Dru dan Kisah Lima Kerajaan

Dru dan Kisah Lima Kerajaan


Dru dan Kisah Lima Kerajaan - Berkisah tentang gadis cilik yang menghilang akibat menunggangi kupu-kupu raksasa yang membawanya ke tengah laut. Kemudian, membiarkannya terjatuh ke dalam lubang yang muncul secara tiba-tiba, berbentuk pusara dari dalam laut tersebut. Dru tenggelam, tapi anehnya masih bisa bernapas. Dru merasa melayang, seakan tidak ada daratan yang mengakhiri gelap gulita.

Ini tentang kisah perjalanan Dru, seorang anak gadis dari Desa Patala. 


Detail Buku

Judul : Dru dan Kisah Lima Kerajaan || Penulis : Clara NG || Halaman : 208 || Ilustrator : Renata Owen || Terbit Tahun  : 2016 || Penerbit : Gramedia || ISBN : 9786020321592




Dru dan Kisah Lima Kerajaan



Tentang Dongeng Yang Hampir Sama


Saya akan memulainya dari sesuatu yang bergemuruh dalam kepala saya. Tentang dongeng yang diceritakan oleh Clara NG dalam buku ini. Sebagai seorang yang menggemari dongeng, rasanya sungguh saya berbohong kalau saya mengatakan tidak suka buku ini. Karena, saya menjadikan cerita Dru dan para Raja, menjadi favorit saya. Terlebih ilustrasi dari Renata Owen yang terinspirasi dari pola batik sehingga membuat ilustrasi di dalamnya semakin menarik. Khas ke-Indonesia-an sekali.

Kalau berbicara tentang ke-Indonesia-an, sudah pasti juga Clara NG sukses membuat tokoh, latar cerita serta banyak hal menarik lainnya yang bercirikan Indonesia. Seperti nama Desa Patala tempat Dru berasal, kemudian Pohon Kalpataru serta cerita Lima Raja yang terpisah kerajaannya. Namun, ada satu yang menarik perhatian saya, meski bukan berarti hal ini membuat saya harus menebak-nebak apalagi menuduh bahwa Clara NG melakukan plagiat dari sebuah cerita.

BUKAN ITU!

Memang, saya sempat tersenyum, sekaligus bertepuk tangan ketika saya menyadari ada sedikit kesamaan, ingat sedikit, tema adegan dalam cerita di dalam buku ini yang selalu saya ingat dari dongeng klasik yang sudah pernah saya baca. Senyum terkembang inilah sebagai bentuk rasa syukur, ternyata saya dan Clara pernah membaca dan tumbuh dari buku-buku dongeng klasik yang sama.

Saat saya mengikuti alur dari cerita Dru yang terjebak di Hutan Topi, dimana Kanan dan Kiri berganti menjadi Atas dan Bawah. Seketika itu, saat adegan Dru menjadi tinggi hanya dengan menengadahkan kepalanya ke atas, kemudian menyusut saat kepalanya menunduk. Ingat, kisah apakah yang juga memiliki adegan menyusut dan meninggi seperti ini? 

Duh!

Bukan....bukan jualan peninggi itu. Tapi, saya kembali teringat dengan dongeng Alice in Wonderland. Saat Alice masuk ke lubang kelinci, kemudian terjebak di sebuah rumah. Ketika dia meminum ramuan yang terdapat di atas meja, seketika tubuhnya meninggi, kemudian ketika meminum lagi, kembali menyusut hingga kecil sekali.

Sudah ingat??

Betul, tapi ini bukan acara tebak-tebakan. Karena saya segera saja menikmati cerita di dalamnya. Saat bertemu dengan Bibi Keong yang mengatakan bahwa namanya adalah "Rahasia". Sosoknya, membuat saya menyuarakan suara Bibi Keong dengan suara yang pernah menjadi dubber si kucing di negeri Alice. Siapa? Benar, mendiang Prof. Severus Snape. Suaranya bergaung seakan mewakili suara Bibi Keong. Meski memang seharusnya wanita, tapi, memangnya kita bisa memberi gender pada sebuah suara? Lanjut saja yaa...



Tentang Tujuan


Karena sedikit uneg-uneg saya sudah terlampiaskan, sedikit saja loh. Saya akan lanjutkan, misi dari Dru ketika bertemu dengan Bibi Keong adalah "to find the way back home" aka Nyari cara buat pulang ke rumah. Di sinilah, Bibi Keong sempat memberikan sebuah teka-teki yang membuat Dru berpikir keras. Dari teka-teki dan cara Dru menangkap benang merah untuk menemukan jawaban, saya bisa menebak bahwa Dru adalah anak yang cerdas.

Benar saja, dalam setiap penjelajahannya di beberapa kerajaan, otaknya selalu berpikir dan mencari tahu. Khas anak-anak yang selalu bertanya mengapa bisa begini dan begitu, tapi kemudian menemukannya sendiri jawaban dari setiap petualangannya. Dari tujuan inilah, Dru mendapati satu tempat dimana dia bisa kembali ke rumahnya, yaitu Danau Cermin.

Sekarang saya sudah mengemukakan tujuan Dru yang ingin PULANG kemudian tempat bernama DANAU CERMIN yang bisa membawanya kembali. Apakah sudah seperti itu saja? Nyatanya tidak...



