Psikopatologi Bunuh Diri

Psikopatologi Bunuh Diri




Judul : Psikopatologi Bunuh Diri
Penulis : Prof. Dr. dr. H. Dadang Hawari
Profesi : Psikiater
Genre : Non fiksi - Psikologi
Penerbit : FKUI
ISBN : 9789794966914


"Dan janganlah kamu membunuh dirimu sendiri, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu." (Qs. An Nisa : 29)


Bunuh diri merupakan 'kanker' yang bila terlambat dicegah dapat berakibat fatal. ~ Pengantar



Menurut Dadang Hawari ada beberapa faktor stresor psikososial yang mencakup ruang lingkup kehidupan yang luas, diantaranya adalah :

1. Tidak ada jaminan sosial
2. Pengangguran
3. Penyalahgunaan Narkotika
4. Penyalahgunaan minuman keras
5. Kejahatan
6. Kenakalan remaja
7. Kemiskinan
8. Bunuh diri
9. Orang-orang lanjut usia
10. Orang-orang dengan kelainan kepribadian


Semakin tinggi angka stresornya, semakin rendah taraf kesehatan jiwanya dan sebaliknya semakin rendah angka stresornya, semakin tinggi taraf kesehatan jiwanya.


Bunuh diri itu sendiri memiliki banyak sumber pemicu. Dalam buku ini dipaparkan juga data statistik bunuh diri di Indonesia dan Amerika Serikat. Serta resiko dari bunuh diri itu sendiri.

Menurut A. Prayitno bahwa keterasingan atau alineasi yang menyebabkan kekecewaan juga merupakan ancaman terhadap kesejahteraan manusia. ~ hal 7


Ada banyak motif yang menjadi latar belakang adanya tindakan bunuh diri. Dan media memegang peranan sebagai alat yang ikut serta menyebarkan 'virus' ini. Menurut Dadang Hawari, ketika ada satu berita tentang kematian seseorang dengan cara bunuh diri melompat dari lantai empat sebuah Mall. Berita ini seakan menjadi 'acuan' bagi orang lain yang ingin melakukan tindakan bunuh diri.

Oleh sebab itu, diperlukan adanya pendekatan BPPS (Biologik, Psikologik, Sosial dan Spiritual) yang dilakukan untuk kesejahteraan rakyat. Misal :

1. Biologik : secara fisik apakah masyarakat sudah cukup sandang, pangan dan papan.

2. Psikologik : apakah kasus-kasus gangguan jiwa masyarakat sudah berkurang.


3. Sosial : apakah kondisi sosial ekonomi masyarakat sudah memadai.


4. Spiritual : apakah keberagaman masyarakat sudah diikuti dengan keimanan(?)



Latar belakang bunuh diri yang dijelaskan dalam buku ini adalah latar belakang yang sering ditemui oleh dr. Dadang Hawari. Seperti Depresi, yang merupakah latar belakang paling banyak ditemui yang menjadi alasan seseorang melakukan bunuh diri atau percobaan bunuh diri.


Berikut gejala lengkap kondisi klinis orang yang depresi sebagai berikut :

A. Afek disforik : perasaan murung, sedih, gairah hidup menurun, tidak semangat, merasa tidak berdaya.

B. Perasaan bersalah, berdosa, penyesalan.

C. Nafsu makan menurun.

D. Berat badan menurun.

E. Konsentrasi dan daya ingat menurun.

F. Gangguan tidur : insomnia (sulit tidur), atau hipersomnia (terlalu banyak tidur). Gangguan seringkali disertai dengan mimpi-mimpi tidak menyenangkan.


G. Agitasi atau retardasi psikomotor (gelisah atau lemah tak berdaya)


H. Hilangnya rasa senang, semangat dan minat, tidak suka lagi melakukan hobi, kreativitas menurun, produktivitas juga menurun.


I. Gangguan seksual (libido menurun)


J. Pikiran-pikiran tentang kematian, bunuh diri.



Ada juga faktor lain yang menjadi alasan orang untuk bunuh diri yaitu Gangguan kepribadian, seperti Gangguan kepribadian Ambang (Borderline). Ada juga gangguan kepribadian Histerik (Histrionik) serta gangguan kepribadian Siklotimik (Afektif).


Pada gangguan kejiwaan berat seperti Skizofrenia juga dapat terjadi tindakan bunuh diri apabila yang bersangkutan mengalami halusinasi berupa suara-suara yang menyuruh melakukan bunuh diri.


Penyalahgunaan NAZA (Narkotika, Alkohol dan Zat Adiktif) juga membawa resiko kematian akibat 'bunuh diri perlahan'.


Stress juga menjadi faktor lain motif terjadinya bunuh diri. Atau juga bisa menjadi faktor lain yang bisa menyebabkan gangguan kesehatan.


PAS (Patient Assisted Suicide) adalah tindakan bunuh diri dari orang yang menderita sakit terminal seperti Aids contohnya, yang kemudian akan diberikan obat penahan rasa sakit. Tapi, banyak dari mereka yang akhirnya meninggal karena over dosis.


Ada faktor-faktor lain seperti Euthanasia, Kamikaze, Harakiri, Bunuh diri agen rahasia, Bom 'Jihad',  serta bunuh diri massal dari pseudo Agama/aliran sesat.


Dalam buku ini hal yang saya suka adalah bagaimana dr. Dadang Hawari memaparkan psikoreligius sebagai terapi di dunia kedokteran yang sedang berkembang. Namun, pemaparannya tidak terkesan menggurui apalagi men-judge tindakan bunuh diri atau percobaan bunuh diri. Walau beliau juga tidak membenarkan tindakan ini. Hanya sana, cara beliau menulis, justru sangat baik hingga mungkin akan membantu orang-orang yang tengah mengalami gejala 'kanker' ini.

Memang dewasa ini, pergi mencari bantuan ke psikiater atau ke psikolog masih menjadi momok yang memalukan. Atau menjadi sesuatu yang takut untuk dilakukan. Padahal, dengan kesadaran dari diri sendiri untuk mencegah terjadinya bunuh diri demi kesehatan jiwa itu adalah hal yang penting. Anggapan ini terkait pada label masyarakat yang menganggap orang yang ke psikiater atau ke psikolog adalah orang yang bermasalah. Padahal, selama manusia itu hidup, maka masalah itu tetap akan ada. Hanya ada beberapa orang yang bisa mengatasinya ada juga yang membutuhkan orang lain. Sama seperti seorang penderita penyakit jantung misalnya yang membutuhkan dokter dalam usaha untuk bisa sembuh dari penyakit.

Di sinilah dr. Dadang juga menyertai ulasan ayat-ayat al-quran yang menjadi penjelasan tentang bagaimana kehidupan manusia telah diatur di dalamnya.


Sama saja dengan berdoa untuk sehat jasmani dan rohani, namun juga butuh ikhtiar untuk mendapatkannya.


Postingan Terkait