengah merasakan patah hati yang demikian serius. Sampai-sampai dia tidak move on selama kurang lebih 5 tahun. Selain itu, sang lelaki yang sudah mengobrak-abrik perasaan Pia, akhirnya menikah dan semakin membuat Pia seolah sulit untuk menemukan tambatan hati.


"Aku nggak mau ada hal yang terjadi di luar kendali kita berdua waktu kita tidur dalam satu tempat tidur, makanya aku milih untuk tidur di bawah. Dan kita akan tidur bersama sampai kita berdua sama-sama ngerasa nyaman." ~ Christian


Bermula Dari Tidur Bersama Hingga Benang - Benang Cinta Mulai Terjalin


Seperti yang sudah saya utarakan, tidur bersama mereka ini ada penyebabnya. Olivia dengan nekatnya mengajak Tian untuk mencicipi rum milik ayahnya. Keduanya mabuk, tapi lebih parah Pia yang mabuk berat sampai muntah. Sementara Tian yang saat itu masih setengah sadar, membantu Pia untuk masuk ke dalam kamarnya, kemudian dia pun ikut tertidur di atas ranjang Pia.

Semudah itu, namun kemudian segala menjadi ruwet. Ruwet karena masing-masing denial terhadap perasaan. Baik Tian dan Pia hanya mengandalkan pemikiran mereka sendiri, memendam apa yang mereka rasakan seolah hubungan mereka bukan seperti sepasang suami istri.

Sementara itu, kemunculan orang dari masa lalu yang pernah berlabuh di hati salah satunya menjadi bumbu peracik yang membawa cerita dalam novel ini menuju klimaks. Sebagai pembuktian akan cinta masing-masing dan sebagai jalur pembuka agar keduanya sanggup mengatakan apa yang mereka sebenarnya rasakan.

Hingga perang dingin tak dapat dihindari. Masing-masing memiliki persepsinya sendiri atas jawaban yang diberikan pasangannya. Tidak peduli apakah yang dipikirkannya itu benar atau tidak, sesuai atau tidak, setelahnya timbul konflik batin antar tokoh yang diselesaikannya dalam bab terakhir.


"Ya, nggak dengan perasaan nggak jelas gini, harusnya kalau emang aku suka sama Christian ya mengalir aja, pelan-pelan seiring dengan waktu dan kebersamaan kita..." ~ Olivia


***


Baiklah, sekarang izinkan saya mengemukakan pendapat terhadap novel ini. Sepanjang membaca novel, saya memang sering menebak-nebak ending cerita. Ini semacam permainan kecil yang selalu saya lakukan acap kali membaca buku fiksi. Meski memang tidak sedikit cerita yang mudah saya tebak, tapi biasanya ada beberapa twist yang menjebak sehingga membuat saya tergelincir dari ekspektasi yang saya berikan.

Namun, pada novel ini, dengan jalan cerita yang sudah umum digunakan oleh banyak cerita lainnya. Sepasang sahabat yang kemudian menikah, setelahnya mereka sama-sama baru sadar bahwa saling mencintai. Ini bagi saya sudah terlalu umum, sehingga saya menantikan satu titik entah apa itu sebagai twist yang bisa membedakan cerita ini dengan cerita lainnya.

Tapi, sampai buku ini selesai saya baca, tidak saya temukan keunikan yang membuat saya terngiang atau merasa kalah. Saya menang 1-0 atau sebut saja 10 - 0 dengan novel ini. Menang telak! Tidak ada twist yang memberikan keunikan sehingga membuat saya tertarik.

Sejujurnya, memang dari segi cerita sangat umum. Tapi saya tidak setega itu, karena itulah saya menjelaskan kembali, ada beberapa hal yang menjadi nilai plus seperti konsistensi penulis dalam menciptakan alur cerita. Sama seperti yang saya sebutkan, ceritanya seperti itu ya seperti itu, tapi dirajut dengan baik sehingga pembaca tidak merasa aneh saat mengikuti jalur cerita.

Selain itu, penulis juga cukup konsisten dalam menjaga karakter para tokohnya. Baik tokoh utama maupun tokoh pembantu. Sama-sama mereka berpendirian terhadap karakter juga pendapat mereka, selayaknya seorang yang keras kepala, tanpa goyah hingga akhir menjaga kekhasan diri mereka sendiri.

Terakhir tentunya gaya berceritanya yang tidak membosankan. Karena itu saya pun tidak sungkan memberikan 3 bintang sebagai penilaian buku ini. Saya suka, tapi bukan termasuk yang membuat saya suka sekali atau benar-benar suka hingga saya menggelengkan kepala karena dipermainkan oleh twist menarik. Bukan. Tapi hanya sekadar suka karena tidak membuat saya cepat bosan.

Kalian pernah mendapati novel yang seperti saya ceritakan ini? Memang rasanya seperti mengambang saja, tidak ada sesuatu yang bisa diperdalam lagi. Tapi setidaknya saya memberikan apresiasi untuk novel ini karena penulisnya sudah berusaha dengan baik. Itulah kenapa saya jabarkan juga beberapa hal yang menjadi nilai tambah bagi yang menyukai cerita sejenis ini.


Postingan Terkait