Teka-teki Sebuah Kunci


Bagi saya, teka-teki dalam dongeng ini seperti kisi-kisi pelajaran atau pertanyaan pada kumpulan soal? Entah, silakan berpendapat sendiri. Tapi, yang jelas, Dru segera saja mengingat apa isi teka-teki tersebut dengan mengumpulkan benang merah pada keadaan sekitar dan dari obrolan singkatnya bersama Bibi Keong.

Bukan hanya sekali Dru diberi teka-teki, beberapa kali Dru harus menemukan banyak hal, baik itu pintu selanjutnya untuk dilewati atau hal lainnya yang membuatnya tampak seperti anak kecil yang pandai.

Namun, teka-teki ini kemudian membawa ingatan saya pada Alice yang juga sama pandainya, sama KEPO (Knowing Each Particular Object) ketika berada di negeri Wonderland. Tapi, jangan salah, keinginan Dru untuk pulang, sampai menemukan teka-teki untuk bisa mencapai sebuah tempat, membuat saya juga terkenang kembali, ingatan saya seakan pecah menjadi puing-puing lain tentang adegan dari dongeng lain, yaitu kisah Dorothy di negeri Oz.



Lewati Lima Tempat Yang Dipimpin Oleh Lima Raja


Ini adalah teka-teki pertama yang diberikan Bibi Keong pada Dru. Dia paham, bahwa dia harus menemui lima orang raja untuk bisa kembali pulang. Tapi, tunggu dulu, sekarang saya beritahu nama-nama raja tersebut. Raja pertama bernama Tanti Pala, raja kedua bernama Raja Aditsu, Raja Wrekodara merupakan raja ketiga, Raja keempat yaitu Raja Pramadi dan raja kelima Raja Nala. 

Mungkin akan terbesit nama yang seakan tidak asing lagi. Betul, nama-nama yang terdengar kesan berasal dari Jawa inilah yang membuat pembaca sadar, bahwa kisah dongeng ini terjadi di Indonesia. Kelima raja ini juga terinspirasi dari kisah Pandawa, ketika disebutkan pula oleh Bibi Keong, tentang raja segala raja bernama Sang Pandu. Ini mengingatkan pada kisah epik khas Indonesia yang dikenal dengan Pandawa Lima.



Belajar Melalui Pengalaman


Sepertinya pepatah tua, "Belajar dari pengalaman" bukan hal yang sia-sia. Karena, dongeng itu sendiri merupakan suatu cara untuk 'mengajarkan' pada anak tentang segala hal dalam kehidupan, baik itu perilaku, sebab-akibat sampai moral melalui sebuah dongeng. 

Saya pernah menuliskan seperti apa dongeng melalui kacamata Fuad Hasan, betapa melalui dongeng itu sendiri, banyak orang yang teringat kemudian menjadi sangat berkesan. Karena dongeng adalah satu cara seorang manusia belajar memahami mana yang baik dan mana yang buruk. 

Belajar melalui kesalahan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya tanpa harus mempraktekkan kesalahan tersebut hanya untuk mempelajari efek sampingnya. Dengan ini, dongeng seperti jalan pintas untuk belajar etika, moral dan hal lain yang krusial dalam kehidupan tanpa harus tercemplung secara langsung untuk mencicipi akibat buruk dari perilaku yang buruk.

Mungkin, untuk perilaku baik, siapa pun akan memiliki keinginan yang sama. Yaitu menuai benih kebaikan. Tapi, dongeng tak hanya itu, ianya juga membuka pikiran pembaca untuk bisa sekadar mempertimbangkan banyak hal dan perilaku manusia yang sesuai dengan hukum alam.

Sama halnya ketika Dru belajar berbagi saat selendangnya menarik minat Putri Mawar. Atau Dru, belajar untuk menyembunyikan pikirannya dari para peri di Kota Pencuri. Meski akan bertanya-tanya, "Kok anak kecil diajari mencuri dari dongeng?" Kalau sudah membaca buku ini pasti tidak akan bertanya hal tersebut :).


Dari Saya Tentang Clara NG


Saya pernah menyaksikan langsung forum diskusi tentang sebuah buku, dimana dalam satu panggung hadir Clara NG dan Arswendo (penulis favorit saya). Di tempat itu, saya melihat langsung sosok Clara NG, mendengar suaranya yang selama ini hanya saya 'dengar' kicauannya melalui ranah Twitter saja.

Melalui cerita darinya, anak Clara NG ini juga menyukai membaca seperti ibunya. Tak ayal jika dongeng-dongeng klasik yang sama, pernah tumbuh menemaninya sama seperti saya. Namun, Clara berhasil 'menciptakan' kembali kisah dongeng untuk anak-anak dalam Sastra Anak yang dikemas secara apik. 

Dinamakan dongeng, jika unsur moral dan pesan dalam cerita bukan disampaikan seperti nasihat. Tapi, melalui dialog atau tingkah laku dari para tokoh di dalamnya. Dinamakan dongeng, jika kisahnya berkesan dan memberi pemikiran sebagai bahan pertimbangan secara tidak langsung namun terpatri dalam alam bawah sadar. 

Inilah dongeng khas Indonesia yang membuat betah pembacanya karena disuguhi juga ilustrasi menarik yang relevan dengan jalan ceritanya. Memberi kemudahan untuk berimajinasi dan mengembangkannya.


Setidaknya, membaca selalu menjadi proses yang membuat saya jatuh cinta berkali-kali. ~ Bacaan Ipeh

Postingan Terkait