Queen of Dreams - Diva Karuni

Queen of Dreams - Diva Karuni



Queen of Dreams


Rakhi seorang seniman dan ibu muda yang tinggal di Berkeley, California, berusaha mempertahankan hubungan dengan keluarganya, serta dengan dunia yang sedang berubah dengan cepatnya. Ibunya adalah peramal mimpi yang terlahir dengan bakat untuk merasakan dan menafsirkan mimpi-mimpi orang lain, serta untuk membimbing mereka menjalani nasib yang telah digariskan.

Rakhi terpesona pada bakat Ibunya ini, namun juga terasa terasing dari masa lalu ibunya di India, serta dunia mimpi yang dihuni sang ibu. Rakhi merasa terperangkap dalam beban rahasia pribadinya sendiri dan penghiburannya datang setelah kematian ibunya, ketika dia menemukan catatan mimpi-mimpi sang ibu yang membukakan pintu menuju masa lalu yang telah lama tertutup.



Kartu Tanda Buku

Judul : Queen of Dreams (Ratu Mimpi) || Penulis : Chitra Banerjee Divakaruni || Halaman : 396 || Alih Bahasa : Gita Yuliani || Cetakan : Agustus 2011 || Penerbit : Gramedia || ISBN : 9789792273953 || LBABI : 1 || Rating : 5/5


Buku Tentang Penafsir Mimpi



Buku ini memang tidak berisi banyak terjemahan atau tafsiran mimpi, karena bukan seperti ensiklopedia mimpi. Atau seperti buku Interpretation of Dreams karya Freud, yang pernah dibaca oleh Rakhi terkait kemampuan atau bakat sang Ibu. Kita mungkin sering mendengar banyak orang diberi indra ke-enam atau segala hal tentang bakat yang berbeda dari orang pada umumnya. Bakat sang Ibu pun didapat setelah masa-masa sulitnya, ketika dia tidur bersama sang bibi.

Queen of Dreams


Para penafsir mimpi ini jumlahnya tidak begitu banyak, mereka belajar di gua-gua yang di belakangnya tumbuh pohon adas. Ada banyak guru yang mengajarkan mereka hal yang berbeda. Mereka belajar setiap hari untuk fokus pada mimpi-mimpi yang mampir di kepala mereka, awalnya mimpi ini datang karena mereka dituntun oleh sang guru untuk melihat dan mempelajari makna yang disampaikan melalui mimpi.

Dan bakat ini membuat Ibunya Rakhi merasa nyaman dan tenang. Serta merasa bahagia dengan segala macam hal yang mereka pelajari dari ragam mimpi. Selain mempelajari makna apa yang disampaikan, mereka juga harus bisa menerjemahkannya dalam bentuk yang sederhana. Hal ini sulit jika mereka bertemu dengan bentuk mimpi transformasi dimana bentuk ini akan mudah berubah dan tidak mudah dipahami. Harus melalui cara-cara dan aturan yang diajarkan oleh guru mereka.

Mereka - para penafsir mimpi - tidak diperkenankan menikah. Karena bakat yang mereka miliki justru bisa jadi membuat orang yang ada di dekatnya terkena bahaya atau bahkan mereka bisa kehilangan bakat menafsir mimpi. Ini juga dialami oleh Ibunya Rakhi ketika dia mulai merasakan bagaimana jatuh cinta. Saat kemudian dia tidur dengan Ayahnya Rakhi, yang kemudian bangun dengan kondisi yang lemah dan tak berdaya.

Queen of Dreams


Namun, ada dorongan kuat yang membuatnya ingin mendobrak aturan para leluhur. Mereka nekat, namun kemudian Ibunya Rakhi akhirnya berada di persimpangan kehidupannya, antara mencintai Ayahnya Rakhi atau mencintai bakatnya. Ini terjadi ketika dia hampir saja kehilangan bakat itu. Dan ternyata, tidak mudah untuk hidup dalam pilihan, dimana pilihan tersebut tidak dapat berjalan beriringan.


Hubungan Ibu - Anak - Suami - Istri



Keluarga Rakhi memang tidak seperti keluarga pada umumnya. Mereka tinggal di benua yang berbeda. Pada awal cerita, dikisahkan bagaimana Rakhi seorang anak yang tidak menuruni bakat Ibunya. Namun, Rakhi demikian terpesona dengan pekerjaan sang Ibu, hingga menganggap dia akan seperti dirinya. Sebuah cinta yang tulu dari seorang anak untuk Ibunya tapi siapa yang bisa menjamin bahwasannya cinta akan selalu ada pada dirinya?

Queen of Dreams


Kenyataannya pemahaman cinta pada diri ibunya Rakhi sangat berbeda dengan pandangan orang pada umumnya terhadap cinta. Inilah yang menjadikan buku ini membuat saya terpesona. Tentang segala hal dalam hidup, tentang cinta dan keluarga, yang dipandang melalui kacamata berbeda. Dimana seseorang begitu candunya dengan bakat yang dimiliki, bahkan ketika bakat itu hampir hilang, dia rela untuk meninggalkan apa yang sudah diperjuangkannya selama ini.

Di sini, kita juga akan diajak untuk tidak meng-interverensi apa yang dipilih oleh Ibunya Rakhi. Karena dia tetap menjadi sosok yang menyayangi keluarganya, selalu ada setiap suaminya membutuhkannya, selalu siap ketika Rakhi membutuhkannya. Bahkan ketika Ibunya meninggal, Rakhi sadar dia belum bisa hidup tanpanya. Figur inilah yang sepertinya ingin disampaikan oleh Divakaruni tentang Ibu yang baik - Istri yang baik yang tidak seperti pemahaman yang sering dipahami orang pada umumnya.

Bahwasannya sang Ibu tetap dirindukan bahkan ketika kehadirannya sudah tak ada. Sosoknya tak pernah sedikit pun melalaikan apa yang harus dikerjakannya. Namun, dia tetap menjalani kehidupannya sebagai penafsir mimpi dan dicintai oleh mereka-mereka yang membutuhkan pertolongannya. Bahkan, tidak sedikit bantuan yang mereka terima setelah ibunya ini pergi dari pemberian para mantan client ibunya.


Queen of Dreams


Menjejak Masa Lalu Melalui Buku Harian



Dalam novel ini kita akan diajak menelisik masa lalu sang penafsir mimpi melalui jurnal mimpi yang ditulis olehnya. Dari bab satu ke bab berikutnya, kita bisa melihat perbedaan sudut pandang dari keterangan di awal bab. Apakah dari sudut pandang sang ibu atau sudut pandang Rakhi.


Queen of Dreams


Selain itu dari jurnal harian inilah, Rakhi belajar mengenal sosok Ibunya dari masa lampau. Bagaimana kehidupannya dan apakah ada hal yang ditulis ibunya mengenai dirinya. Ini seperti memutar kembali film yang berisi kenangan dalam kehidupan seseorang, bagaimana dan dimana dia tumbuh serta seperti apa kehidupannya. Setiap orang selalu ingin mencari tahu seperti apa bentuk masa lalu dari orang yang dikasihinya.

Namun, tetap saja, dalam jurnal tersebut ada beberapa juga yang tidak dapat ditulis oleh ibunya Rakhi. Karena memang dia ingin tetap menyimpannya sendiri, jauh di dasar hatinya. Dia mengatakan bahwa yang tidak ditulisnya merupakan hal yang teramat berat. Sehingga dia tak ingin membahasnya lagi.

Buku Favorit Dengan Ending Yang Kurang Memuaskan



Saya sudah mencicipi buku-buku yang ditulis oleh penulis yang berasal dari India. Dan buku Divakaruni bukan buku hasil karya penulis dari India yang saya baca pertama kali. Dan saya selalu menyukai bagaimana mereka merangkai kata, bagaimana mereka mendongeng. Setiap cerita atau dongeng yang mereka sampaikan selalu menarik saya sehingga saya merasakan seperti turut serta dalam cerita tersebut.

Sebut saja seperti kisah 1001 malam, yang ternyata merupakan dongeng berbingkai yang mungkin akan membingungkan orang yang tak terbiasa membaca cerita berbingkai. Atau seperti dongeng Ramsay yang juga berbingkai, tentang fabel binatang yang juga menyampaikan pesan moral melalui tingkah laku para binatang di hutan.

Juga Salman Rushdie yang banyak dikenal oleh orang-orang di seluruh penjuru dunia. Mereka mendongeng dengan sangat baik dan saya sangat menyukai cerita-cerita yang mereka sampaikan. Alur yang mengalir dengan tenang namun tetap membahayakan dan membawa rasa penasaran. Serta penokohan yang tidak begitu rumit, tampak sederhana dan juga kuat.

Queen of Dreams


Tapi, meski ini merupakan buku favorit saya karena mengangkat sesuatu yang juga banyak terjadi di kalangan masyarakat Indonesia, tapi juga karena menekankan pada bentuk cinta yang berbeda serta bagaimana sulitnya mempertahankan sesuatu yang kita cintai. Dalam hal ini bukan saja tentang cinta dengan seseorang tapi cinta pada pekerjaan, bakat atau impian yang ingin diraih. Saya tetap menemukan sesuatu di sini, yang membuat saya merasakan, 'sepertinya kurang pas'.

Kurang pas ini pada bagian ending yang membuat saya merasa, "Aduh! Kamu membuat ekspektasi saya hancur lebur, Diva!" Dan setelahnya saya justru mudah sekali untuk beranjak, tanpa harus terbuai dalam alur yang lagi dan lagi seolah ingin menarik saya pada pusara kehidupan para tokohnya. Mungkin ini disebut bantuan dari Diva, agar saya tidak perlu berlama-lama merasa terikat dengan buku ini, agar bisa beranjak ke buku lainnya. Tapi, tetap saja! Saya menginginkan Diva untuk memenuhi ekspektasi saya. ahahaha, terdengar memaksa memang, tapi begitulah saya.

Sama seperti bagaimana tokoh di dalam buku ini, "Aku ingin seorang laki-laki yang bersedia bunuh diri demi mendapatkan cintaku." Saya juga ingin, Diva mengakhiri semuanya dengan hal yang sesuai ekspektasi saya, untuk membuat saya berlama-lama menimang buku ini dan memiliki keinginan untuk terus menerus membacanya tanpa perlu beranjak.

Ah, sudahlah, toh pada kenyataannya saya menyelesaikan ini sambil menuliskan beberapa kalimat yang saya rasa bisa menjadi sesuatu yang baik bagi orang lain di akun twitter saya. Bagi Anda yang ingin tahu kalimat-kalimat apa saja yang bagus menurut saya, bisa langsung mencarinya di twitter dengan hashtag #QueenofDreams dari akun @ipehalena.

Postingan Terkait